backup og meta

7 Hormon yang Memengaruhi Sistem Pencernaan Anda

7 Hormon yang Memengaruhi Sistem Pencernaan Anda

Sistem pencernaan Anda tidak bekerja sendiri, melainkan dibantu oleh berbagai enzim dan hormon. Beberapa di antaranya berperan langsung dalam proses pencernaan, termasuk membuat Anda merasa lapar dan menyukai jenis makanan tertentu.

Dari sekian banyak hormon tersebut, mana saja yang paling memengaruhi sistem pencernaan Anda?

Sekilas tentang hormon pencernaan

sistem pencernaan

Hormon merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh sel-sel khusus yang disebut sel endokrin. Setelah diproduksi, hormon akan memasuki aliran darah dan dikirimkan ke sel yang memerlukannya. Sel-sel ini lalu menangkap hormon menggunakan reseptor.

Begitu mencapai sel, setiap jenis hormon akan bekerja dengan cara yang beragam. Ada hormon yang membentuk protein baru, mengaktifkan enzim pencernaan, atau mempermudah perpindahan zat dari dan keluar sel.

Hormon pencernaan dihasilkan oleh sel-sel epitelium pada lapisan organ lambung dan usus halus. Hormon tersebut kemudian memasuki aliran darah dan diedarkan ke saluran pencernaan termasuk hati, pankreas, dan bagian lain dari sistem pencernaan.

Dalam menjalankan fungsinya, hormon pencernaan bekerja sama dengan sistem saraf pencernaan. Keduanya mengatur kendali nafsu makan, proses pencernaan makanan, keseimbangan energi, kadar gula darah, dan lain-lain.

Saat proses pencernaan sedang berlangsung, sistem saraf dalam usus akan terus mengirimkan sinyal menuju otak. Sinyal-sinyal tersebut berisikan informasi tentang kondisi pencernaan serta jumlah dan kualitas makanan yang Anda konsumsi.

Hormon yang memengaruhi pencernaan

enzim pencernaan

Ada banyak sekali hormon yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Beberapa jenis hormon bekerja langsung terhadap proses pencernaan, tapi ada juga hormon-hormon dari sistem organ lain yang turut berperan secara tidak langsung.

Berikut hormon-hormon yang paling umum.

1. Ghrelin

Ghrelin adalah hormon yang dihasilkan oleh lambung, serta usus, pankreas, dan otak dalam jumlah kecil. Fungsinya beragam, tapi ghrelin paling dikenal sebagai ‘hormon lapar’ karena dapat merangsang nafsu makan dan menambah asupan makanan.

Sebagian besar produksi ghrelin dipengaruhi oleh asupan makanan. Jumlahnya dalam darah meningkat saat Anda berpuasa atau belum makan selama beberapa jam. Lalu, jumlahnya akan menurun begitu lambung mulai terisi oleh makanan.

Jika Anda sulit menahan lapar, ghrelin bisa jadi adalah dalangnya. Jumlah ghrelin meningkat ketika seseorang menjalani diet. Mungkin ini juga alasan mengapa banyak orang sulit mematuhi diet dengan cara mengurangi asupan makanan.

Anda dapat mempercepat penurunan ghrelin dengan makan lebih banyak serat dan protein ketimbang lemak. Pasalnya, ghrelin justru meningkatkan penyimpanan lemak sehingga membuat berat badan cenderung naik.

2. Gastrin

Gastrin adalah hormon pencernaan yang dihasilkan sel G pada lapisan lambung dan bagian atas usus halus. Hormon ini merangsang pelepasan asam lambung yang akan digunakan untuk memecah protein dan membunuh kuman pada makanan.

Selain itu, gastrin juga merangsang pelepasan enzim pankreas, pengosongan kantong empedu, gerakan otot usus, dan pembentukan lapisan lambung. Cairan empedu dan enzim pencernaan dari pankreas nantinya akan digunakan dalam proses pencernaan.

Produksi gastrin berawal saat otak menangkap adanya makanan. Otot lambung yang meregang ketika menggiling makanan juga memicu pelepasan gastrin. Jumlah hormon ini baru menurun begitu lambung kosong dan pH-nya menjadi sangat asam.

3. Kolesistokinin

Kolesistokinin (CCK) adalah hormon pencernaan yang dihasilkan oleh sel I pada usus 12 jari. Hormon ini dapat memperlambat pengosongan lambung, memicu pengeluaran empedu, serta memberikan rasa kenyang yang singkat saat makan.

Hormon CCK juga merangsang pelepasan cairan dan enzim pankreas dalam proses pencernaan. Hal ini sangat penting, sebab enzim pankreas diperlukan untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak pada makanan.

Hormon ini mulai diproduksi ketika lemak dan protein memasuki lambung. Sekitar 15 menit setelah makan, kadar CCK darah akan meningkat dan baru menurun tiga jam kemudian. Produksinya menurun dengan adanya hormon somatostatin dan empedu.

4. Sekretin

Sekretin dihasilkan oleh sel S pada lapisan usus dua belas jari. Hormon ini berfungsi untuk merangsang pelepasan air dan senyawa bikarbonat dari pankreas. Selain itu, sekretin juga diketahui dapat memperlambat pengosongan lambung.

Produksi sekretin dimulai saat jumlah asam lambung meningkat sehingga pH lambung menjadi sangat rendah. Sementara itu, bikarbonat merupakan zat yang bersifat basa. Dengan merangsang produksi bikarbonat, sekretin dapat menetralkan asam lambung.

5. Pancreatic peptide YY (PYY)

Pancreatic peptide YY atau peptida YY (PYY) merupakan hormon pencernaan yang dihasilkan oleh sel L usus halus, tepatnya pada bagian akhir usus halus yang disebut ileum (usus penyerapan).

Begitu Anda selesai makan, usus halus akan mulai memproduksi PYY. Hormon ini kemudian memasuki aliran darah dan berikatan dengan reseptor saraf otak. Hal ini menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga Anda merasa kenyang.

6. Somatostatin

Somatostatin adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh sel D usus halus. Hormon ini berfungsi menghambat pelepasan asam lambung dan hormon pencernaan lainnya, termasuk ghrelin dan gastrin.

Hormon somatostatin juga memperlambat gerakan kantong empedu dan usus, serta menghambat pelepasan hormon lipase dari pankreas. Hormon ini diproduksi saat Anda makan, terutama ketika lemak mulai memasuki usus halus.

7. Serotonin

Dikenal sebagai hormon bahagia, serotonin berperan dalam menstabilkan mood, rasa senang, dan kebahagiaan. Hormon ini dapat meningkatkan kemampuan otak dalam menyimpan memori serta membantu pengaturan waktu tidur dan nafsu makan.

Baru-baru ini, sebuah penelitian oleh Cell kembali membuktikan kemampuan serotonin dalam menjaga kesehatan pencernaan. Ditunjukkan bahwa serotonin dapat mengurangi kemampuan berbagai bakteri dalam usus yang menyebabkan infeksi penyakit.

Dari tes uji coba gen, terlihat bahwa serotonin berhasil menurunkan ekspresi (proses reaksi) sekelompok gen yang digunakan bakteri untuk menyebabkan penyakit.

Eksperimen tambahan pun dilakukan untuk menguji efeknya pada manusia. Setelah menggunakan sel manusia, hasilnya juga menunjukkan bakteri yang telah terpapar oleh serotonin tidak lagi bisa menghasilkan lesi penyebab infeksi.

Setiap hari, usus menghasilkan lebih dari 20 hormon pencernaan. Semuanya saling bekerja satu sama lain bukan hanya untuk membuat Anda bernafsu makan, tapi juga menjalankan proses pencernaan sehingga tubuh bisa menyerap zat gizi yang diperlukan.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hormonal control of digestion. (2019). Retrieved 28 January 2021, from https://www.sciencelearn.org.nz/resources/1836-hormonal-control-of-digestion

The Enteric Endocrine System. (2021). Retrieved 28 January 2021, from www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/basics/gi_endocrine.html

Ghrelin. (2018). Retrieved 28 January 2021, from https://www.yourhormones.info/hormones/ghrelin/

Gastrin. (2018). Retrieved 28 January 2021, from https://www.yourhormones.info/hormones/gastrin/

Cholecystokinin. (2018). Retrieved 28 January 2021, from https://www.yourhormones.info/hormones/cholecystokinin/

Secretin. (2021). Retrieved 28 January 2021, from www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/endocrine/gi/secretin.html

Peptide YY. (2018). Retrieved 28 January 2021, from https://www.yourhormones.info/hormones/peptide-yy/

Somatostatin. (2018). Retrieved 28 January 2021, from https://www.yourhormones.info/hormones/somatostatin/

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Winona Katyusha

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Ilham Aulia Fahmy


Artikel Terkait

Cara Membedakan Lapar Asli dan Lapar Palsu (False Hunger)

Perut Begah Akibat Kekenyangan? Ini 7 Cara Cepat Mengatasinya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan