Pernahkah Anda mengalami nyeri ulu hati yang tak kunjung reda tanpa tahu penyebab pastinya? Bisa jadi, itu adalah tanda ada masalah pada sistem pencernaan Anda. Di sinilah gastroenterohepatologi berperan penting, simak penjelasan lengkapnya di sini.
Apa itu gastroenterohepatologi?
Gastroenterohepatologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada diagnosis dan pengobatan gangguan saluran pencernaan, hati, dan organ terkait.
Bidang ini menjadi sangat krusial, mengingat peningkatan kasus penyakit pencernaan yang signifikan di Indonesia.
Sistem pencernaan manusia merupakan serangkaian organ yang bekerja bersama untuk mengolah makanan menjadi nutrisi dan energi.
Gangguan di sistem ini dapat mempengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan dan berdampak pada kualitas hidup.
Pemahaman mendalam tentang kondisi gastrointestinal (organ dan jalur yang terlibat dalam proses pencernaan makanan) sangatlah penting, baik bagi tenaga medis maupun masyarakat umum.
Menangani gangguan di saluran cerna dan hati, butuh pendekatan menyeluruh. Mulai dari memahami penyebab dan cara kerja penyakitnya, memastikan diagnosisnya akurat, sampai menentukan pengobatan yang sesuai.
Perlu Anda Ketahui
- Menurut jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako, kondisi pencernaan seperti gastritis dan GERD refluks asam lambung termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Indonesia.
- Sementara berdasarkan data Riskesdas 2013 dalam situs Kemenkes, hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dengan prevalensi hingga 7,1% pada populasi umum.
Penyakit apa yang termasuk dalam gastroenterohepatologi?
Berikut adalah beberapa penyakit umum yang termasuk dalam cakupan gastroenterohepatologi.
1. Refluks Gastroesofageal (GERD)
GERD terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan yang menyebabkan sensasi terbakar di dada yang sering disebut heartburn.
Berdasarkan penelitian yang terbit di Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, kondisi ini cukup umum di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 13,2% pada mahasiswa kedokteran selama masa pandemi COVID-19.
Gejala GERD tidak hanya heartburn, tetapi juga dapat berupa kesulitan menelan, rasa asam di mulut, dan bahkan gejala non-tipikal seperti batuk kronis atau sakit tenggorokan.
Jika tidak ditangani dengan baik, GERD dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti esofagitis erosif, striktur esofagus, dan dalam kasus yang jarang dapat meningkatkan risiko kanker esofagus.
Faktor risiko GERD yang teridentifikasi meliputi obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi minuman berkafein dan beralkohol, serta pola makan tidak teratur.
Maka dari itu, Anda perlu memahami dan mengelola faktor risiko sebagai langkah penting dalam penanganan GERD.
2. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, konsumsi alkohol berlebihan, maupun faktor lain.
Di Indonesia, hepatitis B dan C merupakan jenis yang paling umum ditemukan, sedangkan hepatitis B menjadi penyebab utama sirosis dan karsinoma hepatoseluler.
Perlu Anda Ketahui
Pemeriksaan fibroscan menjadi metode penting dalam menentukan tingkat keparahan penyakit hati kronis.
Terbukti analisis King’s Score dalam Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory menunjukkan akurasi yang baik dalam mendeteksi fibrosis hati lanjut.
3. Radang pankreas
Radang pankreas atau pankreatitis masuk dalam penyakit gastroenterohepatologi karena melibatkan sistem pencernaan yang terkait langsung dengan fungsi pankreas.
Data dalam jurnal Gastroenterologi Hepatologi dan Endoskopi Pencernaan Indonesia, pankreatitis lebih banyak terjadi pada pria dan umumnya berhubungan dengan konsumsi alkohol berlebihan dan batu empedu.
Penyakit ini sering dikaitkan dengan gangguan pada saluran empedu dan hati. Parahnya lagi dapat mempengaruhi fungsi hati jika tidak segera ditangani.
4. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Selanjutnya, penyakit lain yang masuk dalam lingkup gastroenterohepatologi adalah irritable bowel syndrome atau sindrom iritasi usus besar.
Salah satu gejala umumnya, meliputi kram perut, adanya perubahan frekuensi BAB, diare, dan perut kembung.
Meskipun bukan penyakit yang mengancam jiwa, tapi irritable bowel syndrome tidak boleh disepelekan karena dapat menurunkan kualitas hidup seseorang secara signifikan.
5. Tukak lambung
Tukak lambung adalah luka pada lapisan dalam lambung atau duodenum yang termasuk dalam bidang gastroenterohepatologi.
Penelitian di Kabupaten Subang mencatat bahwa tukak lambung menjadi masalah kesehatan umum dengan angka kematian 9,56 per 100.000 penduduk di segala usia.
Faktor risiko utama meliputi merokok, stres, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan infeksi H. pylori.
Penting bagi Anda untuk mengenali gejala dan faktor risiko tukak lambung serta berkonsultasi dengan tenaga medis untuk penanganan yang tepat.
Diagnosis dan pengobatan dalam gastroenterohepatologi
Diagnosis yang tepat menjadi kunci keberhasilan pengobatan kondisi gastroenterohepatologi.
Pendekatan diagnostik meliputi pemeriksaan fisik menyeluruh, pemeriksaan laboratorium, dan prosedur pencitraan seperti endoskopi atau kolonoskopi.
Perkembangan teknologi telah memungkinkan pengembangan sistem pakar untuk membantu deteksi awal kondisi gastroenteritis berbasis android. Ini memudahkan masyarakat untuk melakukan skrining awal sebelum konsultasi gastroenterohepatologi dengan dokter.
Dalam kasus perdarahan saluran cerna pada pasien COVID-19, pemberian obat antivirus perlu diperhatikan. Penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan adanya risiko perdarahan saluran cerna terkait penggunaan obat antivirus tertentu.
Pendekatan pengobatan gastroenterohepatologi bersifat holistik, meliputi terapi farmakologis, modifikasi gaya hidup, dan dalam beberapa kasus perlu melakukan bedah.
Sementara manajemen diare akut, misalnya, tidak hanya fokus pada penggantian cairan tetapi juga pemantauan fungsi ginjal untuk mencegah komplikasi.
Pencegahan dan gaya hidup sehat di bidang gastroenterohepatologi
Pencegahan penyakit gastroenterohepatologi seringkali lebih mudah daripada pengobatannya. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, dan menghindari konsumsi alkohol berlebihan.
Anda bisa mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah dan sayuran, untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan.
Makanan fermentasi yang mengandung probiotik juga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mikrobiota usus.
Faktor risiko diare seperti kondisi sanitasi dan higiene perlu mendapat perhatian khusus.
Penelitian di Desa Maelang, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa faktor risiko tersebut masih menjadi masalah di beberapa daerah Indonesia.
Pemantauan kesehatan secara berkala dan skrining penyakit pencernaan, terutama bagi kelompok berisiko tinggi, sangat dianjurkan untuk deteksi dini. Ini termasuk skrining kanker kolorektal, hepatitis, dan dispepsia saluran pencernaan lainnya.
Kesimpulan
- Gastroenterohepatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menangani gangguan pada sistem pencernaan, hati, dan organ terkait.
- Beberapa penyakit umum yang termasuk dalam cakupan ini antara lain: GERD, hepatitis B dan C, pankreatitis, IBS (sindrom iritasi usus besar), serta tukak lambung
- Pencegahan dilakukan dengan menjaga pola makan, gaya hidup sehat, serta skrining rutin, terutama bagi kelompok berisiko tinggi.
[embed-health-tool-bmr]