backup og meta

9 Dampak Suka Membandingkan Anak dengan Orang Lain

9 Dampak Suka Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Tiada hari tanpa berulah, itulah anak-anak. Saat anak memukul atau menggigit temannya hingga menangis, Anda tentu perlu menasihatinya. Sayangnya, di sela-sela kata nasihat, mungkin Anda pernah sesekali membandingkan anak dengan anak orang lain.

Pernahkah Anda melakukannya? Sebenarnya, menasihati dengan membandingkan anak boleh atau tidak? Yuk, simak apa efeknya pada anak melalui ulasan berikut ini.

Kenapa orangtua sering membandingkan anaknya?

Kecenderungan orangtua untuk membanding-bandingkan anaknya sendiri dengan anak orang lain (atau bahkan saudara kandung si anak itu sendiri) sebetulnya berangkat dari naluri manusia paling dasar.

Manusia memang tidak pernah lepas untuk membandingkan sesuatu dengan yang lain.

Ini sejatinya merupakan cara berpikir yang rasional untuk bisa mengetahui dan membedakan mana yang baik dan buruk.

Suka atau tidak suka, semua ini terjadi di bawah alam bawah sadar Anda.

Itu kenapa orangtua sering kali “keceplosan” membandingkan anaknya dengan teman-teman sepantarannya.

Tujuannya agar anak bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik setelah diberi contoh.

Namun, meski wajar dan sudah biasa, apakah cara seperti ini baik buat anak?

Dampak membandingkan anak dengan anak lain

anak dibesarkan tanpa ayah

Membandingkan anak dengan temannya mungkin bisa memberikan dirinya gambaran bagaimana seharusnya mereka bersikap.

Jika diterima dengan positif, anak bisa termotivasi untuk berubah. Namun, hanya sedikit anak yang mendengar nasihat dari orangtua seperti ini dengan baik.

Anak sering kali tidak suka kritik dan belum tahu cara meresponsnya dengan tepat.

Selain itu, perbandingan tanpa solusi nyata dari orangtua bisa memperburuk keadaan. Berikut adalah kemungkinan terburuk bila terlalu sering membandingkan anak dengan orang lain.

1. Meragukan dirinya sendiri

Terus membandingkan anak dengan orang lain tanpa memberi kesempatan anak memperbaiki diri dapat membuatnya meragukan kemampuan sendiri.

Apalagi, bila ia menyadari ada yang lebih unggul darinya. Alih-alih membandingkan, lebih baik dukung anak menjadi lebih baik tanpa membandingkan.

Caranya, cukup dengan memberi tahu apa yang seharusnya ia lakukan dan terus membimbingnya supaya dapat berubah.

2. Merasa cemburu

Siapa bilang rasa cemburu hanya terjadi pada pasangan? Anak-anak juga bisa merasakannya.

Saat Anda terus membandingkan dirinya dengan anak lain yang lebih baik, anak tentu jadi merasa cemburu karena ada orang yang jelas-jelas “difavoritkan” oleh orangtuanya sendiri.

Kecemburuan yang terpupuk sejak kecil tidak baik untuk kesehatan mental anak karena dapat menimbulkan kebencian, permusuhan, atau kekecewaan mendalam.

3. Sering berpikiran negatif

Awalnya, anak mungkin termotivasi untuk lebih baik. Namun, jika terus dibandingkan dengan orang lain tanpa apresiasi, ia bisa kehilangan rasa bangga dan puas dengan apa yang ia lakukan.

Pikiran negatif akan membuat anak cemas, takut gagal, dan tidak percaya diri. Akhirnya, ia semakin terpuruk.

Maka dari itu, sebaiknya selalu berikan pujian kepada anak, sekecil apa pun usahanya.

4. Hubungan orangtua dengan anak jadi renggang

Membandingkan anak dengan orang lain bisa menimbulkan kesalahpahaman dan memengaruhi hubungan anak dengan orangtua.

Anak bisa merasa dihina, tidak dihargai, atau tidak didukung untuk berkembang.

Hal ini dapat membuat emosi anak meledak, memperburuk komunikasi, dan merenggangkan hubungan kekeluargaan.

Jangan sampai kebiasaan membandingkan anak ini menjadi bumerang untuk Anda sendiri karena keliru dalam mendidiknya.

5. Menyebabkan stres

Bayangkan bila anak Anda telah melakukan semua yang ia bisa untuk mendapatkan nilai B dalam tugas bahasa Inggrisnya.

Alih-alih memuji dia atas usahanya, Anda malah membanding-bandingkan anak dengan anak lain yang mendapat nilai A.

Hal ini tentu akan dapat menyebabkan anak depresi atau stres dan mengalami kecemasan yang luar biasa.

6. Mengalami kecemasan sosial

Setelah merasa meragukan dirinya sendiri, ia bisa menjadi pemalu dan tidak mau berhubungan dengan orang lain.

Anak Anda akan berpikir bahwa dia tidak punya apa-apa untuk dihargai atau dibanggakan.

Lebih parahnya, ia mungkin berperilaku negatif saat berinteraksi dengan teman, karena memendam perasaan buruk terhadap orang yang sering dibandingkan dengannya.

7. Memunculkan persaingan

Salah satu alasan Anda harus berhenti membandingkan anak dengan anak lainnya, yakni kebiasaan ini dapat memunculkan persaingan (sibling rivalry).

Melansir dari Journal of youth and adolescence, ketika Anda membanding-bandingkan anak lain, mungkin saja anak Anda diam-diam akan membenci saudara atau temannya tersebut.

Ia mungkin berasumsi orangtuanya lebih menyukai dan mencintai anak yang dibandingkannya. Akibatnya, anak akan berperilaku agresif, memicu anak bertengkar, dan menimbulkan kebencian.

8. Mengganggu fokus belajar

Saat Anda membandingkan dengan anak orang lain, maka seorang anak akan merasa dirinya tidak dicintai.

Hal itu yang membuat ia hanya berfokus untuk mendapatkan atau memperoleh cinta dan perhatian orangtuanya.

Ia kemudian tidak bisa fokus belajar atau bahkan dapat memperlambat proses belajarnya.

9. Menghambat talenta

Ketika anak-anak tidak dihargai dan terus-menerus dibandingkan dengan orang lain, bakat mereka tidak akan berkembang.

Pada akhirnya, mereka akan kehilangan potensi dan bakat yang dimilikinya.

Itu beberapa dampak membandingkan anak dengan orang lain.

Mengingat dampak tersebut bisa mengganggu tumbuh kembangnya, sebaiknya hindari membanding-bandingkan anak Anda dengan anak orang lain, ya.

Pasalnya, apa yang Anda katakan bisa saja melukai hati anak Anda seumur hidupnya. Sebaiknya, fokus pada perkembangannya saja bila ingin anak Anda berhasil.

Kesimpulan

  • Meskipun orangtua sering kali membandingkan anak mereka dengan anak lain dengan niat baik, seperti untuk memotivasi perubahan atau memperbaiki perilaku, kebiasaan ini dapat memberi dampak negatif yang signifikan.
  • Anak-anak yang sering dibandingkan dapat meragukan diri mereka sendiri, merasa cemburu, sering berpikiran negatif, dan mengalami stres atau kecemasan sosial.
  • Selain itu, perbandingan tersebut dapat merenggangkan hubungan antara orangtua dan anak serta menghambat perkembangan bakat dan potensi mereka.
  • Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk fokus pada perkembangan dan usaha anak, memberikan dukungan dan pujian atas pencapaian mereka, dan menghindari membandingkan mereka dengan orang lain.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Foundation, B. S. (2024). Why is comparing your child to others is futile? Retrieved 19 December 2024, from https://www.smilefoundationindia.org/blog/why-is-comparing-your-child-to-others-is-futile/

Why Comparing Children is Harmful and How to Cultivate Confidence, NYC. (n.d.). Retrieved 19 December 2024, from https://www.integrative-psych.org/resources/why-comparing-children-is-harmful-and-how-to-cultivate-confidence

Dekho, S. (n.d.). School Dekho – India’s first search engine for school admissions. Retrieved 19 December 2024, from https://www.schooldekho.org/school/blog/details/5-Reasons-Why-Comparing-Your-Child-to-Others-is-Harmful.-184

5 Reasons Why You Should Never Compare Your Kids With Others. Retrieved 19 December 2024, from https://www.huffingtonpost.in/meha-sharma/five-reasons-why-we-shoul_b_8660618.html. 

Your Child’s Self-Esteem. Retrieved 19 December 2024, from  https://kidshealth.org/en/parents/self-esteem.html. 

One moment, please… (n.d.). One moment, please…  Retrieved 19 December 2024, from https://www.smartparents.sg/child/social-life-skills/comparing-your-child-others-so-bad

Parents’ social comparisons of siblings and youth problem behavior: A moderated mediation model. (n.d.). PubMed Central (PMC).  Retrieved 19 December 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6298862/

Versi Terbaru

23/12/2024

Ditulis oleh Adhenda Madarina

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Ajak Anak Merapikan Mainan Sendiri, Ini 9 Cara yang Bisa Dicoba

Panduan bagi Orangtua untuk Mengajarkan Kerendahan Hati pada Anak


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Adhenda Madarina · Tanggal diperbarui 23/12/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan