Semua orangtua tentu mengharapkan buah hatinya dapat hidup dengan rukun. Namun kenyataannya, sibling rivalry di antara kakak beradik bisa terjadi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Semua orangtua tentu mengharapkan buah hatinya dapat hidup dengan rukun. Namun kenyataannya, sibling rivalry di antara kakak beradik bisa terjadi.
Akibatnya, banyak orangtua yang kewalahan menghadapi anak-anaknya yang sering berantem.
Apa itu sibling rivalry? Agar kakak adik tidak bertengkar lagi, apa yang harus dilakukan orangtua? Cari tahu jawabannya berikut ini.
Sibling rivalry adalah kondisi ketika timbul persaingan atau konflik di antara kakak beradik dalam satu keluarga.
Sebenarnya, sibling rivalry merupakan kondisi yang normal. Persaingan dan pertengkaran adik kakak umum terjadi.
Bahkan, hal ini menjadi bagian dari tumbuh kembang sang anak.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada kakak beradik yang memiliki jenis kelamin sama dan usia yang tidak terpaut jauh atau sekitar kurang dari dua tahun.
Pada kondisi ini, anak-anak akan saling bersaing untuk mendapatkan apa yang sama-sama mereka inginkan, misal kasih sayang dari Anda atau mainan yang sama.
Ada beberapa gejala yang timbul pada anak saat mereka memiliki sibling rivalry dengan saudaranya.
Pada anak di bawah usia 9 tahun, gejala yang dapat dialami meliputi berikut ini.
Sementara itu, anak yang lebih tua biasanya akan menunjukan gejala sebagai berikut.
Gejala-gejala sibling rivalry dapat terlihat jelas dan tercermin pada perilaku anak sehari-hari.
Sebagai contoh, melansir dari Life Start Foundation, saat ada salah satu anak Anda yang sakit, sebagai orangtua, Anda akan cenderung melimpahkan perhatian Anda pada anak tersebut hingga ia sembuh.
Selama hal tersebut terjadi, mungkin anak Anda yang lain akan merasa cemburu dan iri akan kasih sayang yang didapat oleh saudaranya.
Akibatnya, bisa timbul persaingan antara kedua anak tersebut dalam mendapat perhatian Anda.
Selain kondisi tersebut, sibling rivalry juga bisa timbul saat orangtua sering membandingkan anak dengan anak lainnya. Anak bisa merasa tersaingi jika terus-menerus diukur dari pencapaian orang lain.
Pada kakak adik dengan jarak usia yang dekat, sibling rivalry umumnya terjadi saat sang kakak merasa iri dengan adiknya yang terlihat lebih disayang.
Meskipun dibesarkan dalam lingkungan yang sama, tidak semua anak dan saudaranya dapat hidup dengan rukun.
Terkadang, tidak dapat dipungkiri, sibling rivalry bisa terjadi di dalam keluarga.
Ada beberapa alasan kenapa kakak adik bertengkar dan timbul sibling rivalry, yang meliputi sebagai berikut.
Seiring dengan tumbuh kembang anak, ia akan semakin memiliki insting untuk melindung apa yang mereka miliki.
Selain itu, mereka juga sedang belajar untuk menegaskan keinginan mereka, sehingga cenderung menjadi agresif.
Suasana hati dan kemampuan beradaptasi memainkan peran besar pada perilaku anak.
Maka dari itu, kepribadian yang berlawanan antara satu anak dengan anak lainnya rentan menimbulkan persaingan.
Selain itu, anak juga akan cenderung membenci satu sama lain jika ada sikap atau perilaku yang tidak disukai dari masing-masing.
Orangtua yang sering bertengkar di depan anak membuat ia cenderung melakukan hal yang sama untuk menyelesaikan masalah dan perselisihan.
Akibatnya, anak juga akan lebih mudah memulai pertengkaran dengan orang lain, termasuk dengan saudaranya sendiri.
Seperti yang telah diketahui, pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Salah menerapkan pola asuh bisa menimbulkan sibling rivalry.
Jika orangtua suka membandingkan satu anak dengan anak lainnya, maka akan timbul rasa persaingan antara kedua anak tersebut.
Ini sama halnya jika orangtua cenderung memanjakan satu anak dibandingkan dengan anak lainnya.
Anak tersebut akan merasa iri dengan anak yang dimanja, sehingga timbul rasa ingin menyainginya.
Hubungan dengan saudara memberi peluang bagi anak untuk membela diri, mengasah kemampuan dan potensi dalam diri, serta bergaul dengan orang lain.
Namun, hubungan ini mungkin tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya mereka saling bersaing dan bertengkar.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa cara Anda menghadapi anak-anak yang berantem akibat sibling rivalry di rumah rupanya bisa memicu mereka bertengkar lebih sering jika keliru?
Sebagai contoh, anak yang kurang perhatian orangtua akan menggunakan perkelahian sebagai cara mendapatkan perhatian orangtuanya.
Bila orangtua tidak mengubah sikapnya, anak akan semakin terpacu untuk membuat masalah.
Bahkan, tidak hanya dengan saudaranya, ia juga mungkin akan bertengkar dengan teman lainnya di rumah maupun di sekolah.
Supaya tidak salah langkah dalam menghadapi anak-anak yang berantem, ikuti beberapa tipsnya berikut ini.
Saat anak berantem, jangan langsung bergegas melerai anak. Tidak semua pertengkaran berakhir dengan aksi saling pukul, jambak, atau gigit.
Ada kalanya, Anda perlu memberi waktu bagi anak untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Namun, bila salah satunya mulai terlihat agresif, keberadaan Anda sangat dibutuhkan sebagai pemisah supaya pertengkaran tidak bertambah parah.
Saat bertengkar, Si Kecil mungkin akan beradu mulut. Ia bahkan bisa saja mengejek satu sama lain dengan kata-kata yang kasar.
Keluarnya perkataan yang tidak baik ini bisa memperkeruh suasana dan membuat amarah anak semakin bergejolak.
Ketika hal ini terjadi, fokuslah pada perasaan yang mungkin anak Anda rasakan ketimbang memarahinya dengan menggunakan kata-kata kasar.
Sebagai contoh, Anda mendengar sang adik mengejek sang kakak “jahat” karena tak meminjamkan mainannya.
Anda bisa berkata, “Adik bosan ya main sendirian?” dibandingkan memarahinya karena menggunakan kata “jahat”.
Membantu anak mengekspresikan apa yang ia rasakan juga bisa membantu saudaranya untuk mengerti satu sama lain lebih baik.
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak memang masih sulit untuk memahami sesuatu yang dirasakan oleh orang lain, sehingga perlu dibantu dalam menyampaikannya.
Tak hanya itu, menunjukkan bahwa Anda memahami apa yang mereka rasakan juga dapat membuat mereka merasa lebih baik dan tenang.
Saat Anda mendapati anak-anak yang bertengkar mulai melakukan penyerangan fisik, inilah saatnya Anda memisahkan salah satunya dari ruangan tersebut.
Biarkan mereka berada di ruangan berbeda hingga mereka tenang.
Setelah suasananya mereda, jangan fokus mencari tahu kesalahan apa yang dilakukan anak. Justru, mintalah sang anak untuk saling memaafkan satu sama lain.
Terapkan metode “win-win solution“, sehingga anak harus bekerja sama untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar