Suka atau tidak, faktanya, beberapa anak sudah mulai pacaran di usia yang cukup belia. Bisa jadi remaja pacaran karena pengaruh pergaulan di lingkungan sekitarnya, media, atau situs jejaring sosial. Namun, bagaimana jika anak SD sudah pacaran? Apa yang harus orangtua lakukan? Simak ulasan di bawah ini untuk tahu jawabannya.
Apa yang harus dilakukan orangtua ketika anak SD pacaran?
Saat anak Anda yang masih duduk di bangku SD tiba-tiba memberi tahu bahwa ia sudah pacaran, Anda tentu akan merasa terkejut.
Namun, penting bagi Anda untuk tetap menunjukkan sikap yang tenang. Jika perlu, hindari reaksi yang berlebihan.
Lalu, lakukan langkah-langkah di bawah ini agar anak terhindar dari hal-hal kelewat batas yang bisa berpengaruh pada tumbuh kembangnya.
1. Tanyakan pendapatnya tentang pacaran
Salah satu hal yang perlu Anda tanyakan kepada anak SD yang mengaku telah berpacaran adalah apa yang dimaksud dengan pacaran.
Anak Anda mungkin memiliki pemahaman yang berbeda soal apa yang dimaksud dengan pacaran.
Bisa saja anak yang masih duduk di bangku SD berpikir bahwa berpacaran adalah saat duduk bersebelahan dengan lawan jenis di dalam kelas.
Selain itu, bisa jadi bagi anak kecil, pacaran adalah bergandengan tangan dengan teman lawan jenis yang disukainya.
Jadi sebelum Anda berpikir terlalu jauh, Anda bisa menanyakan hal-hal seperti ini terlebih dahulu. Tanyakan juga padanya kegiatan apa saja yang dilakukan saat pacaran.
Kontrol nada bicara Anda!
- Meski bersifat interogatif atau penuh selidik, Anda tetap harus menjaga nada bicara Anda agar tetap terdengar tenang.
- Nada bicara orangtua pada anak terkadang memengaruhi bagaimana anak akan menjawab pertanyaan yang diberikan.
- Jika Anda terdengar marah atau tidak senang, anak Anda mungkin lebih memilih menghindar dan tidak mengatakan yang sejujurnya pada Anda.
- Bersikap terlalu keras atau galak ketika anak SD sudah pacaran justru bisa memicu anak untuk pacaran diam-diam atau anak berbohong.
2. Berikan pemahaman tentang pacaran
Kalau anak kecil Anda sudah pacaran, coba ajak ia bicara baik-baik.
Berikan pemahaman yang sesuai dengan kematangan emosionalnya soal apa itu pacaran dan apa saja tanggung jawab yang dipikulnya kalau sudah mulai pacaran.
Ingat, pada tahap ini yang paling penting adalah menjaga komunikasi dan keterbukaan. Anda tentu ingin agar anak bisa percaya dan mau bercerita pada orangtua kalau terjadi sesuatu.
Selain itu, bukankah lebih baik kalau anak kecil Anda belajar arti pacaran dari orangtuanya daripada dari sinetron atau teman-teman sebayanya?
Selain memberi pemahaman soal pacaran itu sendiri, Anda juga perlu memberikan penjelasan kepada anak mengenai hal-hal di bawah ini.
- Orangtua akan sering atau selalu memantau keberadaan anak, dan anak harus menjawab panggilan atau pesan singkat dari orangtua ketika menanyakan keberadaannya.
- Pendidikan seks dasar dan isu-isu yang spesifik, misalnya menstruasi pertama kalau anak Anda perempuan dan mimpi basah kalau anak Anda lelaki.
- Prioritas utama anak adalah sekolah, keluarga, dan teman-temannya. Akan ada nanti saatnya di mana anak memprioritaskan pasangannya, tapi sekarang belum waktunya.
- Pencegahan kekerasan atau bullying (penindasan).
- Anak tidak perlu pacaran kalau ia hanya ikut-ikutan teman sebayanya.
3. Minta anak untuk menunda pacaran
Setelah mendengar pendapat dan berdiskusi dengan anak SD Anda mengenai pacaran, Anda baru bisa mengambil langkah berikutnya.
Sebagai contoh, anak Anda yang masih SD menjawab bahwa kegiatan yang dilakukannya saat berpacaran adalah berdua-duaan, berpelukan, dan melakukan aktivitas fisik yang terlalu intim, Anda boleh saja merasa tidak nyaman.
Pasalnya, pada usia yang masih amat belia, anak Anda mungkin kurang memahami bahwa kegiatan tersebut memiliki konsekuensi yang belum siap dihadapi atau ditanggungnya.
Lebih baik, minta anak Anda yang masih SD secara baik-baik untuk menunda pacaran sampai ia sudah cukup dewasa untuk melakukannya.
Sampaikan pada anak bahwa menyukai atau memiliki perasaan kepada lawan jenis adalah hal yang indah dan tidak dilarang.
Namun, pada usia tersebut, belum waktunya bagi anak untuk memiliki perasaan tersebut. Pasalnya, anak mungkin belum mampu memikul tanggung jawab dalam menjalin hubungan atau pacaran.
4. Beri batasan
Sementara itu, jika jawaban anak Anda masih terdengar polos seperti, “Aku pacaran sama dia karena dia kemarin meminjamkan bukunya buatku,” dan, “Kita selalu chatting setiap hari soalnya dia pacarku,” Anda mungkin masih bisa memberi sedikit kelonggaran.
Namun, jelaskan batasan-batasan apa yang Anda harapkan dari anak SD yang pacaran.
Sebagai contoh, anak tidak boleh pergi berdua saja dengan teman dekatnya itu tanpa pengawasan orangtua.
Berikan batasan seperti tidak boleh chatting saat belajar atau lewat dari jam tidurnya.
Batasan yang diberikan tentunya bisa disesuaikan sendiri dengan prinsip dan nilai yang Anda bangun dalam keluarga.