Masa perkembangan remaja termasuk tahap penting dalam kehidupan seseorang, di mana terjadi banyak perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada fase ini, remaja mulai mengenal identitas diri, termasuk memahami tubuh dan peran gendernya. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan pemahaman yang tepat tentang kesehatan reproduksi remaja agar mereka mampu menjaga diri dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja?
Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi fisik, mental, dan sosial dalam semua aspek sistem reproduksi, termasuk seksualitas, pada usia 10–19 tahun.
Fokusnya mencakup kepuasan dan pengendalian kesehatan reproduksi mereka tanpa diskriminasi, kekerasan, maupun paksaan.
Artinya, bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi juga merasa aman, nyaman, dan mampu membuat keputusan yang tepat tentang tubuh dan kesehatannya.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi ini mencakup banyak hal, yang meliputi berikut ini.
- Menjaga kesehatan alat reproduksi remaja.
- Memahami perubahan tubuh saat masa pubertas.
- Belajar tentang hubungan yang sehat.
- Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
- Menghindari penyakit menular seksual seperti HIV.
Dalam hal menjaga kesehatan reproduksi, remaja perlu tahu cara memelihara kebersihan organ reproduksi, mendapatkan informasi yang benar tentang seksualitas, serta bisa mengakses layanan kesehatan yang ramah, rahasia, dan tidak menghakimi.
Selain itu, penting untuk melindungi hak remaja agar mereka bisa membuat pilihan sendiri dengan bijak tentang tubuh dan masa depan mereka.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Mengapa edukasi reproduksi penting untuk remaja?
Melanesir dari WHO, pendidikan reproduksi dini pada remaja, khususnya melalui comprehensive sexuality education (CSE) atau pendidikan seks komprehensif sejak awal, sangatlah penting.
Ini karena metode tersebut terbukti efektif meningkatkan pemahaman seksualitas dan reproduksi pada remaja.
Ini termasuk pemahaman mengenai tubuh, orientasi seksual, hubungan seksual yang sehat, dan pencegahan kehamilan serta infeksi menular seksual (IMS).
CSE terbukti mampu memiliki manfaat berikut ini.
- Meningkatkan pengetahuan dan sikap positif remaja terhadap kesehatan reproduksi.
- Menunda kegiatan seksual di bawah umur.
- Mengurangi jumlah pasangan seksual.
- Meningkatkan penggunaan kontrasepsi dan kondom saat aktif secara seksual.
Selain itu, pendidikan yang mencakup aspek gender, orientasi seksual, dan kekerasan berbasis gender dapat menurunkan homofobia, kekerasan pasangan, serta memperkuat komunikasi dan relasi sehat.
WHO dan UNICEF merekomendasikan memulai CSE sejak usia sekolah dasar, yaitu sekitar usia 5 tahun, agar pengetahuan dasar terkait kesehatan reproduksi bisa terbentuk sejak dini.
Peran sekolah dan orangtua dalam menjaga kesehatan reproduksi remaja
Dalam memberikan pemahaman mengenai pentingnya edukasi reproduksi remaja, peran sekolah dan orangtua sangatlah penting. Berikut masing-masing perannya.
1. Peran sekolah
Sekolah berperan menyediakan pendidikan seks menyeluruh yang bertahap dan sesuai usia.
Hal ini meliputi pembelajaran tentang pubertas, kontrasepsi, hubungan sehat, serta pencegahan IMS.
Membangun lingkungan sekolah yang terbuka dan suportif mendorong keterlibatan siswa dan menjembatani diskusi yang sering sulit dibahas oleh orangtua.
2. Peran orangtua
Orangtua memiliki peran utama dalam komunikasi dan bimbingan pribadi.
Penelitian dalam jurnal Reproductive Health menemukan bahwa upaya yang melibatkan orangtua secara signifikan meningkatkan komunikasi tentang seks dan penggunaan kondom di antara remaja.
Meskipun demikian, efeknya pada keputusan remaja untuk menunda melakukan hubungan seksual tidak selalu efektif.
Studi lain dalam jurnal Reproductive Health dari Afrika dan Tanzania juga menekankan bahwa orangtua yang siap, berpengetahuan, dan memiliki kemauan membicarakan kesehatan reproduksi secara terbuka dapat menurunkan perilaku seksual berisiko, seperti pergaulan bebas dan kehamilan tak terencana.
Kerja sama antara sekolah dan orangtua terbukti efektif. Sekolah memberi dasar teori dan data, sedangkan orangtua memperkuat pesan melalui komunikasi yang hangat dan personal di rumah.
Metode ini membantu remaja memahami informasi dengan lebih mendalam, membuat pilihan sehat, serta merasa didukung secara emosional dan sosial.
Apa dampak kurangnya edukasi seksual pada remaja?
Kurangnya edukasi seksual sejak usia dini berisiko menimbulkan berbagai masalah pada remaja. Masalah utama pada kesehatan reproduksi remaja meliputi berikut ini.
- Kehamilan remaja dan aborsi tidak aman. Setiap tahun, lebih dari 16 juta remaja (15–19 tahun) melahirkan, sebagian besar di negara berkembang, dengan risiko komplikasi berat dan kematian akibat kehamilan dan aborsi tidak aman.
- Infeksi menular seksual dan HIV. Remaja, terutama perempuan, sangat rentan terhadap IMS dan HIV pada anak karena faktor biologis dan sosial. Hanya segelintir yang mengakses layanan pencegahan atau skrining.
- Kurangnya pengetahuan dan hambatan budaya. Remaja di daerah pedesaan atau budaya tertentu sering kurang informasi, mengalami rasa malu, stigma, komunikasi yang buruk dengan orangtua, serta layanan kesehatan yang tidak ramah remaja.
- Kekerasan dalam relasi. Sekitar 24% perempuan remaja (15–19) mengalami kekerasan dari pasangan, yang memperburuk kesehatan reproduksinya dan membutuhkan tindakan preventif khusus.
Untuk mencegah masalah tersebut, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan, yang meliputi berikut ini.
- Pendidikan seks komprehensif (CSE), di sekolah yang disertai akses layanan kontrasepsi terbukti menurunkan kehamilan tak terencana dan meningkatkan penggunaan kondom/kontrasepsi.
- Program-peer education, remaja sebagai pendidik kelompok sebaya, berhasil meningkatkan penggunaan kontrasepsi di sekolah dan komunitas.
- Kampanye digital/mobile, seperti pengiriman pesan informasi atau aplikasi untuk edukasi seksual usia dini, diketahui mampu menurunkan kehamilan remaja dan meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi remaja.
- Pelatihan tenaga kesehatan, agar mampu memberikan layanan yang rahasia, nonstigmatis, dan sensitif untuk para remaja, termasuk melindungi privasi serta melawan mitos dan diskriminasi.
- Penyuluhan dari keluarga dan komunitas, seperti melibatkan orangtua dalam komunikasi terkait kesehatan reproduksi remaja dan memberikan penyuluhan pada komunitas tertentu untuk membantu menurunkan perilaku seksual berisiko.
Dengan langkah-langkah di atas, remaja dapat menjaga dirinya dari berbagai risiko pergaulan bebas serta terhindar dari masalah kesehatan terkait sistem reproduksinya dengan baik.
Kesimpulan
- Memahami kaitan antara remaja dan kesehatan seksual adalah bagian penting dari tumbuh kembang yang sehat, yang mencakup pemahaman tentang tubuh, seksualitas, dan kemampuan membuat keputusan yang aman.
- Remaja menghadapi berbagai tantangan seperti kehamilan dini, infeksi menular seksual, kurangnya informasi, dan tekanan sosial.
- Oleh karena itu, dukungan dari sekolah, orangtua, serta akses pada layanan dan edukasi yang ramah remaja sangat dibutuhkan.
- Dengan pendekatan yang tepat dan menyeluruh, remaja dapat menjaga kesehatan reproduksinya, terhindar dari risiko, dan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri.