backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Bahaya Media Sosial bagi Remaja, Benarkah Bikin Kecanduan?

Ditulis oleh dr. Kurniawan Satria Denta, M Sc, Sp.A · Kesehatan anak · Mayapada Hospital Kuningan


Tanggal diperbarui 22/06/2023

Bahaya Media Sosial bagi Remaja, Benarkah Bikin Kecanduan?

Tidak bisa dipungkiri kalau media sosial telah menjadi bagian yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua golongan usia seolah tidak bisa lepas dari media sosial, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak, termasuk para remaja.

Meski dianggap banyak membantu dalam melakukan beragam aktivitas, penggunaan media sosial juga diketahui bisa menyebabkan kecanduan pada remaja. Apakah remaja Anda memiliki risiko kecanduan media sosial? Saya akan paparkan penjelasannya berikut ini.

Benarkah saat ini banyak remaja tidak bisa lepas dari media sosial?

menggunakan media sosial yang wajar

Berdasarkan observasi, memang lumayan banyak jumlah remaja yang dapat dinyatakan tidak bisa lepas atau kecanduan media sosial (medsos).  

Namun, untuk bisa sampai dibilang kecanduan, perlu dilihat lagi definisi yang mengacu pada faktor utama pemicu kecanduan. 

Sebagai contoh, dilihat kembali apakah hal yang membuat kecanduan khususnya adalah media sosial, permainan (game), atau gadget secara keseluruhan.

Data ini juga perlu diteliti kembali secara detail. Salah satunya dari penelitian yang dilansir oleh Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur.      

Menurut penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga pada remaja usia 13—25 tahun, diketahui bahwa 83% remaja tersebut kecanduan dan tidak bisa lepas dari medsos. 

Riset dilakukan dengan mengkaji bagaimana pengalaman setiap pengguna dalam menggunakan media sosial.  

Hasilnya, remaja yang tidak bisa lepas dari media sosial beranggapan bahwa menyampaikan atau mengekspresikan sesuatu melalui media sosial terasa jauh lebih nyaman dibandingkan dengan menyatakan secara langsung kepada orang lain. 

Hal ini juga yang diduga menjadi dasar mengapa ada istilah “media sosial mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”.

Apakah sering bermain media sosial sama dengan kecanduan?

  • Sering bermain media sosial belum tentu dapat dibilang kecanduan. Ini karena ada perbedaan mendasar antara kecanduan dan sering bermain media sosial. Kata sering lebih merujuk ke arti yang subjektif. Menurut satu orang sering, belum tentu menurut orang lain sering juga. 
  • Untuk dikatakan kecanduan atau tidak bisa lepas dari media sosial, berarti ada sesuatu yang terjadi pada remaja. Salah satu ciri-cirinya yaitu ada gangguan dari kualitas hidupnya.
  • Saat tidak melihat media sosial, anak yang kecanduan bisa menjadi cemas, waswas, atau terganggu hidupnya (seperti, tidak bisa sekolah, beristirahat, dan beraktivitas dengan baik). 

Apa penyebab remaja sulit lepas atau kecanduan media sosial?

Umumnya, kecanduan medsos pada remaja dipicu oleh efek psikologis yang dialami para remaja. Salah satu penyebab utamanya yaitu pengaruh dari lingkungan di sekitarnya. 

Sebagai contoh, jika orang-orang di sekeliling anak aktif bermedia sosial, maka ia akan lebih mudah terpengaruh untuk ikut bermain medsos. 

Seperti yang diketahui, media sosial sendiri dirancang untuk membuat seseorang menggunakan layanan di dalamnya secara terus-menerus, baik itu facebook, instagram, twitter, atau medsos lainnya. 

Para pembuat media sosial tersebut akan mencari cara agar para pengguna mau berlama-lama di aplikasi mereka. 

Jadi, para remaja mungkin awalnya hanya merasa ketertarikan biasa untuk mencoba menggunakan medsos. 

Namun di masa remaja ini, anak cenderung masih memiliki kontrol diri yang lemah atau tidak sebaik orang dewasa.  

Maka itu, para remaja akhirnya jadi lebih mudah kecanduan atau sulit lepas dari medsos. 

Apa gejala kecanduan media sosial pada remaja?

Gejala kecanduan media sosial pada remaja biasanya bisa dilihat dari kontrol diri dan kualitas hidupnya.    

Seperti contohnya, anak sering bermain medsos, tetapi jika disuruh berhenti, ia bisa dengan mudah berhenti menggunakan medsos dan melakukan aktivitas lainnya. 

Ini artinya anak tidak kecanduan medsos karena memiliki kontrol diri yang baik saat menggunakannya. 

Namun, jika remaja yang menggunakan medsos justru marah atau bahkan mengamuk saat disuruh berhenti, maka ia bisa diduga telah kecanduan. 

Terlebih, jika ia juga mengalami penurunan kualitas hidup, seperti waswas, stres, hingga tidak bisa beraktivitas, beristirahat, atau belajar, saat tidak menggunakan medsos. 

Untuk memastikan diagnosis, tenaga ahli, seperti psikolog atau psikiater, akan melihat riwayat kesehatan anak secara keseluruhan, termasuk psikososial anak

Adakah dampak kecanduan media sosial terhadap fisik dan mental remaja?

batas usia anak punya media sosial

Dampak kecanduan media sosial pada remaja yang paling bisa terlihat yaitu penurunan kualitas hidupnya.

Akibat kecanduan medsos, anak sudah tidak dapat berfungsi dengan baik di kesehariannya. 

Anak pun menjadi sulit istirahat sehingga bisa menyebabkan ia lemas, tidak berenergi, dan tidak mampu melakukan aktivitas apapun. 

Anak mungkin juga akan lebih sulit makan atau bahkan tidak mau makan sama sekali. 

Cara mengatasi sekaligus mencegah kecanduan media sosial pada remaja

Untuk mengatasi kecanduan media sosial pada remaja, peran keluarga dan lingkungan sekitarnya menjadi sesuatu yang sangat penting. 

1. Contoh bijak menggunakan media sosial dari keluarga

Penanganan harus dimulai dari dalam keluarga untuk menumbuhkan kontrol diri yang bagus saat menggunakan medsos. 

Jika orangtua atau keluarga tidak menunjukan kontrol diri yang bagus dalam bermedia sosial, anak akan lebih rentan mengalami kecanduan medsos. 

Apalagi jika kebiasaan ini terus terjadi, maka kecanduan media sosial pada anak juga akan lebih sulit diatasi.    

Dengan memberikan contoh sikap bijak menggunakan media sosial, anak akan memiliki kontrol diri yang lebih baik dalam bermedia sosial. 

Ada baiknya para remaja pun didampingi saat menggunakan media sosial agar orangtua mengetahui apa saja aktivitas yang anak lakukan di dalam media sosial.   

Peran orangtua terhadap kecanduan media sosial pada remaja

  • Sebaiknya selalu dampingi para remaja dalam menggunakan media sosial. Dengan begitu, anak bisa mengetahui batasan antara konten yang baik dan buruk yang mungkin ia lihat saat bermain media sosial. 
  • Jangan lupa juga untuk turut memberi contoh cara menggunakan media sosial yang baik dan bijak, yaitu dengan tidak menggunakannya secara berlebihan dan tahu kapan harus berhenti dan beraktivitas dengan baik.  

2. Sesuaikan media sosial dengan usia anak

Sesuaikan juga media sosial yang digunakan dengan usia anak. Jangan lepaskan begitu saja anak untuk menggunakan media sosial apapun yang diinginkan. 

Penggunaan media sosial yang tidak sesuai dengan usia anak bisa meningkatkan risiko anak terpapar dengan konten-konten yang tidak semestinya ia ketahui. 

Terlebih, usia remaja belum termasuk dewasa, sehingga masih banyak hal yang mungkin belum bisa dicerna secara bijak oleh anak.

Bagaimana pun, keluarga dan lingkungan sekitar, terutama orangtua, harus bisa menjadi support system yang maksimal untuk para remaja. Ini termasuk dalam menggunakan media sosial dengan baik dan bijak. 

Jika anak sudah menunjukan adanya gejala kecanduan yang cukup parah atau bahkan hingga menimbulkan gejala depresi, pilihan terbaik untuk mengatasi kondisi ini yaitu dengan meminta bantuan tenaga ahli.

Tenaga ahli bisa meliputi psikolog atau psikiater yang dapat memberikan terapi lebih lanjut pada anak.       

Media sosial juga punya efek positif untuk remaja

Pada dasarnya, media sosial bisa menjadi sarana bagi para remaja untuk mengembangkan dirinya. 

Jika digunakan secara baik dan bijak, anak remaja bisa menggunakan medsos untuk hal-hal positif berikut ini. 

  • Berinteraksi dengan teman-teman. 
  • Mengekspresikan diri dengan baik dan positif. 
  • Menjadi sumber informasi untuk belajar. 

Agar mendapatkan manfaat ini, selain remaja yang perlu bijak menggunakan medsos, perlu dukungan juga dari orang-orang di sekitarnya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditulis oleh

dr. Kurniawan Satria Denta, M Sc, Sp.A

Kesehatan anak · Mayapada Hospital Kuningan


Tanggal diperbarui 22/06/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan