Kehadiran media sosial memang mempermudah kehidupan manusia, mulai dari komunikasi, mencari informasi, hingga menjalankan bisnis. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial juga memberikan efek negatif bagi mereka yang sudah kecanduan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Kehadiran media sosial memang mempermudah kehidupan manusia, mulai dari komunikasi, mencari informasi, hingga menjalankan bisnis. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial juga memberikan efek negatif bagi mereka yang sudah kecanduan.
Lantas, bagaimana tanda seseorang sudah kecanduan media sosial? Apakah ada cara untuk mengatasinya?
Sama halnya dengan kecanduan obat-obatan terlarang, kecanduan media sosial (medsos) terjadi ketika seseorang menggunakannya secara berlebihan.
Saat sudah kecanduan, aktivitas sehari-hari bisa terganggu karena Anda terlalu sibuk bermain medsos.
Kecanduan akan menghilangkan kemampuan Anda dalam mengontrol hasrat bermain social media.
Setiap orang mungkin mengalami gejala kecanduan media sosial yang berbeda, tergantung sejauh mana perkembangan teknologi tersebut telah mempengaruhinya.
Namun, Anda bisa mengenali diri sendiri atau orang lain yang sudah kecanduan social media dengan gejala umum seperti berikut.
Jika Anda merasakan beberapa gejala di atas atau kondisi lain yang membuat Anda sulit terlepas dari media sosial, sebaiknya mulailah mengurangi pemakaiannya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan Psychological Science (2016) menyebutkan bahwa penggunaan media sosial akan mempengaruhi kinerja otak.
Ketika membuka media sosial, Anda akan merasa gembira sehingga mendorong otak Anda untuk memproduksi lebih banyak dopamin, hormon yang menciptakan kebahagiaan.
Dengan begitu, otak Anda akan menganggap bahwa menggunakan media sosial adalah suatu hal yang menyenangkan dan perlu dilakukan kembali bahkan berulang-ulang.
Tidak cukup hanya dengan berinteraksi atau mengunggah sesuatu, mereka yang sudah kecanduan akan berusaha mendapat lebih banyak perhatian di media sosial.
Mereka mencarinya melalui likes atau comment karena hal tersebut akan menciptakan lebih banyak kebahagiaan.
Produksi dopamin yang berlebihan dari penggunaan media sosial itulah yang menjadi penyebab kecanduan.
Bukan hanya menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas produktif lainnya, kecanduan social media juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik penggunanya, berikut adalah beberapa di antaranya.
Keasyikan bermain media sosial kerap membuat seseorang lupa waktu, bahkan untuk tidur. Terlebih jika Anda memang memiliki lebih banyak waktu luang di malam hari.
Alih-alih istirahat, banyak orang yang memilih untuk menghabiskan waktunya untuk scrolling media sosial.
Beberapa dari Anda mungkin juga kerap memilih media sosial sebagai penghantar tidur. Namun nyatanya, pancaran sinar dari gadget secara berlebihan justru bisa mengurangi hormon melatonin sebagai sinyal tidur.
Kecanduan social media memang tidak mengakibatkan gangguan penglihatan secara langsung.
Namun, saat Anda terlalu lama fokus pada gadget yang menampilkan media sosial, mata Anda akan lebih cepat lelah, kering, dan bahkan kabur.
Oleh karena itu, penting untuk menetapkan batasan penggunaan media sosial supaya mata Anda bisa beristirahat dan tidak menimbulkan masalah kesehatan lain yang lebih serius.
Media sosial yang kerap digunakan sebagai tempat untuk memamerkan kegiatan sehari-hari sering kali membuat pengguna lain merasa iri.
Jika tidak dikelola dengan baik, rasa iri bisa menimbulkan depresi karena Anda memiliki keinginan besar untuk tampil serupa seperti pengguna lain tersebut.
Risiko depresi karena menggunakan media sosial secara berlebihan akan meningkat jika Anda kerap menggunakannya sambil berdiam diri sendirian.
Seseorang yang sudah mengalami kecanduan media sosial juga bisa merasakan dampak buruk lainnya seperti berikut.
Berikut adalah beberapa cara bijak dalam menggunakan media sosial untuk mencegah kecanduan.
Kunci utama untuk mencegah kecanduan media sosial adalah dengan membatasi penggunaannya. Saat ini, beberapa handphone sudah dilengkapi dengan fitur tersebut, jadi Anda tinggal mengaktifkannya.
Selain itu, Anda juga bisa membatasi waktu bermain media sosial dengan menggunakan stopwatch atau alarm pada waktu-waktu tertentu ketika Anda harus menghentikan pemakaian media sosial.
Hindari juga penggunaan media sosial sampai larut malam.
Tidak jarang, kecanduan media sosial bermula dari pemikiran “memanfaatkan waktu luang”. Sayangnya saat sudah kecanduan, Anda justru berusaha meluangkan waktu hanya untuk bermain social media.
Sebagai solusinya, Anda bisa mencari kegiatan lain seperti olahraga atau berkumpul dengan teman-teman untuk memanfaatkan waktu luang. Memiliki hobi akan membantu keluar dari kondisi ini.
Beberapa dari Anda mungkin memang membuka media sosial untuk mencari informasi tertentu. Namun tidak jarang fokus Anda justru terganggu dengan hal lain yang viral di media sosial.
Oleh karena itu, penting untuk mencari sumber lain yang juga lebih terpercaya dari media sosial saat mencari informasi. Contohnya dengan membaca koran, menonton berita di televisi, atau membuka situs berita (bukan media sosial).
Dengan adanya fenomena kecanduan social media, bukan berarti Anda benar-benar harus berhenti menggunakannya. Sebab jika digunakan dengan bijak dan sesuai kebutuhan, media sosial juga bisa memberikan manfaat.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kapan Anda harus bermain dan berhenti menggunakan media sosial.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar