Masa remaja adalah masa transisi yang dialami oleh anak ketika menuju proses pendewasaan. Pada masa ini, anak berisiko lebih besar mengalami krisis identitas yang bisa menyebabkan dirinya mempertanyakan nilai dan tujuan hidup. Jika Anda memiliki anak remaja, simak ulasan lengkap terkait krisis identitas pada remaja berikut ini.
Apa itu krisis identitas?
Krisis identitas atau identity crisis adalah sebuah konflik dalam diri yang bisa muncul dalam hidup.
Kemungkinan, ini membuat seseorang akan terus berpikir dan menyangkutpautkan keberadaan dirinya dengan kehidupan yang sedang dijalani.
Istilah identity crisis pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikoanalis sekaligus psikolog perkembangan bernama Erik Erikson.
Teori krisis identitas lahir karena Erikson percaya bahwa hal ini merupakan masalah kepribadian yang sering dihadapi banyak orang dalam hidupnya, terutama dalam tahap perkembangan remaja.
Proses pembentukan identitas pada remaja adalah salah satu bagian penting dari kehidupan seseorang.
Apalagi, identitas akan terus berkembang dan berubah selama menghadapi kondisi, situasi, maupun tantangan baru.
Dikutip dari Turkish Journal of Pediatrics, masa remaja merupakan masa di mana anak merasakan perubahan suasana hati yang tidak menentu.
Maka dari itu, anak cenderung menjadi lebih sensitif saat menghadapi suatu hal.
Anak yang mengalami krisis identitas bisa tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada Anda mengenai siapa saya sebenarnya? apa tujuan saya hidup?, atau apa manfaat yang bisa saya berikan dalam hidup?
Perlu Anda Ketahui
Apa ciri-ciri krisis identitas?
Krisis identitas pada remaja termasuk kondisi yang sulit dideteksi. Namun, ada beberapa hal yang kerap menjadi ciri utama yang bisa menandakan krisis identitas pada remaja, yakni sebagai berikut.
- Selalu mempertanyakan mengenai siapa dirinya, yang kemudian berujung dengan mempertanyakan berbagai aspek kehidupan.
- Pertanyaan melingkupi masalah sekolah, ketertarikan seksual, pasangan, keluarga, keyakinan, dan lain sebagainya.
- Kemungkinan berdampak terhadap cara remaja melihat diri sendiri.
- Pernah atau bahkan sering mengalami konflik batin karena pertanyaan-pertanyaan tersebut.
- Adanya perubahan besar yang sadar atau tidak turut memengaruhi perasaan dan kehidupan pribadi.
- Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong remaja untuk mencari tahu lebih dalam mengenai arti dan tujuan hidup.
Dalam keseharian, mungkin ada juga hal-hal yang dipikirkan oleh anak saat mengalami krisis identitas, sehingga membuatnya bingung harus melakukan apa.
Maka dari itu, peran Anda sebagai orangtua sangat dibutuhkan di sisi anak untuk mendampingi ketika kondisi ini terjadi.
Terlebih, masalah kepribadian ini tak jarang malah mengakibatkan dampak lainnya. Misalnya, stres hingga depresi pada remaja yang berkepanjangan.
Apa penyebab krisis identitas?
Krisis identitas bisa terjadi pada siapa pun, terlepas dari berapa usianya dan apa latar belakang kehidupannya.
Namun, banyak ahli berpendapat bahwa konflik dalam diri terkait identitas dan kehidupan biasanya hadir di kelompok usia remaja dan paruh baya.
Masa remaja merupakan transisi yang bisa dibilang cukup penting karena ada berbagai hal untuk dipelajari, seperti masa puber hingga perubahan fisik remaja.
Pada masa ini, ada kemungkinan anak akan merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri dengan hal tersebut.
Apalagi kalau ia tidak menghadapi masa adaptasi yang baik, maka bisa terjadi tahap awal krisis identitas pada remaja.
Mayoritas penyebab krisis identitas pada remaja berasal dari tekanan hidup dan masalah yang sedang dihadapi, sehingga mengakibatkan stres dan depresi.
Masalah pada remaja yang bisa menjadi pemicu terjadinya krisis identitas yang perlu diketahui orangtua, yaitu sebagai berikut.
- Masalah akademik.
- Mengalami perundungan (bully).
- Tekanan karena pergaulan.
- Perceraian orangtua.
- Mengalami peristiwa traumatis.
- Kehilangan orang yang dicintai.
- Kehilangan pekerjaan.
Hampir semua masalah tersebut sedikit banyak dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, termasuk memengaruhi cara remaja melihat dan menilai diri sendiri.