backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

12 Dampak Perceraian Orangtua Terhadap Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    12 Dampak Perceraian Orangtua Terhadap Anak

    Saat memasuki masa pernikahan, semua pasangan tentu berharap bisa terus bersama selamanya. Sayangnya, terkadang perpisahan harus terjadi karena satu dan lain hal. Perceraian tentunya bisa menimbulkan dampak, bukan hanya terhadap pasangan tersebut, tetapi anak juga akan terkena imbasnya.

    Apa akibat perceraian orangtua bagi anak? Penting untuk diketahui dan dipahami para orangtua melalui ulasan berikut.

    Beragam dampak perceraian orangtua terhadap anak

    cara menghadapi anak setelah bercerai

    Perceraian umumnya merupakan suatu hal yang sangat menyedihkan bagi setiap pasangan yang harus mengalaminya. Ini tentu tidak mudah dijalani, terlebih jika Anda dan pasangan sudah memiliki anak.

    Sayangnya, selain bisa berdampak pada diri Anda sendiri dan pasangan, efek perceraian juga bisa dirasakan oleh anak Anda. Anak dengan orangtua yang bercerai sering disebut dengan anak broken home

    Jika perceraian orangtua benar terjadi, berikut beberapa dampak terhadap anak.

    1. Merasa marah

    Rasa marah bisa timbul sebagai dampak terhadap anak saat orangtuanya harus bercerai.

    Perasaan ini bisa dialami oleh anak pada usia berapa pun. Namun umumnya, rasa marah banyak dirasakan oleh anak-anak usia sekolah dan remaja.

    Ini bisa dikarenakan anak merasa dunianya akan berubah dan berbeda dari sebelumnya yang ia ketahui.

    Terlebih, pemahaman anak-anak masih sangat terbatas untuk bisa mengerti kondisi yang sedang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.

    Perasaan marah bisa timbul akibat merasa ditelantarkan atau kehilangan kendali. Bahkan terkadang, anak juga bisa merasa marah terhadap dirinya sendiri karena merasa sebagai penyebab perceraian orangtua.

    2. Menarik diri dari lingkungan sosial

    Anak-anak yang sebelumnya suka bersosialisasi dengan orang lain bisa secara tiba-tiba menjadi pendiam, pemalu, atau bahkan mengalami kecemasan akibat perceraian orangtua.

    Sebagai dampak perceraian terhadap anak, ia bisa merasa kewalahan dengan pikiran dan perasaan yang mungkin timbul setelah orangtua harus bercerai.

    Akibatnya, anak tidak merasa tertarik atau bahkan takut melakukan kontak fisik dengan orang lain. Selain itu, anak juga bisa menarik diri karena memiliki rasa percaya diri yang rendah.

    3. Prestasi akademik menurun

    Perceraian orang tua juga bisa berdampak pada nilai-nilai anak secara akademis di sekoah.

    Bahkan, penurunan nilai anak di sekolah bisa terjadi cukup jauh dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

    Masalah ini umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan, tetapi biasanya paling terlihat pada anak berusia 13—18 tahun.

    Ada beberapa hal yang bisa menjadi pemicu, di antaranya anak merasa ditelantarkan, depresi, atau terus-menerus memikirkan masalah yang sedang dialami orangtua.

    Jika nilai anak terus memburuk, hal ini bisa memengaruhi membuat anak kesulitan di kemudian hari atau tidak tertarik untuk belajar dan mendapat pendidikan.

    4. Rasa cemas akibat perpisahan

    Anak-anak yang berusia lebih muda dapat merasa cemas akibat harus mengalami perpisahan. Kecemasan tersebut bisa ditandai dengan menangis terus-menerus dan sifat manja.

    Kondisi ini bisa dianggap sebagai gangguan tumbuh kembang yang sering terjadi saat anak berusia 6—9 tahun.

    Anak mungkin juga akan menanyakan kemana ayah atau ibunya saat Anda sudah bercerai dan tidak tinggal bersama.

    5. Penurunan kemampuan anak

    Dampak lainnya dari perceraian terhadap anak, yakni tanpa disadari anak-anak berusia 18 bulan hingga 6 tahun bisa kembali menjadi manja, mengompol, mengisap jempol, maupun marah (tantrum).

    Penurunan kemampuan pada anak bisa menjadi tanda ia mengalami stres akibat perceraian.

    6. Perubahan pola makan dan tidur

    Belum dapat diketahu secara pasti apakah perceraian bisa menyebabkan penurunan berat badan pada anak.

    Namun, beberapa anak bisa mengalami berat badan berlebih setelah orangtua bercerai. Peningkatan berat badan ini biasanya dialami jika perceraian terjadi sebelum anak berusia 6 tahun.

    Anak-anak dengan orangtua yang bercerai juga cenderung mengalami gangguan tidur. Ini juga bisa memicu terjadinya kenaikan berat badan.

    Anak mungkin juga akan merasa cemas sebelum tidur karena takut mengalami mimpi buruk atau halusinasi.

    7. Memihak salah satu orangtua

    Berdasarkan penelitian dalam jurnal Clinical Review, anak akan mengalami disonansi kognitif dan konflik kesetiaan sebagai dampak perceraian terhadap anak.

    Ini bisa terjadi karena anak merasa tidak nyaman berada di antara kedua orangtua tanpa harus memihak. Terlebih jika masing-masing orangtua menginginkan hak asuh anak.

    Padahal, memaksakan anak harus berlaku adil tanpa memihak di antara kedua orangtua bisa berbahaya bagi anak. Anak juga bisa merasa tidak nyaman yang ditandai dengan sakit perut atau sakit kepala.

    Seiring dengan pertambahan usia, anak mungkin akan lebih berpihak pada salah satu orangtua. Hal ini terutama terjadi jika pada akhirnya anak tidak menjaga komunikasi dengan orangtua.

    8. Depresi

    Pada umumnya, anak juga akan merasa sedih dan kecewa saat kedua orangtuanya harus mengalami perceraian.

    Namun, beberapa penelitian menunjukan bahwa salah satu masalah anak broken home yaitu juga berisiko lebih tinggi mengalami depresi.

    Sebagian anak bahkan juga berisiko lebih tinggi melakukan ancaman atau percobaan bunuh diri.

    Meski dapat dialami oleh anak-anak di usia berapa pun, depresi diketahui lebih rentan terjadi pada anak berusia 11 tahun ke atas.

    Dilansir dari American Academy of Pediatrics, kondisi ini juga lebih sering dialami oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

    9. Gangguan perilaku

    Anak-anak dengan orang tua yang bercerai juga lebih rentan memiliki kenakalan atau gangguan perilaku, seperti penyalahgunaan alkohol dan NAPZA, perilaku agresif, dan kegiatan seksual terlalu dini.

    Beberapa penelitian menunjukan bahwa remaja perempuan yang tidak memiliki sosok ayah di rumah cenderung melakukan hubungan seksual di usia dini.

    10. Kesulitan menjalin hubungan

    Risiko perceraian diketahui lebih tinggi dialami oleh anak-anak dengan orangtua yang bercerai.

    Ini diduga karena anggapan anak terhadap hubungan komitmen jangka panjang bisa berubah setelah melihat orangtua bercerai. Anak menjadi percaya bahwa keluarga bisa terbentuk tanpa adanya pernikahan.

    11. Menjadi lebih posesif

    Dampak negatif akibat perceraian bagi anak bisa membuat anak lebih posesif dalam menjalani hubungan pertemanan atau percintaan.

    Hal ini karena anak dengan orangtua yang bercerai lebih haus kasih sayang secara emosional akibat tidak bisa didapatkan dari keluarganya.

    Selain itu, anak broken home juga cenderung memiliki rasa cemburu yang berlebihan terhadap orang-orang di sekitarnya.

    12. Sulit percaya dengan orang lain

    Studi dalam jurnal International E-journal of Advances in Social Sciences menunjukkan bawah, perceraian orangtua bisa membuat anak sulit percaya dengan orang lain dan akan selalu merasa bahwa ia sedang dibohongi.

    Akibatnya, anak akan lebih kesulitan menjalin hubungan baru.

    Cara mengatasi dampak perceraian orangtua terhadap anak

    Meski memang perceraian bukanlah hal yang mudah dihadapi, dampak perceraian terhadap anak umumnya dapat diatasi dan dicegah. 

    Untuk membantu anak Anda mengatasi dan menghindari dampak perceraian orangtua terhadap dirinya, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, yaitu sebagai beriku. 

    • Mengajak anak secara tidak langsung agar mau bercerita kepada Anda tentang apa pun yang sedang ia alami.
    • Memahami cara anak menyesuaikan diri dengan perubahan setelah perceraian.
    • Menghindari adanya masalah di antara Anda dengan mantan pasangan agar anak tidak merasa terbebani untuk mendukung salah satu pihak.
    • Mencari bantuan dan dukungan dari keluarga dan kerabat saat membutuhkan karena Anda tidak harus mengahadapi semuanya sendirian.
    • Menjaga kondisi diri sendiri agar Anda bisa lebih kuat dan tenang dalam menghadapi kondisi setelah perceraian.

    Kesimpulan

    Pada akhirnya, semua kembali pada apa yang terbaik untuk setiap anggota yang ada di dalam keluarga. Jika perceraian menjadi jawaban terbaik, Anda bisa mencoba menjelaskan perceraian kepada anak secara perlahan. Tekankan padanya bahwa anak tetap akan menjadi buah hati kedua orangtuanya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan