Ada banyak cara dalam mendidik anak untuk mendukung tumbuh kembangnya dengan baik. Sayangnya, banyak orang yang masih belum sadar betul soal penerapan pola asuh narsistik. Gaya pengasuhan ini biasanya dilakukan oleh orangtua dengan gangguan kepribadian, yakni narsis.
Anak yang dibesarkan dengan orangtua narsis tentu akan memiliki dampak tersendiri bagi tumbuh kembangnya. Berikut penjelasan selengkapnya.
Apa itu pola asuh orangtua narsis?
Orangtua narsis adalah orangtua yang memiliki gangguan kepribadian narcissistic personality disorder (NPD) yang ditandai dengan sikapnya yang lebih mementingkan diri sendiri.
Sering kali, orangtua dengan gangguan kepribadian ini cenderung memaksa dan melihat anaknya sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri.
Tak heran, jika pola asuh orangtua narsis cenderung memiliki kendali penuh atas anaknya dan tidak peduli seberapa besar dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.
Orangtua narsistik akan terus menerus melihat diri mereka sebagai otoritas terakhir dan selalu benar tanpa mendengarkan anaknya.
Sementara itu, anak yang berusaha menyampaikan atau mengungkapkan pendapatnya kepada orangtua dianggap berdebat.
Tentunya, penerapan pola asuh narsistik ini dapat membuat anak merasa bingung dan sendirian.
Anak sering bergumul dengan masalah harga diri dan kesulitan membangun hubungan yang sehat di kemudian hari.
Ciri-ciri orangtua narsis
Orangtua yang narsis cenderung sangat mementingkan diri sendiri, mengontrol, egois, serta kritis terhadap perilaku atau penampilan anak-anak mereka.
Orangtua akan menuntut perfeksionisme dalam segala hal yang anak mereka lakukan.
Bahkan, orangtua narsistik tidak segan-segan untuk memberi perlakuan kejam terhadap orang lain tanpa rasa bersalah atau penyesalan selama itu bermanfaat bagi mereka.
Banyak orangtua yang masih belum menyadari bila sikapnya narsistik termasuk dalam toxic parenting. Berikut adalah ciri-ciri orangtua narsis yang perlu diwaspadai.
1. Memiliki sifat yang egois
Orangtua narsistik biasanya disibukkan dengan membangun citranya. Mereka akan tega memanfaatkan orang lain bahkan anaknya sendiri untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Selain itu, kebanyakan orangtua narsis berasumsi bahwa orang lain sama egois dan sok hseperti dirinya. Jadi, mudah saja bagi mereka untuk mengendalikan orang lain tanpa merasa bersalah atau menyesal.
Misalnya, dalam suatu kelompok, orangtua narsistik akan sering menyela orang lain ketika sedang berbicara untuk memastikan semua orang mendengarkannya.
2. Mengharapkan pujian dari orang lain
Karena orangtua narsistik sering kali sibuk membuat pencitraan terhadap orang lain, maka wajar saja bila mereka juga mengharapkan penghargaan atau pujian.
Melalui situs Mantra Care, disebutkan jika orangtua yang narsis sering kali memaksakan agenda atau kehendaknya dan kemudian merasa kecewa ketika usaha tersebut tidak menghasilkan tanggapan yang positif.
Sebagai contoh, orangtua cenderung merendahkan anaknya ketika tidak mendapatkan nila A saat ujian karena mereka takut tidak mendapat pujian dari orang di sekitarnya.
3. Bersikap manipulatif
Saat mendorong anak untuk memenuhi atau melebihi ekspektasi mereka yang sudah terlalu tinggi ini, orangtua narsis akan memanipulasi emosi dan pikiran anak.
Mereka tidak ragu untuk menyalahkan (blaming), membuat anak merasa bersalah, atau membuat anak merasa malu terhadap diri sendiri agar mau menuruti keinginan orangtua.
Perilaku manipulatif tersebut terjadi karena orangtua menganggap perhatian dan kasih sayang yang diberikan merupakan suatu harga yang harus dibayar dalam hubungan timbal balik.
Hal itu tentu berbanding terbalik dengan pola asuh positif pada umumnya, di mana orangtua harus memberi tanpa pamrih dan balas jasa.
4. Menjadi posesif
Ketika anak mulai beranjak dewasa, orangtua narsistik dapat bersifat posesif.
Mereka cenderung menginginkan anak mereka terus menerus berada di bawah pengaruh atau bayang-bayang orangtuanya.
Bahkan, dalam kasus yang lebih parah, orangtua dapat menunjukan sikap tidak suka ketika anak sudah mulai hidup secara mandiri.
5. Memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi
Sama seperti karakteristik seseorang narsistik pada umumnya yang ingin terlihat lebih unggul di segala bidang daripada orang lain.
Dalam hal ini, orangtua narsis sering kali memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap tumbuh kembang anak mereka.
Kebanyakan orangtua yang narsistik ingin memamerkan pencapaian anak dan selalu mendorong anak untuk berbuat melebihi ekspektasi mereka demi kebanggaan mereka sendiri.
Dampak dari pola asuh orangtua yang narsistik
Akibat pola asuh menyimpang ini, bukan tidak mungkin hubungan orangtua dengan anak cenderung kaku karena orangtua terlalu bersikap keras, khususnya ketika anak berbuat salah.
Orangtua yang narsistik juga cenderung tidak memahami perasaan anak karena memiliki rasa empati yang rendah terhadap anak.
Dampak utama yang dialami anak akibat pola asuh orangtua narsistik adalah mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian, seperti diantaranya.
- Mudah menyalahkan diri sendiri.
- Kesulitan membangun hubungan dengan orang lain.
- Memiliki kepercayaan diri yang rendah.
- Terlalu bersikap mandiri.
- Kurang memerhatikan diri sendiri.
- Ikut mengembangkan perilaku narsistik.
- Mengalami stres atau gangguan kecemasan.
Cara menghindari pola asuh narsistik
Perlu diingat jika perilaku anak adalah cerminan orangtua. Jangan sampai anak Anda meniru perilaku atau kebiasaan buruk dari orangtuanya.
Pasalnya, hal negatif yang telah tertanam dalam benak anak sejak kecil, biasanya akan terus menetap hingga ia tumbuh dewasa.
Kendati begitu, Anda tidak perlu khawatir karena tidak ada kata terlambat untuk menerapkan atau memberikan pola asuh yang terbaik untuk anak.
Ketahui beberapa cara menghindari pola asuh narsistik di bawah ini.
1. Tetapkan batas
Tetapkan batasan dan konsistenlah dengan hal tersebut. Pastikan bahwa anak tahu apa yang dapat diterima dan tidak. Jadi, anak tidak akan merasa kebingungan.
Menetapkan batasan sangat perlu agar terhindari dari sikap orangtua narsis yang kadang-kadang bisa berlebihan dalam hal tuntutan atau permintaan mereka.
2. Beri ruang
Setiap orangtua harus menyadari bahwa anak-anak akan tumbuh dewasa dan dapat menentukan masa depannya sendiri.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua memberikan kebebasan atau ruang bagi anak untuk bereksplorasi.
Jangan lupa tetapkan batasan atau aturan juga untuk memastikan anak tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Kesimpulan
Itulah sejumlah informasi terkait orangtua narsis. Penting untuk diingat bahwa setiap orang berhak mendapatkan cinta dan rasa hormat tidak peduli seberapa buruk masa lalunya atau kesalahan apa yang telah diperbuat, termasuk orangtua.
[embed-health-tool-vaccination-tool]