Perkembangan kemampuan kognitif balita atau perkembangan otak anak lebih rumit dipahami, jika dibandingkan dengan perkembangan fisik, seperti tinggi atau berat badan. Tidak ada alat ukur yang bisa menentukan sejauh mana perkembangan balita dari segi kemampuan otak. Lalu, apa itu kemampuan kognitif balita dan seberapa penting hal tersebut dalam perkembangan si kecil?
Apa itu perkembangan kognitif balita?
Melansir dari Simply Psychology, kemampuan kognitif balita adalah perkembangan dari segi keterampilan anak dalam berpikir. Beberapa kemampuan tersebut yaitu perhatian, pemikiran, ingatan anak, dan pemecahan masalah (problem solving).
Keterampilan ini sangat penting untuk tumbuh kembang anak karena berhubungan dengan kemampuan anak memproses informasi sensorik.
Kemampuan ini juga dibutuhkan balita belajar untuk mengevaluasi, menganalisis, mengingat, membandingkan, dan memahami sebab akibat.
Kemampuan kognitif balita berhubungan erat dengan faktor genetik. Oleh karena itu, kemampuan orangtua bisa diturunkan ke anaknya. Meski begitu, perkembangan kognitif anak bisa dilatih dan ditingkatkan dengan beberapa cara yang tepat, sesuai usia anak.
Benarkah perkembangan kognitif balita berhubungan dengan pengasuhan ibu?
Penelitian di Washington University School of Medicine di St. Louis menemukan bahwa anak-anak yang dalam pengasuhan ibu saat sebelum sekolah, memiliki pertumbuhan volume bagian dari otak besar (hippokampus) yang lebih tinggi ketika masuk sekolah hingga beranjak dewasa.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak atau kurang berada di bawah pengasuhan ibunya saat mereka belum sekolah, memiliki pertumbuhan volume otak yang kurang. Hal ini terjadi meskipun setelah si anak mulai masuk sekolah si anak berada di bawah pengasuhan si ibu.
Para peneliti melakukan penelitian terhadap 127 anak-anak yang mereka perhatikan pertumbuhan otaknya dimulai saat mereka masih anak-anak hingga dewasa.
Anak-anak yang ikut dalam penelitian ini menjalani 3 kali pemindaian magnetic resonance imaging (MRI). MRI scan adalah teknologi yang berfungsi untuk mengukur dimensi dan aliran darah pada struktur otak.
Tingkatan dari pengasuhan ibu selama masa anak-anak juga diukur dalam penelitian ini.
Bagaimana perkembangan kognitif balita usia 1-5 tahun?
Perkembangan kognitif balita umumnya akan meningkat seiring dengan usianya. Berikut kemampuan kognitif anak dari usia 1-5 tahun:
Balita usia 1-2 tahun
Seiring bertambahnya usia, kemampuan anak juga semakin meningkat. Mengutip dari situs resmi Universitas Michigan, si kecil lebih penasaran terhadap banyak hal dan ini termasuk dalam perkembangan kognitif balita usia 1 tahun.
Tidak hanya itu, ia mulai gemar membuka dan menutup laci, mendorong pintu, hingga corat coret.
Di usia 1-2 tahun, anak bisa mencari objek yang disembunyikan oleh Anda juga sebaliknya. Si kecil menyembunyikan mainannya untuk Anda. Ia juga sedang suka main petak umpet bersama orang di rumah.
Usia 2-3 tahun
Kemampuan kognitif balita, disebut juga dengan kemampuan intelektual dan berpikir. Pada anak usia 2 tahun, kondisi ini sedang berkembang sangat pesat.
Melansir dari Aussie Child Care Network, kemampuan kognitif balita usia 2-3 tahun meliputi:
- Mampu mengetahui karakter yang sangat khas (misalnya, warna, ukuran, bentuk)
- Menyebut dan menunjukkan objek yang ada di dalam gambar
- Menyebutkan bagian tubuh yang Anda tanyakan.
Sejalan dengan hal tersebut, bila dilihat dari grafik Denver II, perkembangan kognitif balita usia 2 tahun sudah mengetahui kegiatan yang sedang dilakukan. Termasuk saat ia bermain masak-masakan, membaca buku, atau membereskan mainan.
Anak usia 2-3 tahun sudah bisa mengurutkan benda sesuai warna dan ukuran, menyelesaikan puzzle dengan 3-4 bagian, dan bermain peran dengan boneka. Berbagai kemampuan ini adalah salah satu perkembangan kognitif balita.
Usia 3-4 tahun
Anak usia 3 tahun sampai anak usia 4 tahun semakin banyak bertanya “kenapa” pada sesuatu yang ia lihat karena rasa penasarannya tinggi.
Sebagai orangtua, mungkin Anda sering bingung menjawab pertanyaan dengan jawaban sederhana dan mudah dimengerti. Berbagai pertanyaan ini termasuk kemampuan kognitif balita yang dimiliki anak usia 3-4 tahun.
Di usia ini, perkembangan kognitif balita mencakup kemampuan:
- Menyebut dan menunjuk warna yang dilihat
- Mengerti tentang perbedaan dan persamaan kemudian mulai membandingkannya
- Mengerti konsep hitungan
Si kecil juga sudah bisa bermain lebih kreatif, mampu mengingat bagian cerita yang termasuk perkembangan sosial dan emosional anak usia dini.
Usia 4-5 tahun
Usia 4-5 tahun, perkembangan kemampuan kognitif balita semakin baik ditandai dengan kemampuan bicara yang sudah sangat lancar dan mudah dimengerti oleh orang lain.
Mengingat anak usia 4 tahun sampai anak usia 5 tahun sudah mulai sekolah, kemampuan kognitifnya mencakup:
- Suka menari, atau anak suka bernyanyi, bersenandung
- Membuat kosakata baru ketika berinteraksi dengan temannya
- Mampu menghitung sampai 10
- Menyebutkan dengan benar 4 warna dan 3 bentuk
- Memahami konsep kegiatan sehari-hari, misalnya, sarapan di pagi hari, mandi di sore hari
Selain itu, anak tidak hanya bisa menjawab pertanyaan, tetapi juga sudah bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik.
Bagaimana cara meningkatkan perkembangan kognitif balita usia 1-5 tahun?
Kemampuan otak anak memang berhubungan erat dengan faktor genetik, tapi Anda bisa melatihnya agar kemampuan kognitif balita meningkat dan lebih baik. Berikut cara melatih kemampuan kognitif anak dari usia 1-5 tahun.
Usia 1-2 tahun
Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan bersama si kecil untuk meningkatkan perkembangan kognitif balita usia 1-2 tahun, seperti:
Membuat suara unik
Mengutip dari Day Early Learning, Anda bisa bermain membuat suara unik dari benda-benda yang ada di rumah, misalnya suara kertas yang ditiup atau panci yang dipukul.
Biarkan si kecil meniru suara yang Anda buat, ini melatih pendengaran dan penyerapan anak dalam meniru kegiatan.
Sembunyikan mainan
Tidak perlu Anda yang sembunyi, bisa juga menyembunyikan mainan atau benda tertentu dan biarkan si kecil mencarinya. Beritahu anak mainan apa yang disembunyikan dan beri petunjuk tempatnya.
Ini melatih pendengaran dan pemecahan masalah (problem solving) pada anak usai 1-2 tahun.
Usia 2-3 tahun
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan bersama anak untuk melatih kemampuan kognitif balita, seperti:
Mengurutkan bentuk
Mengingat di usia ini anak sudah mengenal bentuk dan warna, Anda bisa mengajak si kecil bermain mengurutkan bentuk balok dan mencocokkannya dengan warna yang sama.
Dalam situs Mental Up dijelaskan bahwa jenis permainan anak ini mampu membantu si kecil untuk mengerti tentang sebab akibat, kecerdasan visual, dan koordinasi antara tangan dan mata.
Saat anak Anda mencocokkan dengan benar, jangan lupa untuk beri apresiasi pada si kecil agar ia merasa senang dan lebih semangat lagi.
Menggunting kertas
Untuk melatih kemampuan kognitif balita, permainan dengan menggunakan gunting bisa menjadi pilihan. Bahan yang dibutuhkan cukup mudah, hanya gunting dan buku atau majalah yang sudah tidak terpakai.
Ajak anak untuk memisahkan gambar sesuai kelompoknya, misalnya di majalah tersebut ada gambar binatang, kelompokan dengan sejenisnya, manusia, bunga, dan lainnya.
Manfaatnya, anak belajar untuk mengelompokkan dan mengetahui perbedaan antara satu gambar dan yang lain. Selain itu menggunting juga mampu mengembangkan motorik anak usia dini.
Setelah itu, gunting gambar sesuai dengan garis yang sesuai dengan bentuknya. Biarkan anak berkonsentrasi dengan permainan ini. Awasi si kecil ketika sedang menggunting untuk menghindari terjadi kecelakaan kecil yang bisa mengganggu kemampuan kognitif balita.
Usia 3-4 tahun
Setidaknya ada dua jenis permainan anak yang dapat membantu orangtua untuk mendukung perkembangan kognitif balita, yaitu:
Mencocokkan kartu
Di usia 3-4 tahun anak sudah mengerti tentang kesamaan dan perbedaan dalam konsep yang lebih sederhana. Mencocokkan kartu bisa menjadi cara untuk melatih kemampuan kognitif balita dalam hal ingatan si kecil.
Ada banyak kartu permainan yang dijual di pasaran, sesuaikan dengan selera anak Anda agar kemampuan kognitif balita berjalan baik.
Cara mainnya, acak kartu hingga tidak berurutan, lalu buka satu kartu dan minta anak mencari gambar sama dengan kartu yang dia buka. Batasi kesempatannya membuka kartu, setelah itu giliran Anda untuk bermain.
Ketika ia mendapat gambar yang cocok, tanya padanya gambar apa dan jelaskan tentang yang anak lihat di kartu. Ini mampu meningkatkan kemampuan kognitif balita.
Bermain balok susun
Mainan yang lebih dikenal dengan nama lego ini sangat bermanfaat untuk merangsang kemampuan kognitif balita usia 3-4 tahun. Balok susun memiliki warna yang sangat beragam dan bentuknya 3 dimensi, sehingga si kecil bisa berkreasi dengan menyusun balok-balok ini.
Ada beberapa ukuran balok susun yang bisa dibentuk menjadi sesuatu, sesuai dengan imajinasi anak.
Permainan ini mengasah kemampuan penyelesaian masalah atau problem solving pada anak 3-4 tahun. Balita perlu mencari tahu bagaimana cara menyusun balok menjadi menara dari balok yang lebih kecil.
Usia 4-5 tahun
Saat balita berusia 4-5 tahun, kegiatan yang dapat membantu perkembangan kemampuan kognitif, seperti:
Bermain puzzle
Raising Children menjelaskan, bermain puzzle bisa menjadi permainan untuk melatih kemampuan kognitif balita (perkembangan kognitif balita). Anda bisa mengawali permainan ini dengan kepingan puzzle yang besar agar anak lebih mudah saat memainkannya.
Ketika anak sudah lancar, bisa beralih ke ukuran yang sedang, sampai yang kecil. Hindari membiarkan anak bermain sendiri, Anda bisa ikut serta menyusun gambar sambil sesekali ajak diskusi tentang bentuk dan susunan puzzle.
Melatih dua bahasa (bilingual)
Belajar bahasa kedua sejak dini alias bilingual memang bermanfaat untuk perkembangan kognitif balita. Anak dan orang dewasa yang menguasai lebih dari satu bahasa memiliki otak yang cukup aktif dan fleksibel.
Menurut penelitian dari Royal Society Open Science, anak yang sejak kecil belajar dua bahasa akan menangkap informasi baru lebih cepat dibandingkan anak lainnya.
Para ahli coba mengungkap apakah lingkungan bahasa yang lebih kompleks di rumah bilingual dapat mendorong bayi mengembangkan fokus mereka.
Di dalam penelitian tersebut terdapat 102 bayi yang berusia diantara 7 dan 9 bulan. Setengah dari mereka dibesarkan dalam lingkungan dua bahasa atau lebih.
Selain itu, bayi kelompok bilingual ini juga mendengar bahasa utama mereka tidak lebih dari 75 persen. Sisanya berada dalam kelompok yang mendengar bahasa utama di lingkungan sekitarnya.
Melatih anak menggunakan dua bahasa bisa dimulai sejak usia bayi sampai pra sekolah, seperti di usia 4-5 tahun.
Cara meningkatkan daya ingat untuk perkembangan kognitif balita
Daya ingat termasuk dalam perkembangan kognitif balita yang perlu dilatih di usia dini. Berikut ini beberapa cara sederhana yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan daya ingat jangka panjang si kecil.
1. Bermain sambil belajar
Bermain merupakan cara meningkatkan daya ingat si kecil yang paling sdisukai semua anak.
Beberapa permainan yang bisa Anda lakukan bersama si kecil untuk merangsang daya ingatnya adalah puzzle, flash card, mewarnai, permainan aneka bentuk dan warna, serta menempelkan angka, huruf, ataupun gambar.
2. Bercerita bersama
Anda bisa mendongengkannya berbagai macam jenis cerita sebelum tidur dan saat waktu luang. Setelah selesai mendongeng, ajaklah si kecil untuk kembali mengingat jalan cerita tadi, seperti nama tokoh, nama tempat dan seterusnya.
Melakukan pengulangan membuat anak terbiasa mendengarkan dan merekamnya dalam memori mereka. Selain dari buku cerita, Anda juga bisa juga menggunakan boneka tangan, gambar-gambar yang bisa diganti-ganti dan menarik perhatiannya.
3. Mengajak bernyanyi
Anda juga bisa meningkatkan daya ingat anak dengan musik dan mengajaknya bernyanyi, misalnya menyanyikan langkah-langkah mengikat tali sepatu. Tidak lupa ajak juga si kecil untuk berjoget dan bertepuk tangan untuk menambah kegembiraan dan semangatnya.
Jika kegiatan ini dilakukan secara rutin, lambat laun anak pasti akan mencoba menirukan nada dan lirik lagu yang sering dinyanyikannya serta mengingat informasi yang terkandung di dalam lagu.
4. Cukup tidur
Sebuah studi yang dilakukan oleh Northwestern University menemukan bahwa tidur yang cukup merupakan kunci mempertahankan daya ingat. Hal ini dikarenakan selama tidur otak menyimpan hal-hal penting yang sudah dipelajari selama seharian.
Itu sebabnya, pastikan si kecil mendapatkan kualitas tidur yang baik setiap harinya. National Sleep Foundation (NSF) merekomendasikan waktu tidur si kecil 11 – 13 jam per hari (sudah termasuk tidur siang).
5. Memperhatikan asupan nutrisi
Selain beberapa kebiasaan sederhana yang sudah disebutkan di atas, Anda juga harus memperhatikan gizi balita. Pemberian makanan yang bergizi untuk si kecil pada nyatanya juga berperan penting sebagai cara meningkatkan daya ingat anak.
Berikan asupan nutrisi anak yang cukup dengan memberikan makanan balita yang kaya vitamin, asam folat, asam lemak esensial, zat besi, serta seng untuk merangsang fungsi otak yang akhirnya akan memengaruhi daya ingatnya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]