Anda dapat memerhatikan anak-anak melakukan hal ini, biasanya saat bermain di luar rumah. Misalnya, ikut memerhatikan anak lain yang bermain petak umpet, melihat permainan anak lain yang bermain bola, atau melihat anak-anak perempuan yang bermain lompat tali.
4. Permainan paralel (parallel play)

Ketika berusia balita, si kecil akan mengalami masa peralihan, yaitu dari yang bermain sendiri kemudian mulai berbaur dengan teman-temannya. Namun pada awalnya mereka akan tetap bermain sendiri meski sedang bersama temannya. Hal ini disebut dengan parallel play.
Jadi ia akan cenderung fokus dengan mainan yang sedang ia mainkan, meski di sekitarnya ada temannya yang juga sedang bermain permainan yang sama. Walaupun anak masih sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak memperhatikan temannya yang lain, jenis permainan ini memberikan kesempatan anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Misalnya, mereka saling bertukar mainan atau memulai obrolan kecil dengan temannya mengenai permainannya.
5. Permainan Asosiatif

Nah, ketika semakin besar si kecil akan cenderung memainkan permainan asosiatif. Tahap permainan ini hampir sama dengan permainan mengamati, tapi kali ini sang buah hati mulai ikut tertarik menirukan gerakan-gerakan permainan yang ia lihat.
Si kecil akan ikut bermain, menunjukkan rasa ketertarikannya dengan permainan tersebut. Misalnya, ia sedang melihat teman sebayanya main petak umpet. Ketika itu, si kecil tidak akan sekadar mengamati, tapi juga ikut berlarian mencari atau mengelilingi teman-temannya yang sedang bermain.
Dalam tahap permainan ini, meski anak sudah mulai ikut permainan, ia masih belum mengetahui cara melakukan permainan tersebut dengan benar atau mengetahui peraturan dari permainan.
6. Permainan berkelompok (Cooperative play)

Jenis permainan anak ini merupakan tahapan akhir ketika anak benar-benar bisa bermain dengan temannya yang lain. Biasanya cooperative play dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar atau sudah bersekolah. Permainan ini menggunakan semua keterampilan sosial yang dimiliki anak, terutama dalam berkomunikasi.
Bukan hanya mengandalkan kemampuan sendiri, seperti bermain kelereng, petak umpet, bola bekel, atau congklak. Jenis permainan ini juga membangun kerja sama anak dan teman satu kelompoknya memiliki tujuan yang sama, baik itu menyelesaikan permainan atau memenangkan permainan. Misalnya, bermain ular naga, galasin, atau sepak bola.