backup og meta

6 Pilihan Permainan Anak untuk Dukung Tumbuh Kembangnya

6 Pilihan Permainan Anak untuk Dukung Tumbuh Kembangnya

Tahukah Anda kalau permainan anak dapat mendukung tumbuh kembang anak? Ya, bermain bukan sekadar untuk bersenang-senang, tapi juga bisa membangun kreativitas, imajinasi, dan keterampilan lain yang sangat baik untuk anak.

Namun, tidak semua jenis mainan anak sama. Yuk, ketahui berbagai jenis permainan yang baik dan bisa diberikan untuk anak!

Beragam jenis permainan anak untuk dukung perkembangannya

Ada enam jenis permainan anak yang dilakukan sesuai usia, suasana hati, dan latar sosial.

Masing-masing jenis permainan ini punya banyak contoh pilihan yang bisa Anda lakukan atau praktikkan bersama si Kecil.

1. Permainan ‘bebas’ (unoccupied play)

si Kecil bermain

Permainan ini biasanya banyak dilakukan ketika si Kecil masih bayi. Tahap permainan ini mengacu pada kreativitas anak untuk menggerakkan tubuh secara acak dan tanpa tujuan.

Ini merupakan permainan paling dasar yang dilakukan oleh anak-anak. Tujuannya untuk melatih si Kecil agar bisa bebas berpikir, bergerak, dan berimajinasi tanpa aturan permainan.

Beberapa contoh permainan bebas yang bisa bayi Anda mainkan, seperti:

  • bola bertekstur,
  • buku dengan bahan tebal,
  • main lempar tangkap bola,
  • foto anak atau cermin agar ia bisa melihat wajahnya sendiri, dan
  • mainan yang memiliki tekstur dan warna menarik serta bisa mengeluarkan bunyi-bunyian.

Namun, hindari mainan yang ukurannya kecil, mengeluarkan cahaya yang tajam, dan berukuran terlalu besar.

2.  Bermain sendiri (independent play)

anak main boneka manfaat bermain boneka

Sesuai dengan namanya, kata independent berarti sendiri. Maksudnya, orangtua hanya sebatas mengawasi anaknya saja ketika anak bermain sendiri.

Membiarkan anak bermain sendiri sangat penting untuk tumbuh kembang anak karena dapat mendorong terbentuknya sikap mandiri.

Tidak ada orang di sekitarnya yang ikut bermain justru membuat anak jadi lebih mengenal kemampuan dirinya sendiri.

Ini juga bisa meningkatkan rasa kepercayaan diri anak atas usahanya dalam menyelesaikan permainan.

Jenis permainan ini biasanya dilakukan oleh anak usia 2—3 tahun. Pada usia tersebut, anak-anak cenderung pemalu dan keterampilan komunikasinya belum cukup baik sehingga lebih nyaman untuk bermain sendiri.

Ada banyak cara untuk melakukan jenis permainan ini, contohnya:

  • kendaraan mainan, seperti kereta-keretaan atau mobil-mobilan,
  • alat dapur kecil, seperti masak-maasakan,
  • baju-bajuan,
  • bermain boneka atau action figure, dan
  • menyusun puzzle atau balok.

3. Permainan mengamati (onlooker play)

anak bersosialisasi

Pernahkan Anda mengamati seorang anak yang hanya mengamati anak lain yang bermain?

Walaupun tidak ikut andil dalam permainan, anak tersebut sebenarnya sedang bermain juga. Ya, anak ini sedang melakukan “permainan mengamati“ (onlooker play).

Menariknya, meski tidak terlihat sedang bermain, tapi “permainan mengamati” ini punya manfaat tersendiri, seperti berikut.

  • Membantu si Kecil untuk mengembangkan komunikasi dengan teman seusianya.
  • Memahami aturan permainan baru.
  • Lebih berani untuk berinteraksi dengan teman-temannya yang lain untuk membahas permainan tersebut.

Contoh permainan mengamati yang sering kali dilakukan oleh anak, yaitu:

  • memerhatikan anak lain yang bermain petak umpet,
  • melihat anak lain  bermain bola, atau
  • melihat anak-anak perempuan yang bermain lompat tali.

Anda dapat memerhatikan anak-anak melakukan hal ini biasanya saat bermain di luar rumah.

4. Permainan paralel (parallel play)

menguatkan hubungan kakak adik di rumah

Ketika berusia balita, si Kecil akan mengalami masa peralihan, yaitu dari bermain sendiri jadi mulai berbaur dengan teman-temannya.

Namun, pada awalnya mereka akan tetap bermain sendiri meski sedang bersama temannya. Hal ini disebut dengan parallel play.

Jadi ia akan cenderung fokus dengan mainan yang sedang ia mainkan, meski di sekitarnya ada temannya yang juga sedang bermain permainan yang sama. 

Walaupun anak masih sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak memerhatikan temannya yang lain, jenis permainan ini memberikan kesempatan anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

Misalnya, mereka saling bertukar mainan atau memulai obrolan kecil dengan temannya mengenai permainannya.

Beberapa aktivitas yang jadi permainan paralel untuk anak, di antaranya:

5. Permainan asosiatif

membantu anak autisme bersosialisasi

Nah, ketika semakin besar, si Kecil akan cenderung memainkan permainan asosiatif.

Tahap permainan ini hampir sama dengan permainan mengamati, tapi kali ini sang buah hati mulai ikut tertarik menirukan gerakan-gerakan permainan yang ia lihat.

Selama melakukan jenis permainan ini, anak tidak sekadar mengamati, tapi juga ikut berlarian bersama teman-temannya yang sedang bermain.

Dalam tahap ini, meski anak sudah mulai ikut permainan, ia masih belum mengetahui cara melakukan permainan tersebut dengan benar atau mengetahui peraturan dari permainan.

Namun, dengan lebih banyak bermain bersama teman, dilansir dari jurnal Early Childhood Reserach Quarterly, anak bisa mengembangkan lebih banyak kemampuan saat bermain.

Kemampuan tersebut seperti bersosialisasi, mau bergantian dengan temannya, memecahkan masalah, dan kemampuan bahasa.

Contoh mainan yang cocok untuk tahap ini yaitu mainan yang bisa digunakan oleh anak dan teman secara bersama atau bergantian, misalnya:

  • lego susun,
  • kayon, kapur, atau spidol,
  • tanah liat atau playdough,
  • adonan dari bahan yang aman
  • kertas,
  • kain bekas, dan
  • alat musik.

6. Permainan berkelompok (cooperative play)

anak optimis

Jenis permainan anak ini merupakan tahapan akhir ketika anak benar-benar bisa bermain dengan temannya yang lain.

Biasanya, cooperative play dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar atau sudah bersekolah.

Permainan ini menggunakan semua keterampilan sosial yang dimiliki anak, terutama dalam berkomunikasi.

Bukan hanya mengandalkan kemampuan sendiri, jenis permainan ini juga membangun kerja sama anak dan teman satu kelompoknya memiliki tujuan yang sama, baik itu menyelesaikan permainan atau memenangkan permainan.

Permainan berkelompok yang dapat dilakukan anak-anak, meliputi:

  • bermain kelereng,
  • lompat tali,
  • petak umpet,
  • bola bekel,
  • congklak,
  • bermain ular naga, atau
  • sepak bola.

Dengan memilih jenis dan contoh permainan yang tepat untuk anak, Anda sebagai orangtua bisa membantu anak dalam mengembangkan kemampuanya selama masa tumbuh kembangnya.

Jadi, jangan melulu melarang anak untuk bermain, baik sendiri ataupun bersama dengan temannya. Cukup batasi dan arahkan dengan tepat saat anak bermain.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

The power of play – Part 1: Stages of play. (2015). Retrieved 10 February 2023, from https://www.canr.msu.edu/news/the_power_of_play_part_1_stages_of_play

Toys and Play: 6- to 8-Year-Olds – Seattle Children’s. (2023). Retrieved 10 February 2023, from https://www.seattlechildrens.org/health-safety/keeping-kids-healthy/development/toys-and-play-6-to-8-year-olds/

Toys and Play: 3- to 5-Year-Olds – Seattle Children’s. (2023). Retrieved 10 February 2023, from https://www.seattlechildrens.org/health-safety/keeping-kids-healthy/development/toys-and-play-3-to-5-year-olds/

Good Toys for Young Children by Age and Stage. (2023). Retrieved 10 February 2023, from https://www.naeyc.org/resources/topics/play/toys

Smart Toys for Every Age (for Parents) – Nemours KidsHealth. (2023). Retrieved 10 February 2023, from https://kidshealth.org/en/parents/smart-toys.html

Children’s toys – types, impact on development, safety. (2023). Retrieved 10 February 2023, from https://kinderkraft.co.uk/blog/childrens-toys/

Choosing toys for children. (2023). Retrieved 12 February 2023, from https://raisingchildren.net.au/babies/play-learning/getting-play-started/choosing-toys

Eggum-Wilkens, N., Fabes, R., Castle, S., Zhang, L., Hanish, L., & Martin, C. (2014). Playing with others: Head Start children’s peer play and relations with kindergarten school competence. Early Childhood Research Quarterly, 29(3), 345-356. https://doi.org/10.1016/j.ecresq.2014.04.008

Yogman, M., Garner, A., Hutchinson, J., Hirsh-Pasek, K., Golinkoff, R., & Baum, R. et al. (2018). The Power of Play: A Pediatric Role in Enhancing Development in Young Children. Pediatrics, 142(3). https://doi.org/10.1542/peds.2018-2058

Ginsburg, K. R. (2007). The importance of play in promoting healthy child development and maintaining strong parent-child bonds. Pediatrics, 119(1), 182-191. https://doi.org/10.1542/peds.2006-2697

Versi Terbaru

29/11/2024

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Luthfiya Rizki


Artikel Terkait

10 Penyebab Sakit Kepala pada Anak, Waspadai Gejala Penyertanya

Kenali Waktu dan Tips Ideal Mengenalkan Gadget pada Anak


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan