Demam berdarah dengue (DBD) menjadi penyakit paling umum tersebar di daerah subtropis maupun tropis seperti di Indonesia. Penyakit ini bisa dicegah dengan cukup efektif melalui imunisasi. Apa itu vaksin dengue dan apakah ada efek samping imunisasi ini? Berikut penjelasan lengkap seputar imunisasi anak jenis dengue.
Apa itu vaksin dengue?
Imunisasi dengue adalah vaksin untuk mencegah infeksi dengue sehingga mampu mengurangi risiko seorang anak terkena infeksi dengue yang berat.
Infeksi dengue yang berat memiliki dampak bisa terjadinya kebocoran plasma darah atau anak mengalami syok. Kondisi itulah yang dapat menyebabkan kematian pada beberapa kasus DBD.
Virus dengue merupakan penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh anak Anda mengandung virus DBD yang sudah dimatikan.
Ini akan membantu sistem kekebalan tubuh anak untuk membentuk antibodi yang berfungsi untuk mengenali potensi zat asing dan melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya.
Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), virus dengue memiliki 4 serotipe yang berbeda: DEN-1, DEN-2, DEN-2, dan DEN-4. Biasanya Anda dan si kecil hanya terkena satu serotipe virus saja pada satu kali infeksi.
Lewat imunisasi dengue, tubuh Anda dapat membangun kekebalan terhadap semua serotipe virus DBD. Vaksin ini diberikan sebanyak 3 kali dengan berjarak per 6 bulan.
Untuk mendapatkan vaksin dengue, Anda bisa datang langsung ke rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat dan tanyakan ketersediaannya.
Sayangnya vaksin ini belum ada di Puskesmas karena belum masuk ke dalam program imunisasi nasional. Saat ini harganya pun masih tergolong cukup mahal yaitu sekitar 1 juta rupiah per 1 kali suntik vaksin.
Bagaimana cara kerja vaksin dengue?
Mengutip dari WHO, jenis vaksin yang satu ini berhasil diproduksi dan diuji oleh Sanofi Pasteur dikenal dengan nama Dengvaxia. Vaksin ini jadi vaksin DBD yang pertama di dunia.
Selama 20 tahun, Dengvaxia telah menjalani 25 uji klinis yang tersebar di 15 negara di dunia. Sudah ada puluhan ribu peserta penelitian yang menjalani uji klinis terhadap vaksin dengue ini.
Penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine tahun 2015 menjelaskan mengenai kemanjuran Dengvaxia.
Vaksin diberikan pada anak usia sekitar 9 tahun dan disimpulkan bahwa vaksin ini ampuh mencegah infeksi empat jenis virus dengue dengan tingkat keberhasilan hingga 66 persen.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa imunisasi DBD Dengvaxia dapat mengurangi kemungkinan pasien DBD untuk rawat inap (opname) di rumah sakit. Selain itu, Dengvaxia bisa mencegah infeksi virus dengue bertambah parah pada pasien.
Bagaimana dengan izin edar vaksin DBD ini?
Dengvaxia telah disetujui oleh WHO pada akhir tahun 2015. Meksiko menjadi negara pertama yang mengizinkan vaksin ini.
Jangan khawatir, vaksin DBD ini telah selesai menjalani uji klinis fase III untuk menjamin keamanan dan kemanjurannya. Di Asia Tenggara sendiri uji klinis fase III telah selesai dilaksanakan pada 2017.
Di Indonesia sendiri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin edar Dengvaxia sejak September 2016. Ini berarti Indonesia adalah negara kedua yang menyetujui penggunaan vaksin DBD.
Hingga tahun 2017, sudah ada total sebelas negara yang mengizinkan peredaran vaksin Dengvaxia. Di antaranya adalah Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Brazil, Puerto Rico, Meksiko, Honduras, Singapura, dan Kolombia.
Siapa yang perlu mendapatkan vaksin dengue (DBD)?
Berdasarkan rekomendasi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), vaksin ini boleh diberikan pada anak-anak mulai usia 9-16 tahun.
Imunisasi dengue diberikan sebanyak tiga kali dengan jarak enam bulan setiap imunisasi. Berbeda dengan vaksin hepatitis B dan vaksin MMR yang memiliki jadwal imunisasi, tidak ada waktu khusus pemberian vaksin ini, asalkan anak sudah berusia 9 tahun.
Bagaimana bila anak terlambat imunisasi? Untuk anak-anak di bawah usia 9 tahun tidak disarankan mendapatkan vaksin DBD.
Ini karena vaksin DBD akan meningkatkan risiko untuk dirawat karena infeksi dengue. Tidak hanya itu, vaksin justru bisa meningkatkan risiko mengalami dengue yang berat.
Anak-anak yang sudah pernah terinfeksi dengue sangat direkomendasikan untuk diberikan vaksin dengue (DBD). Pasalnya, anak tidak mungkin terinfeksi oleh keempat jenis virus dengue pada waktu yang bersamaan.
Masalahnya, apabila seorang anak menderita penyakit demam berdarah dengue oleh salah satu tipe, nak masih mungkin terinfeksi dengue oleh jenis virus dengue lainnya.
Anak usia 9-16 tahun akan diberikan vaksin ini sebanyak 3 kali dengan jarak pemberiannya tiap 6 bulan.
Tidak disarankan untuk anak yang belum pernah kena DBD
Imunisasi dengue dengan merek Dengvaxia ini diminta oleh WHO untuk dilakukan kaji ulang. Pengkajian ulang ini dilakukan karena pada 29 November 2017 lalu Sanofi, selaku perusahaan farmasi yang membuat Dengvaxia mengungkapkan hasil penelitian lanjutan terkini.
Diungkapkan bahwa, vaksin dengue akan efektif untuk anak yang pernah mengalami DBD, sedangkan jika belum pernah mengalami DBD ada dugaan justru malah akan memperparah.
Menurut Sanofi, bagi anak yang sebelumnya pernah kena DBD lalu mendapat vaksin, ia dapat mencegah terjadinya infeksi yang berulang.
Namun bagi anak yang belum pernah kena DBD, jika nanti ia mengalami DBD, efek samping imunisasi ini yaitu risiko anak mengalami infeksi lebih parah dan berat.
Bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan jurnal berjudul Keamanan Vaksin Dengue pada Anak yang diterbitkan tahun 2019, IDAI mengarahkan dokter anak Indonesia untuk menunda pemberian vaksin dengue.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin edar vaksin dengue sejak 31 Agustus 2016 dan berlaku sampai tahun 2021. Pemberian vaksin DBD perlu dengan catatan penting, yaitu hanya untuk anak yang sudah pernah terinfeksi virus dengue atau mengalami DBD.
Vaksin dengue berfungsi untuk mengurangi risiko keparahan demam berdarah dengue (DBD) pada anak usia 9-16 tahun yang sudah terinfeksi virus sebelumnya.
Apa yang perlu diperhatikan dalam pemberian vaksin DBD?
Vaksin dengue memang bermanfaat untuk mencegah kemungkinan anak terserang DBD di kemudian hari. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian imunisasi ini.
Vaksin adalah salah satu langkah pencegahan
Hal yang harus diingat adalah imunisasi hanya salah satu upaya untuk mencegah infeksi dengue. Masih banyak kombinasi faktor-faktor lain yang bisa mengurangi penyebaran virus dengue yang bisa dilakukan.
Hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi sebaran nyamuk Aedes aegypti adalah perilaku hidup sehat dan bersih.
Indonesia sendiri merupakan negara kedua di dunia dengan jumlah kasus demam berdarah tertinggi setelah Brasil. Selain lewat fogging dan prinsip 3M (Menutup-Menguras-Mengubur), pencegahan demam berdarah harus dimulai dari dalam tubuh lewat perlindungan vaksin dengue.
Anak di bawah umur tidak disarankan mendapat vaksin DBD
Vaksin dengue akan paling efektif sebagai pengendalian sekaligus obat demam berdarah ketika diberikan pada anak yang berusia 9-16 tahun. Namun jika anak Anda belum mencapai usia ini, sebaiknya jangan dulu berikan vaksin dengue.
Pasalnya, jika vaksin dengue diberikan terlalu dini pada anak di bawah usia 9 tahun, vaksin ini dapat meningkatkan risiko anak menjalani rawat inap karena DBD yang membutuhkan waktu lama.
Selain itu, risiko untuk mengalami DBD berat juga lebih tinggi dan tentu membawa risiko bahaya dan komplikasinya tersendiri.
Hal yang terpenting, pastikan jika anak harus mendapatkan vaksin dengue, langkah ini adalah rekomendasi dari dokter Anda.
Alat Pengingat Jadwal Imunisasi
Anda baru punya anak? Mau tahu informasi lengkap soal jenis vaksin dan jadwal pemberiannya? Atau butuh pengingat agar tidak lupa?
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.