backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Tortikolis pada Bayi, Ketika Kepalanya Terlihat Miring ke Satu Sisi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 22/09/2022

    Tortikolis pada Bayi, Ketika Kepalanya Terlihat Miring ke Satu Sisi

    Tortikolis merupakan kondisi ketika salah satu otot leher mengalami tegang, sehingga menjadi lebih pendek dan menyebabkan kepala miring ke satu sisi. Bukan hanya pada orang dewasa, bayi dan anak-anak juga bisa mengalami kondisi tortikolis yang sama. Bedanya, penanganan pada kelompok usia ini perlu dilakukan sesuai dengan usia masing-masing. Berikut ini adalah penjelasan sekaligus gambar tortikolis pada bayi dan anak. 

    Apa itu tortikolis pada bayi?

    bayi lahir terbungkus

    Sama seperti yang dialami oleh orang dewasa, tortikolis pada bayi juga terjadi ketika otot pada leher bayi menyebabkan kepalanya terlihat menengok atau miring ke satu sisi.

    Kondisi ini umumnya disadari saat melihat ujung kepala bayi yang lebih condong ke salah satu sisi, sedangkan dagunya miring ke sisi lain.

    Meski terlihat mengkhawatirkan, tortikolis sebenarnya merupakan kondisi yang cukup umum dialami oleh bayi dan anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan.

    Berdasarkan beberapa penelitian, tortikolis terjadi pada 3 dari tiap 100 bayi. Kondisi ini biasanya juga bisa ditangani dengan mudah.

    Kondisi ini sendiri bisa terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

    1. Tortikolis bawaan

    Tortikolis jenis ini merupakan kondisi keturunan (bawaan) dan lebih sering terjadi. Umumnya, kondisi ini tidak menyebabkan gejala lain, seperti rasa nyeri otot.

    Tortikolis bawaan biasanya baru disadari setelah bayi berusia beberapa minggu, terutama saat bayi sudah memiliki kemampuan menggerakan kepalanya.

    2. Tortikolis yang diperoleh

    Tortikolis ini bisa terjadi akibat kondisi lain yang dialami selama masa tumbuh kembang, sering kali terjadi di usia 4 – 6 bulan setelah kelahiran.

    Kondisi ini bisa disadari secara tiba-tiba atau perlahan seiring dengan pergerakan tubuh bayi.

    Berbeda dari jenis sebelumnya, tortikolis jenis ini bisa menandakan kondisi kesehatan yang lebih serius.

    Penyebab tortikolis pada bayi

    Sumber: Cleveland Clinic

    Penyebab tortikolis pada bayi bisa dibedakan berdasarkan masing-masing jenisnya, yaitu sebagai berikut.

    1. Tortikolis bawaan

    Tortikolis ini terjadi ketika ada pemendekan pada salah satu otot sternocleidomastoid (SCM) , yaitu dua otot besar di leher bayi.

    Otot ini yang bertugas menghubungkan tulang tengkorak dengan tulang dada (sternum) dan tulang selangka (klavikula).

    Melansir dari Cleveland Clinic, belum diketahui secara pasti penyebab pemendekan tersebut. Namun, diduga hal ini bisa dipicu oleh faktor-faktor berikut.

    • Posisi janin di dalam rahim.
    • Pertumbuhan otot SCM yang tidak normal.
    • Penumpukan darah (hematoma) di otot leher.
    • Penebalan jaringan otot (fibrosis) di leher.
    • Sindrom Klippel-Feil, cacat lahir langka yang menyebabkan tulang belakang di leher menyatu.

     2. Tortikolis yang diperoleh

    Tortikolis jenis ini sering kali terjadi akibat adanya pembengkakan di tenggorokan bayi yang menyebabkan jaringan di sekitar tulang belakang bagian atas mengendur.

    Ini bisa tulang belakang bisa bergeser dari posisi normalnya. Akibatnya, otot leher bisa menjadi tegang dan membuat kepala miring ke salah satu sisi.

    Pembengkakan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:

    • infeksi,
    • cedera,
    • respons terhadap obat tertentu,
    • jaringan parut atau bekas luka,
    • radang sendi di leher (spondilosis servikal),
    • sindrom Sandifer, kondisi langka akibat GERD disertai kejang leher, atau
    • sindrom Grisel, komplikasi akibat infeksi kepala dan leher, atau operasi THT (telinga, hidung, dan tenggorokan).

    Namun terkadang, penyebab tortikolis yang diperoleh sulit untuk diketahui.

    Gejala tortikolis pada bayi

    Pada bayi, tortikolis umumnya bisa ditandai gejala berikut ini.

  • Ujung kepala bayi terlihat miring ke satu sisi, sedangkan dagu miring ke sisi lainnya.
  • Pergerakan leher dan kepala bayi yang terbatas.
  • Salah satu pundak bayi terlihat lebih tinggi.
  • Pembengkakan pada otot leher bayi.
  • Benjolan kecil di salah satu otot leher bayi.
  • Wajah bayi terlihat tidak simetris.
  • Namun, pada tortikolis yang diperoleh, beberapa gejala lain juga bisa menyertai, di antaranya sebagai berikut.

    • Nyeri leher yang parah.
    • Kepala tremor atau bergetar.
    • Sakit kepala.

    Cara mengatasi tortikolis pada bayi

    Menentukan jenis kelamin bayi

    Jika Anda menyadari bayi mengalami gejala tortikolis, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Semakin cepat dilakukan penanganan, maka akan semakin mudah penyembuhannya.

    Tortikolis pada bayi tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Namun umumnya, tidak ada pengobatan khusus yang diperlukan.

    Tujuan utama pengobatan tortikolis yaitu untuk meredakan tegang di leher agar kepala bayi bisa kembali ke posisi normal.

    1. Terapi mandiri

    Penanganan tortikolis biasanya cukup dengan terapi mandiri yang bisa dilakukan sambil beraktivitas di rumah.

    Terapi ini berfungsi untuk membuat bayi terbiasa menggunakan kedua otot leher secara seimbang sebagai cara untuk meluruskan kepala bayi yang miring.

    Terapi mungkin perlu dilakukan selama beberapa minggu atau bulan, tergantung usia masing-masing bayi atau anak.

    Terapi utama untuk tortikolis pada bayi yaitu dengan posisi tengkurap atau disebut juga dengan tummy time.

    Posisi ini sangat bermanfaat karena bisa membantu memperkuat otot leher dan pundak serta membantu bayi untuk bisa merangkak lebih cepat.

    Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan terapi tengkurap pada bayi.

    1. Letakan bayi pada pangkuan atau dada Anda dengan posisi perut bayi berada di bawah.
    2. Atur posisi bayi agar kepalanya tidak hanya menengok ke arah Anda, misalnya dengan meletakan mainan atau memainkan lagu dari arah yang berlawanan.

    Lakukan terapi ini selama 10 – 15 menit beberapa kali sehari. Hentikan terapi tiap kali bayi meletakan kepalanya selama 10 – 15 detik karena menandakan bayi sudah merasa lelah dan perlu istirahat.

    Selain terapi merangkak, ada juga beberapa cara lain yang bisa dilakukan di rumah, seperti berikut ini.

    • Miringkan kepala bayi ke kanan dan kiri secara perlahan hingga telinga bayi menyentuh pundak.
    • Tengokkan kepala bayi ke kanan dan kiri secara perlahan hingga dagu bayi menyentuh pundak.
    • Letakkan makanan atau mainan di arah berlawanan dari sisi kepala bayi yang miring agar ia terbiasa menoleh ke kedua arah.
    • Atur posisi tidur bayi agar kepalanya mengarah ke sisi berlawanan dari sisi ia biasa menoleh.

    Seluruh terapi peregangan otot di atas paling efektif bila dilakukan saat bayi berusia 2 – 6 bulan.

    2. Terapi fisik

    Jika tortikolis pada bayi tidak kunjung membaik meski telah dilakukan terapi mandiri, terapi fisik secara medis dengan seorang terapis mungkin perlu dilakukan.

    Terapis akan mengukur tingkat keparahan kemiringan kepala bayi, lalu melatih bayi agar bisa memperkuat otot leher dan menengok dengan lebih mudah.

    Kepala bayi juga akan dilihat untuk mendeteksi adanya kelainan bentuk kepala, misalnya sindrom kepala datar atau peyang, agar bisa sekalian ditangani.

    Jika diperlukan, bayi mungkin perlu mengenakan helm khusus selama terapi. Meski begitu, hal tersebut cukup jarang digunakan.

    3. Operasi

    Pada kondisi yang lebih parah dan tidak bisa ditangani dengan terapi mandiri atau terapi fisik, prosedur operasi mungkin perlu dilakukan.

    Operasi berfungsi untuk memperpanjang otot sternocleidomastoid yang mengalami pemendekan. Namun, prosedur ini biasanya baru akan disarankan saat anak mulai memasuki usia PAUD.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 22/09/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan