Pernah mendengar istilah testis tidak turun pada bayi baru lahir? Ini merupakan kondisi medis yang dapat terjadi pada bayi laki-laki.
Namun sebenarnya, apa maksud dari testis tidak turun? Kira-kira apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak ulasan di bawah ini.
Apa itu testis tidak turun?
Testis tidak turun, atau disebut dengan kriptorkismus (cryptorchidism/kriptorkidisme), adalah kondisi di mana satu atau kedua testis tidak turun ke kantong skrotum sebelum dilahirkan.
Normalnya, testis bayi laki-laki akan turun dari perut melalui saluran inguinal (saluran yang menghubungkan perut dan kantung kemaluan) sebelum dilahirkan.
Namun, pada kasus kriptorkismus, testis tetap berada di dalam perut atau tertahan di sepanjang jalur turunnya, biasanya di dalam saluran inguinal.
Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, kondisi ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan pada anak Anda.
Seberapa umumkah testis tidak turun?
Meski setiap bayi laki-laki berisiko mengalami kondisi ini, testis tidak turun lebih sering terjadi pada bayi prematur.
Melansir studi yang diterbitkan oleh Stat Pearls, kriptorkismus biasanya terjadi pada sekitar 3% dari anak laki-laki yang lahir normal dan 30% bayi yang lahir prematur.
Bahkan hampir 100% dari semua bayi laki-laki yang memiliki berat badan di bawah 0,9 kg lahir dengan testis yang tidak turun.
Apa saja gejala testis tidak turun?
Merangkum dari Boston Children’s Hospital, pada bayi yang mengalami testis tidak turun, salah satu atau kedua testisnya tampak hilang atau tidak teraba di dalam skrotum.
Jika kedua testis tidak turun, skrotum akan terlihat sangat kecil dan rata. Bila hanya satu testis yang terkena, skrotum mungkin akan terlihat miring.
Namun, bila testis si Kecil terkadang tampak “ada dan tidak”, dokter menyebutnya dengan istilah testis retraksi. Ini merupakan kondisi normal dan tidak memerlukan pengobatan.
Kapan harus periksa ke dokter?
Testis yang tidak turun biasanya dapat terdiagnosis pada pemeriksaan fisik bayi baru lahir, atau ketika pemeriksaan rutin pada minggu ke 6 hingga 8.
Sebaiknya temui dokter jika Anda menyadari bahwa salah satu atau kedua testis anak tidak berada di tempat normal, yaitu di dalam skrotum.
Apa penyebab testis tidak turun?
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya kriptorkismus. Namun, faktor genetik dan lingkungan diduga memengaruhi terjadinya testis tidak turun pada bayi.
Selain itu, kemungkinan terdapat kekurangan hormon dari ibu atau kekurangan hormon testis untuk membuat pertumbuhan testis yang normal.
Kedua hal tersebut dapat mengganggu hormon, perubahan fisik, dan aktivitas saraf yang berperan dalam perkembangan testis.
Testis turun pada usia berapa?
Apa faktor yang meningkatkan risiko testis tidak turun?
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi laki-laki mengalami kriptorkidisme.
- Kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah.
- Riwayat keluarga dengan testis tidak turun.
- Kondisi kesehatan pada bayi, misalnya Cerebral Palsy atau adanya masalah pada dinding perut.
- Penggunaan alkohol selama kehamilan.
- Merokok atau paparan asap rokok selama kehamilan.
- Paparan beberapa zat berbahaya selama kehamilan.
- Ibu menderita diabetes sebelum atau selama kehamilan.
Apa komplikasi yang bisa terjadi akibat testis tidak turun?
Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kriptorkismus dapat menyebabkan komplikasi, seperti berikut ini.
1. Kanker testis
Pria yang memiliki kriptorkidisme berisiko lebih tinggi terkena kanker testis.
Penyakit ini sering kali bermula pada sel testis yang menghasilkan sperma yang belum matang. Namun, belum diketahui secara pasti mengapa sel-sel ini berubah menjadi kanker.
2. Masalah kesuburan
Kriptorkismus juga dapat menyebabkan laki-laki mengalami masalah kesuburan saat dewasa.
Masalah kesuburan akibat kriptorkismus yang dapat membuat pasangan lebih sulit hamil dan punya anak.
3. Torsi testis
Ini adalah puntiran tali pusat yang membawa darah ke skrotum. Kondisi ini adalah masalah menyakitkan yang memotong aliran darah ke testis.
4. Trauma
Bila testis berada di selangkangan, testis mungkin rusak karena tekanan yang terjadi pada tulang kemaluan.
5. Hernia inguinalis
Sebagian usus dapat terdorong ke selangkangan melalui titik lemah pada otot-otot daerah perut. Tonjolan yang ditimbulkannya ini bisa terasa sangat menyakitkan.
Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi ini?
Dokter sering mendeteksi kriptorkidisme melalui pemeriksaan fisik bayi yang baru lahir. Hal ini dapat menentukan apakah testis dapat teraba di dekat skrotum atau tidak teraba sama sekali.
Jika dokter tidak dapat merasakan testis pada kanalis inguinalis, maka akan dilakukan tes pemindaian USG dengan menggunakan gelombang suara untuk menangkap gambar dalam tubuh.
Dokter dapat meminta tes lain jika USG tidak memberikan gambaran testis. CT scan sering disarankan karena dapat memberikan gambar tubuh yang lebih baik.
Kadang-kadang, dokter perlu melakukan endoskopi perut. Dalam teknik ini, dokter menggunakan tabung cahaya kecil untuk mengamati bagian dalam perut.
Apa pilihan pengobatan untuk testis tidak turun?
Pengobatan kriptorkismus pada dasarnya bertujuan untuk memindahkan testis ke dalam skrotum atau posisi normalnya.
Dokter biasanya kerap menyarankan untuk melakukan pengobatan lebih awal. Namun untuk tindakan operasi, biasanya dilakukan sebelum anak berusia 18 bulan.
Sebab, perawatan yang dilakukan sebelum pasien berusia 1 tahun mungkin dapat menurunkan risiko masalah kesehatan yang terkait dengan kriptorkidisme, misalnya kanker testis.
Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mengatasi kriptorkismus.
1. Pembedahan atau operasi
Tindakan operasi yang dilakukan untuk mengobati kriptorkismus adalah orchidopexy.
Prosedur ini dilakukan dengan cara membuat sayatan kecil di selangkangan atau area perut untuk memindahkan testis ke skrotum.
2. Perawatan hormon
Melalui pengobatan hormon, si Kecil dapat diberikan suntikan hormon yang disebut human chorionic gonadotropin (hCG). Hal ini bisa membantu memindahkan testis ke skrotum.
Namun, sayangnya perawatan ini sering tidak dianjurkan oleh dokter karena kurang efektif bila dibandingkan dengan pembedahan.