Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Kanker testis adalah salah satu jenis kanker yang berkembang pada testis laki-laki. Testis sendiri merupakan bagian sistem reproduksi pria yang terdiri dari dua pasang organ seukuran bola golf. Organ tersebut dilapisi kantong kulit yang disebut skrotum dan menggantung di bawah pangkal penis.
Fungsi dari organ ini yaitu sebagai pembuat hormon testosteron dan sperma (sel untuk membuahi sel telur wanita). Selain itu, organ ini juga berperan dalam menghasilkan dan menyimpan sperma.
Kanker yang menyerang testis, terbagi menjadi beberapa tipe, meliputi:
Lebih dari 90% kanker yang menyerang pria ini bermula dari sel germinal, yakni sel pembuat sperma. Tipe kanker ini kemudian terbagi lagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Kanker testis ini terbentuk dari sel abnormal yang berkemungkinan kanker atau bukan kanker. Sel abnormal mulai terlihat, tapi belum menyebar ke luar dinding tubulus seminiferus (tempat terbentuknya sperma).
Tumor yang berawal di jaringan penghasil hormon dan pendukung fungsi testis. Jenis tumor ini terbagi menjadi tumor sel leydig (terbentuk pada area testis pembuat hormon testosteron) dan tumor sel sertoli (terbentuk pada sel yang memberi makan sel germinal).
Penyakit kanker testis adalah masuk daftar jenis kanker yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan data Globocan tahun 2018, terdapat 1832 kasus baru dengan angka kematian mencapai 283 jiwa.
Penyakit ini dapat menyerang orang dengan usia berapa pun, termasuk bayi dan anak-anak. Hanya jenis kankernya saja yang membedakan dengan orang dewasa. Konsultasi dokter lebih lanjut diperlukan untuk menurunkan berbagai risiko berkembangnya penyakit ini.
Pada beberapa pria, kanker ini tidak menimbulkan tanda dan gejala sama sekali, terutama pada stadium awal. Meski begitu, sebagian pria melaporkan merasakan gejala, di antaranya:
Ciri-ciri orang yang terkena penyakit kanker testis paling umum adalah munculnya benjolan atau terjadinya pembengkakan pada testis. Bentuknya bisa berupa benjolan sekecil kacang, namun kadang bisa juga lebih besar.
Anda juga mungkin akan menyadari perbedaan ukuran antara kedua testis Anda. Jika diperhatikan, satu testis mungkin terlihat lebih rendah ke bawah. Selain itu, beberapa orang juga merasakan pegal di sekitar perut bawah hingga selangkangan.
Nyeri payudara adalah gejala kanker testis jenis sel tumor germinal yang cukup jarang terjadi. Munculnya gejala kanker testis ini disebabkan oleh hormon human chorionic gonadotropin (HCG) yang berlebihan sehingga merangsang pertumbuhan payudara.
Pada jenis kanker tumor sel Leydig, hormon estrogen menjadi berlebihan membuat ukuran payudara jadi lebih besar. Gejala membesarnya payudara pada orang yang terkena kanker testis inilah yang membuat payudara terasa nyeri.
Biasanya, orang yang merasakan gejala kanker ini diikuti dengan menurunnya gairah seks (libido).
Kanker testis jenis tumor sel Leydig dapat menimbulkan gejala berupa pubertas dini. Anak dengan penyakit kanker ini mungkin akan menunjukkan tanda pubertas lebih awal dibanding anak lainnya, seperti suara menjadi lebih berat dan tumbuh rambut pada tubuh.
Selain gejala, anak atau pria dengan penyakit kanker testis mungkin mengalami tanda lain, seperti:
Gejala yang sangat perlu diwaspadai adalah adanya benjolan atau pembengkakan testis diikuti rasa nyeri yang berlangsung lebih dari dua minggu. Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami gejala kanker yang disebutkan di atas.
Penyebab kanker testis tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, ilmuwan mengungkapkan kemungkinan mutasi DNA sebagai salah satu penyebabnya. DNA sendiri berisi serangkaian perintah bagi sel untuk berfungsi dengan normal.
Ketika mutasi DNA terjadi, sistem perintah sel dapat rusak sehingga membuat sel menjadi abnormal. Sel yang bertindak di luar kendali inilah yang nantinya akan terus membelah dan tidak mati, sehingga menyebabkan kanker.
Meskipun penyebab kanker testis tidak diketahui, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang bisa meningkatkan risikonya, yaitu:
Normalnya, testis berkembang di dalam perut janin dan turun ke dalam skrotum sebelum lahir. Namun pada beberapa anak laki-laki, satu atau dua testis tidak turun dan tetap berada di perut.
Pada kasus jarang, testis sudah turun tapi berada di sekitar selangkangan. Kondisi ini dikenal dengan kriptorkismus. Sebenarnya pada beberapa anak, testis akan turun hingga ia mencapai usia 1 tahun. Bila tidak turun, anak tersebut berisiko terkena kanker testis jika tidak diatasi.
Periset menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus HIV atau pengidap AIDS berisiko tinggi dengan penyakit kanker ini. Hingga kini, belum ditemukan bukti infeksi lain yang juga bisa meningkatkan risiko kanker testis.
Sekitar setengah kasus dari kanker ini terjadi pada pria berusia antara 20-34 tahun. Hanya sebagian kecil yang menyerang pria usia lanjut, anak-anak, dan bayi.
Karsinoma in situ adalah sel abnormal yang bisa berkembang menjadi kanker di waktu tertentu. Bisa juga tidak berkembang menjadi kanker. Orang memiliki karsinoma in situ pada testisnya, berisiko mengalami kanker di kemudian hari.
Memiliki ayah atau saudara laki-laki dengan penyakit kanker testis membuat risiko Anda terkena penyakit ini jadi lebih besar. Selain itu, sindrom Klinefelter yang menyebabkan testis tidak turun ke skrotum juga bisa menyebabkan risiko kanker meningkat.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Menegakkan diagnosis kanker testis dan status stadium 1, 2, 3, atau 4, tidak hanya dengan mengamati gejalanya saja. Dokter harus memastikan penyakit tersebut lewat tes kesehatan, seperti:
Tes awal yang dilakukan dokter adalah mengecek adanya pembengkakan atau munculnya rasa nyeri ketika testis ditekan. Selain itu, dokter juga akan mengecek adanya pembengkakan di perut atau kelenjar getah bening terdekat.
Guna mengetahui adanya sel abnormal pada testis, dokter akan meminta Anda menjalani tes pencitraan, seperti CT scan, PET scan, MRI, dan rontgen dada. Lewat tes ini, dokter juga bisa menemukan lokasi tumor dan menentukan seberapa besar ukurannya.
Kanker yang menyerang organ penghasil testosteron ini, menghasilkan protein tertentu seperti alpha-fetoprotein (AFP) dan human chorionic gonadotropin (HCG). Jika dalam darah ditemukan protein tersebut, kemungkinan besar terdeteksi kanker.
Tingginya kadar AFP atau HCG juga membantu dokter menentukan tipe kanker testis yang menyerang. Kanker jenis seminoma hanya meningkatkan kadar AFP. Sementara jenis non-seminoma dapat meningkatkan AFP juga HCG.
Selain protein, penyakit kanker ini juga bisa meningkatkan kadar enzim yang disebut laktat dehidrogenase (LDH).
Tes kesehatan lainnya yang perlu Anda jalani untuk mendeteksi adanya kanker adalah biopsi. Pada prosedur ini, jaringan abnormal yang dicurigai sebagai kanker akan diambil dan dijadikan sampel. Kemudian, sampel akan dilihat menggunakan mikroskop di laboratorium.
Setelah diagnosis ditetapkan, dokter akan merekomendasikan pengobatan. Ini dilakukan untuk mencegah bahaya kanker testis semakin menyebar dan bertambah parah. Cara mengobati kanker testis yang umumnya dilakukan, antara lain:
Operasi merupakan pilihan pengobatan kanker yang paling utama. Prosedur medis ini dilakukan dengan mengangkat testis yang memiliki sel abnormal dengan membuat sayatan di selangkangan. Testis yang diangkat bisa satu atau keduanya, tergantung dengan keparahan kondisi.
Pengangkatan testis mungkin akan membuat Anda kesulitan memiliki keturunan. Konsultasi lebih lanjut dibutuhkan jika Anda berencana memiliki momongan.
Operasi lainnya adalah pengangkatan kelenjar getah bening di dekat kanker dengan membuat sayatan di perut. Efek samping akibat pengobatan kanker ini adalah perdarahan, infeksi, atau kerusakan saraf.
Radioterapi atau terapi radiasi dilakukan dengan cahaya radiasi, seperti X-ray, untuk membunuh sel kanker. Terapi ini umumnya dilakukan untuk penderita kanker tipe seminoma. Efek samping yang mungkin terasa adalah kulit kemerahan, mual dan muntah, serta iritasi perut.
Anda juga bisa mengikuti kemoterapi untuk mengobati kanker testis, dengan menggunakan obat-obatan, seperti cisplatin, etoposide (VP-16), bleomycin, ifosfamide, paclitaxel, dan vinblastine.
Obat-obatan tersebut ampuh membunuh sel kanker, tapi dapat menimbulkan efek samping berupa tubuh kelelahan, rambut rontok, mual, dan muntah.
Menerapkan pola hidup sehat yang sesuai untuk pasien kanker adalah perawatan rumahan yang perlu dilakukan untuk mendukung efektivitas pengobatan. Ini meliputi penerapan diet kanker, penyesuaian aktivitas harian, dan ketaatan dalam mengikuti pengobatan dokter.
Jika Anda ingin menggunakan obat herbal, pastikan dokter mengizinkan dan mengawasi penggunaanya.
Hingga kini, ilmuwan masih mencari tahu berbagai cara yang mungkin bisa mencegah kanker , termasuk pada organ pria ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu melakukan skrining kanker bagi Anda yang berisiko.
Selain lewat tes kesehatan, deteksi kanker ini juga bisa dilakukan secara mandiri, yakni dengan cara berikut:
Bagi Anda yang sehat, konsultasikan lebih dahulu dengan dokter, apakah Anda perlu mengikuti skrining atau tidak sebagai tindakan pencegahan kanker testis.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar