Anak kecil masih belum tahu betul apa saja yang baik dan tidak untuk dirinya sendiri, termasuk kebiasaan suka memukul kepala. Ketika anak rewel dan menangis, tak jarang ia suka sambil memukul kepala sendiri.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Anak kecil masih belum tahu betul apa saja yang baik dan tidak untuk dirinya sendiri, termasuk kebiasaan suka memukul kepala. Ketika anak rewel dan menangis, tak jarang ia suka sambil memukul kepala sendiri.
Lantas, apakah normal jika anak melakukan tindakan ini? Apa yang harus dilakukan orangtua untuk menenangkan anak agar tidak suka memukul kepala sendiri? Cari tahu jawabannya lebih jelas pada ulasan berikut.
Hampir sebagian besar anak yang sedang tantrum akan memukul atau menggigit, atau membenturkan kepalanya pada sesuatu.
Saat Anda pertama kali mendapati si Kecil melakukan hal ini, Anda pasti sangat kaget. Padahal, faktanya, tindakan ini umum dilakukan anak-anak.
Ketika anak sudah mulai tumbuh, ia akan menjelajahi lingkungan dan tahu apa yang dibutuhkan atau diinginkan.
Mengutip Baby Center, ada beberapa kemungkinan yang menjadi alasan kenapa anak suka memukul kepala sendiri, di antaranya sebagai berikut.
Meski terdengar aneh, kebanyakan balita tampak nyaman dan rileks ketika sedang memukul kepalanya sendiri. Kebiasaan ini termasuk membenturkan kepala sendiri secara berirama saat mereka tidur.
Hal itu diperkuat dengan pernyataan pakar perkembangan balita yang mengungkapkan bahwa gerakan berirama, seperti bergoyang di kursi, dapat membantu anak lebih tenang.
Balita Anda mungkin juga suka memukul kepala sendiri ketika ia merasa kesakitan. Misalnya karena tumbuh gigi atau infeksi telinga pada anak.
Perilaku memukul kepalanya sendiri tersebut tampak membantu anak-anak merasa lebih baik. Hal ini mungkin sebagai salah satu cara anak untuk mengalihkan perhatian dari ketidaknyamanan di mulut atau telinga.
Seperti yang Anda ketahui, balita belum bisa mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata. Ketika anak tantrum di tempat umum atau rumah, ia hanya bisa menunjukkannya dengan gerak tubuh atau juga memberi tahu dengan bahasa balita.
Ketidakmampuan tersebut membuat anak stres dan frustrasi. Akibatnya, ia akan suka memukul kepala sendiri sebagai cara untuk mengungkapkan rasa kesal atau marah.
Kebiasaan ini mungkin juga anak-anak lakukan untuk menghibur diri sendiri ketika dalam situasi yang menegangkan dan membuat stres.
Seperti anak yang berteriak, memukul kepala sendiri secara terus-menerus juga bisa menjadi cara si Kecil untuk mendapatkan perhatian.
Pasalnya, sebagian besar orangtua cenderung menjadi perhatian ketika melihat anaknya melakukan sesuatu yang berpotensi menyakiti diri sendiri.
Sebagai orangtua, Anda harus memperhatikan seberapa sering anak Anda melakukan kebiasaan memukul kepala sendiri ini.
Jika perilaku ini sangat sering dilakukan dan muncul tanpa penyebab yang jelas, kemungkinan besar anak memiliki gejala sindrom spektrum autisme.
Anak dengan kondisi ini biasanya menunjukkan gejala, seperti memukul dagu, menggigit tangan, menempelkan wajah dengan lutut, memukul kepala, atau membenturkan kepalanya.
Namun, setiap anak itu berbeda. Masih ada banyak sebab lain yang membuat anak suka memukul atau menyakiti diri sendiri.
Bila Anda khawatir, konsultasikan dengan dokter atau psikolog anak.
Pada dasarnya, saat sudah cukup besar dan mampu berkomunikasi dengan baik, anak akan meninggalkan kebiasaan memukul kepala sendiri ini.
Pasalnya, ia sudah cukup mengerti bahwa tindakan ini dapat mencelakai dirinya. Meski begitu dan walau umum terjadi, bukan berarti Anda membiarkan hal ini begitu saja.
Beberapa langkah untuk menghentikan kebiasaan anak suka memukul dirinya sendiri, termasuk kepala, yaitu sebagai berikut.
Jika Anda mendapati anak sering melakukan hal ini, Anda patut curiga beberapa hal yang memicunya.
Anak bisa saja mulai tantrum saat ia lapar, mengantuk, merasa sakit, kelelahan, atau saat Anda tidak menghiraukan dirinya.
Saat anak mulai memukul, Anda harus cepat tanggap untuk menahan gerakan itu.
Dekati anak dan fokuskan perhatian Anda padanya saat berniat untuk menghentikan gerakan tersebut.
Saat anak kesal atau merasa kesakitan, memberikan si Kecil perhatian adalah kunci untuk menenangkan dirinya.
Selain berada di dekatnya, Anda perlu memberikan kata-kata yang membuat dirinya tenang dan merasa aman. Tepukan di puncak kepala, pundak, atau bahkan pelukan mungkin diperlukan.
Setelah membuatnya tenang, langkah selanjutnya adalah memastikan apa yang membuatnya memukul dirinya sendiri.
Memang sulit untuk memahami apa yang diinginkan olehnya, apalagi jika komunikasi anak masih belum lancar.
Anda perlu mengamati dengan baik gerakan tubuh, mulut, atau mendengarkan kembali suara si Kecil.
Selain itu, cobalah untuk menerka ucapannya dengan kata-kata lain yang serupa atau hampir mendekati.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar