backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

5 Penyebab Anak Suka Memukul Kepala Sendiri dan Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Adhenda Madarina · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

5 Penyebab Anak Suka Memukul Kepala Sendiri dan Mengatasinya

Anak kecil masih belum tahu betul apa saja yang baik dan tidak untuk dirinya sendiri, termasuk kebiasaan suka memukul kepala. Ketika anak rewel dan menangis, tak jarang ia suka sambil memukul kepala sendiri.

Lantas, apakah normal jika anak melakukan tindakan ini? Kenapa anak suka memukul kepala sendiri dan apa yang harus dilakukan orangtua untuk menenangkannya? Cari tahu jawabannya lebih jelas pada ulasan berikut.

Normalkah jika anak suka memukul kepala sendiri?

Sebagian besar anak yang sedang tantrum akan memukul, menggigit, atau membenturkan kepalanya pada sesuatu.

Saat Anda pertama kali mendapati si Kecil melakukan hal ini, Anda mungkin sangat kaget. Padahal, faktanya, tindakan ini umum dilakukan anak-anak.

Melansir dari Children’s Mercy, anak umur 2 atau 3 tahun umumnya suka memukul dan menggigit untuk menunjukkan emosi yang ia rasakan.

Ketika anak semakin bertumbuh, ia akan menjelajahi lingkungan dan tahu apa yang dibutuhkan atau diinginkan, sehingga kebiasaannya ini akan mereda dengan sendirinya.

Meski umumnya normal, anak yang sering memukul kepala sendiri tanpa penyebab yang jelas bisa jadi tanda dari masalah perkembangan yang perlu mendapat perhatian.

Apa penyebab anak suka memukul kepala sendiri?

anak suka memukul

Ada beberapa kemungkinan yang menjadi alasan kenapa anak suka memukul kepala sendiri, di antaranya sebagai berikut.

1. Merasa nyaman

Meski terdengar aneh, kebanyakan balita tampak nyaman dan rileks ketika sedang memukul kepalanya sendiri.

Kebiasaan ini termasuk membenturkan kepala sendiri secara berirama saat mereka tidur.

Hal itu diperkuat dengan pernyataan pakar perkembangan balita yang mengungkapkan bahwa gerakan berirama, seperti bergoyang di kursi, dapat membantu anak lebih tenang.

2. Pereda sakit

Balita Anda mungkin juga suka memukul kepala sendiri ketika ia merasa kesakitan. Misalnya karena tumbuh gigi atau infeksi telinga pada anak.

Perilaku memukul kepalanya sendiri tersebut tampak membantu anak-anak merasa lebih baik.

Hal ini mungkin sebagai salah satu cara anak untuk mengalihkan perhatian dari ketidaknyamanan di mulut atau telinga.

3. Mengatasi frustrasi

Balita belum bisa mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata. Ketika tantrum di tempat umum atau rumah, ia hanya bisa menunjukkannya dengan gerak tubuh atau memberi tahu dengan bahasa balita.

Ketidakmampuan tersebut membuat anak stres dan frustrasi. Akibatnya, anak suka memukul kepala sendiri sebagai cara untuk mengungkapkan emosi saat kesal atau marah.

Kebiasaan ini mungkin juga anak-anak lakukan untuk menghibur diri sendiri ketika dalam situasi yang menegangkan dan membuat stres.

4. Mencari perhatian

Seperti anak yang berteriak, memukul kepala sendiri secara terus-menerus juga bisa menjadi cara si Kecil untuk mendapatkan perhatian.

Pasalnya, sebagian besar orangtua cenderung menjadi perhatian ketika melihat anaknya melakukan sesuatu yang berpotensi menyakiti diri sendiri.

5. Mengalami gangguan perkembangan

Sebagai orangtua, Anda harus memperhatikan seberapa sering anak Anda melakukan kebiasaan memukul kepala sendiri ini.

Jika perilaku ini sangat sering dilakukan dan muncul tanpa penyebab yang jelas, kemungkinan besar anak memiliki gejala sindrom spektrum autisme.

Anak dengan kondisi ini biasanya menunjukkan gejala, seperti memukul dagu, menggigit tangan, menempelkan wajah dengan lutut, memukul kepala, atau membenturkan kepalanya.

Namun, setiap anak itu berbeda. Masih ada banyak sebab lain yang membuat anak suka memukul atau menyakiti diri sendiri.

Bila Anda khawatir, konsultasikan kepada dokter atau psikolog anak.

Bagaimana cara mengatasi anak yang suka memukul kepala sendiri?

anak tantrum manfaat

Pada dasarnya, saat sudah cukup besar dan mampu berkomunikasi dengan baik, anak akan meninggalkan kebiasaan memukul kepala sendiri ini.

Pasalnya, ia sudah cukup mengerti bahwa tindakan ini dapat mencelakai dirinya. Meski begitu dan walau umum terjadi, bukan berarti Anda membiarkan hal ini begitu saja.

Beberapa langkah untuk menghentikan kebiasaan anak suka memukul dirinya sendiri, termasuk kepala, yaitu sebagai berikut.

1. Ketahui pemicunya

Jika Anda mendapati anak sering melakukan hal ini, Anda patut curiga beberapa hal yang memicunya.

Anak bisa saja mulai tantrum saat ia lapar, mengantuk, merasa sakit, kelelahan, atau saat Anda tidak menghiraukan dirinya.

2. Hentikan gerakan tangannya yang mulai memukul

Saat anak mulai memukul, Anda harus cepat tanggap untuk menahan gerakan itu.

Dekati anak dan fokuskan perhatian Anda padanya saat berniat untuk menghentikan gerakan tersebut.

3. Tenangkan anak dengan ucapan dan pelukan

Saat anak kesal atau merasa kesakitan, memberikan si Kecil perhatian adalah kunci untuk menenangkan dirinya.

Selain berada di dekatnya, Anda perlu memberikan kata-kata yang membuat dirinya tenang dan merasa aman.

Tepukan di puncak kepala, pundak, atau bahkan pelukan mungkin diperlukan.

4. Tanyakan apa yang si Kecil inginkan atau rasakan

Setelah membuatnya tenang, langkah selanjutnya adalah memastikan apa yang membuat anak memukul kepalanya.

Memang sulit untuk memahami apa yang diinginkan olehnya, apalagi jika komunikasi anak masih belum lancar.

Anda perlu mengamati dengan baik gerakan tubuh, mulut, atau mendengarkan kembali suara si Kecil.

Selain itu, cobalah untuk menerka ucapannya dengan kata-kata lain yang serupa atau hampir mendekati.

Kesimpulan

Dalam kebanyakan kasus, anak yang suka memukul kepala sendiri merupakan bentuk stimulasi diri, kenyamanan diri, atau cara untuk melepaskan frustrasi. Anda tidak perlu khawatir karena ini bukanlah pertanda dari masalah yang serius. Namun, jika kebiasaan ini semakin sering dilakukan dan tanpa alasan yang jelas, lebih baik konsultasikan kepada dokter atau psikolog untuk mengetahui penyebab dan penanganan yang tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Adhenda Madarina · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan