2. Teriak sebagai cara anak berkomunikasi
Berdasarkan panduan perkembangan anak dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), bayi usia 18 bulan akan lebih mudah untuk mengekspresikan amarahnya.
Amarah menjadi salah satu penyebab anak sering teriak. Sebenarnya, ini adalah caranya untuk berkomunikasi.
Kemampuan bicara dan perkembangan bahasa bayi kurang dari dua tahun masih belum sempurna. Namun, ia sudah memiliki keinginan untuk menyampaikan sesuatu.
Saat anak menyampaikan sesuatu dan orangtua atau pengasuh sulit mengerti, ia akan lebih mudah kesal dan berteriak.
3. Mencari perhatian
Saat balita tiba-tiba teriak, coba perhatikan kondisi si kecil, apakah lingkungan sekitar sedang memperhatikannya?
Pasalnya, salah satu penyebab anak balita sering teriak adalah karena ia tidak mendapat perhatian dari orang yang ada di dekatnya.
Teriak adalah cara anak mengekspresikan “Ayo, sini lihat aku!” saat sedang asyik bermain.
4. Merasa tertekan
Tanpa orangtua sadari, ada situasi yang membuat anak tertekan. Ambil contoh, saat anak berebut mainan dengan temannya atau ingin memiliki barang milik orang lain.
Pada usia dua tahun ke atas, anak sudah mengerti rasa kepemilikan. Jadi, ketika si kecil punya mainan dan temannya merebut, ia bisa merasa tertekan.
Kondisi ini yang kemudian menjadi penyebab anak sering teriak sampai berhasil mendapatkan mainannya kembali.
Anak juga bisa berteriak ketika ada kondisi yang membuatnya malu, takut, atau sedih.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar