backup og meta

BAB Anak Berlendir, Apa Sebabnya?

BAB Anak Berlendir, Apa Sebabnya?

Lendir biasa ditemukan saat anak mengalami flu, batuk, atau sakit tenggorokan. Akan tetapi, ada kondisi lainnya yang bisa dialami anak saat buang air besar (BAB). Saat terjadi gangguan pencernaan, ada kemungkinan anak pun mengalami BAB atau feses berlendir.

Tanda dan gejala BAB anak berlendir

BAB berlendir pada anak merujuk pada kondisi di mana terdapat lendir dalam pup atau feses (tinja) anak.

Lendir ini biasanya merupakan cairan yang licin dan berwarna bening atau putih, meskipun kadang bisa juga sedikit kehijauan atau kekuningan. Lendir terkadang juga terlihat seperti jeli atau tali.

Apabila lendir pada feses anak terlihat semakin meningkat, Anda perlu lebih berhati-hati karena ada kemungkinan terjadi masalah kesehatan.

Tidak hanya itu, perhatikan pula tanda serta gejala lainnya saat BAB anak maupun bayi berlendir, seperti berikut.

  • Terdapat darah atau nanah pada feses.
  • Anak mengalami sakit perut, kram, atau terasa kembung.
  • Buang air besar menjadi lebih sering.

Penyebab BAB anak berlendir

pup bayi keras saat mpasi

Perlu diketahui, lendir pada BAB atau feses anak sebetulnya adalah hal yang normal. Ini terjadi karena usus mengeluarkan lendir untuk membantu feses bergerak secara efektif.

Dikutip dari Mayo Clinic, lendir atau jeli berfungsi untuk menjaga lapisan usus besar tetap lembap dan terlumasi dengan baik.

Saat anak mengeluarkan feses, sebagian lendir pun ikut keluar tanpa ada dasar kondisi kesehatan tertentu. Bahkan, lendir di dalam tubuh juga bermanfaat sebagai lapisan pelindung dari bakteri serta virus.

Sama seperti pada anak, Anda juga bisa melihat BAB atau pup bayi berlendir termasuk ketika ia masih mengonsumsi ASI. Hal ini karena pup atau feses melewati usus dengan relatif cepat.

Namun, apabila BAB berlendir pada bayi maupun anak 2 tahun terlihat dalam jumlah banyak, ada kemungkinan ia mengalami gangguan pencernaan.

Berikut beberapa penyebab atau kondisi pencernaan yang memungkinkan BAB berlendir pada bayi serta anak.

1. Flu perut

Salah satu penyebab BAB anak berlendir adalah flu perut akibat infeksi virus dan bakteri, seperti staphylococcus, salmonella, shigella, E. coli, dan campylobacter di dalam usus.

Infeksi flu perut (gastroenteritis) tersebut menyebabkan peradangan sehingga membuat feses berlendir dan diare.

Untuk mengetahui indikasi anak mengalami infeksi, perhatikan apakah muncul gejala lainnya seperti demam dan anak lekas marah.

Dalam kasus yang lebih berat, infeksi bakteri bisa menyebabkan BAB berlendir dan berdarah.

2. Alergi makanan

Bila si Kecil memiliki alergi makanan, berarti sistem kekebalan tubuhnya merespons protein yang terdapat pada makanan tersebut.

Reaksi alergi ini bisa berlangsung ringan hingga parah. Sebagian anak mungkin alergi terhadap susu sapi, telur, kacang tanah, kedelai, gandum, ikan, ataupun kerang.

Gejala alergi yang muncul antara lain diare, perut kembung, sakit perut, dan darah pada tinja.

Alergi menyebabkan peradangan pada sistem pencernaannya sehingga membuat BAB anak tampak berlendir.

Lalu, pada sebagian anak mungkin berlangsung parah dengan diikuti gejala ruam, bengkak, gatal-gatal, muntah, dan sulit bernapas.

Bila terjadi kondisi seperti yang disebutkan di atas, anak segera perlu dilarikan ke dokter.

3. Pertumbuhan gigi

Proses pertumbuhan gigi pada bayi sering kali menyebabkan si Kecil gelisah dan rewel.

Namun tidak hanya itu, kondisi ini juga ternyata bisa menjadi penyebab BAB atau feses bayi jadi berlendir.

Adanya produksi air liur berlebih dan nyeri dari pertumbuhan gigi dapat mengiritasi usus sehingga menyebabkan munculnya lendir di feses.

4. Cystic fibrosis

Penyakit cystic fibrosis juga bisa memengaruhi paru-paru dan sistem pencernaan. Kondisi ini juga menghasilkan lendir yang kental dan lengket.

Maka dari itu, anak yang mengalami cystic fibrosis mengalami peningkatan jumlah lendir sebagai efek samping.

Lendir yang muncul pun berbau busuk dan tampak berminyak. Efek samping tersebut dapat membuat BAB anak berlendir.

Anak juga biasanya terlihat kurus dan mengalami keterlambatan pertumbuhan.

5. Intususepsi

Intususepsi merupakan kondisi medis ketika usus menyelip ke bagian lainnya, sehingga menyerupai “teleskop”.

Kondisi ini merupakan kasus gawat darurat karena aliran darah ke usus hilang dan kotoran atau feses terhambat.

Tidak hanya itu, kondisi ini juga bisa mengakibatkan perut sakit, muntah, BAB berdarah pada anak dan berlendir, serta lesu.

Bagaimana penanganan saat BAB anak berlendir?

anak susah bab

Hal pertama yang bisa dilakukan orangtua ketika feses anak atau bayi mulai berlendir adalah mengetahui terlebih dahulu apa penyebabnya.

Lalu, pertolongan pertama untuk mengatasi BAB berlendir tergantung penyebab keluhannya.

Tidak hanya diare atau sembelit pada anak, ada beberapa gangguan pencernaan lainnya yang harus diketahui oleh orangtua.

Jika keluhan disebabkan oleh infeksi pada pencernaan disertai dengan diare, Anda perlu memastikan si Kecil mencukupi asupan cairannya.

Terkadang, dokter akan memberikan antibiotik apabila BAB anak atau bayi yang berlendir disebabkan oleh bakteri.

Hal lainnya yang perlu diperhatikan orangtua adalah memberikan asupan serat untuk anak yang cukup setiap hari agar kesehatan pencernaannya tetap terjaga.

Apabila gejala semakin memburuk, sebaiknya segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan perawatan intensif. Hal ini juga mencegah terjadinya dehidrasi pada anak.

Kesimpulan

  • BAB lendir pada anak ditandai dengan keluarnya pup atau feses yang disertai cairan licin berwarna bening, putih, kekuningan, atau kehijauan.
  • Pada bayi dan anak-anak, kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa gangguan pencernaan, yang meliputi flu perut, alergi makanan, pertumbuhan gigi, cystic fibrosis, dan intususepsi.
  • Pengobatan BAB lendir pada anak perlu dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Bila diperlukan, obat antibiotik mungkin akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi infeksi bakteri. Selain itu, berikan asupan serat dan cairan untuk anak guna menjaga kesehatan sistem pencernaan.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Mucus in stool: A concern? (2024). Retrieved 19 September 2024, from https://www.mayoclinic.org/mucus-in-stool/expert-answers/faq-20058262

Intussusception. (n.d.). Retrieved 19 September 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/intussusception/symptoms-causes/syc-20351452

Shigella Infections (Shigellosis) (for Parents) | Nemours KidsHealth. (n.d.). Retrieved 19 September 2024, from https://kidshealth.org/en/parents/shigella.html

VanDevanter, D., Kahle, J., O’Sullivan, A., Sikirica, S., & Hodgkins, P. (2016). Cystic fibrosis in young children: A review of disease manifestation, progression, and response to early treatment. Journal Of Cystic Fibrosis, 15(2), 147-157. https://doi.org/10.1016/j.jcf.2015.09.008

Baby’s Poop | La Leche League International. (2018). Retrieved 19 September 2024, from https://www.llli.org/babys-poop/

Johansson, M., Sjövall, H., & Hansson, G. (2013). The gastrointestinal mucus system in health and disease. Nature Reviews Gastroenterology & Hepatology, 10(6), 352-361. https://doi.org/10.1038/nrgastro.2013.35

Baby poo – what to expect. (2024). Retrieved 19 September 2024, from https://eric.org.uk/childrens-bowels/baby-and-toddler-poo/

Versi Terbaru

30/09/2024

Ditulis oleh Maria Amanda

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

7 Pilihan Obat Sembelit Anak yang Ampuh dan Aman

Difteri


Ditinjau secara medis oleh

dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Maria Amanda · Tanggal diperbarui 30/09/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan