Untuk memenuhi nutrisi anak dengan baik, Anda tak hanya harus melihat kebutuhan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, dan serat, memang penting. Namun jangan lupa kalau asupan zat gizi mikro anak juga harus terpenuhi dengan baik, salah satunya vitamin. Sebenarnya, seberapa penting fungsinya sehingga anak tidak boleh kurang asupan vitamin? Penting untuk diperhatikan juga beragam gejala kekurangan vitamin pada anak.
Apa manfaat vitamin untuk tumbuh kembang anak?
Vitamin adalah kelompok zat gizi yang tetap dibutuhkan oleh tubuh meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Pasalnya, vitamin berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak secara keseluruhan.
Mulai dari memperkuat sistem imun tubuh, mendukung berbagai fungsi sel dan organ tubuh, hingga mendukung perkembangan otak. Sebaliknya, ketika anak kurang asupan vitamin tentu akan terjadi hambatan pada proses tumbuh kembangnya, bahkan bisa sampai mengganggu fungsi tubuhnya
Oleh karena itu, sudah sepatutnya memberikan beragam variasi makanan pada anak setiap hari guna mencukupi kebutuhan vitaminnya.
Berbagai gejala kekurangan vitamin pada anak
Ada 6 jenis vitamin dengan angka kecukupan yang berbeda-beda pada setiap kelompok usia anak. Meliputi vitamin A, B, C, D, E, dan K. Berdasarkan sifat larutnya, semua jenis vitamin tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
Vitamin larut lemak
Sesuai dengan namanya, vitamin larut lemak adalah jenis vitamin yang mudah sekali larut atau lebur bersama lemak. Menariknya, manfaat yang diberikan dari vitamin larut lemak cenderung lebih baik ketika dimakan berbarengan dengan makanan sumber lemak.
Beragam jenis vitamin larut lemak yakni vitamin A, D, E, dan K. Kurang asupan vitamin tersebut pada anak akan menimbulkan berbagai macam tanda dan gejala, seperti:
1. Vitamin A
Kebutuhan vitamin A di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 375 mikrogram (mcg)
- Usia 7-11 bulan: 400 mcg
- Usia 1-3 tahun: 400 mcg
- Usia 4-6 tahun: 375 mcg
- Usia 7-9 tahun: 500 mcg
- Usia 10-18 tahun: laki-laki dan perempuan 600 mcg
Secara keseluruhan, vitamin A penting untuk menjaga kesehatan mata anak. Selain itu, memenuhi kebutuhan vitamin A anak juga membantu mencegah infeksi, menjaga kesehatan kulit, sistem saraf, otak, serta tulang dan gigi.
Itu sebabnya, kurang asupan vitamin A pada anak berisiko menimbulkan masalah penglihatan, seperti rabun senja. Jika kekurangan vitamin A pada anak terus berlanjut, bisa berujung pada penurunan fungsi kornea hingga menyebabkan kebutaan.
Melansir dari WHO, risiko serangan penyakit infeksi seperti diare dan campak juga akan meningkat. Berbagai gejala ketika asupan vitamin A pada anak kurang, meliputi:
- Kulit dan mata kering
- Kesulitan melihat di malam hari dan tempat gelap
- Masalah pada saluran pernapasan
- Waktu penyembuhan luka lambat
Makanan sumber vitamin A
Sebelum kekurangan vitamin A pada anak semakin parah, sebaiknya perbanyak asupan makanan sumber vitamin A setiap harinya.
Anda bisa memberikan sumber hewani seperti telur, susu, keju, margarin, dan minyak ikan, hati sapi, dan ikan. Sementara sumber nabati bisa didapatkan dari wortel, tomat, daun kemangi, bayam, daun pepaya, dan lainnya.
2. Vitamin D
Kebutuhan vitamin D di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 5 mcg
- Usia 7-11 bulan: 5 mcg
- Usia 1-3 tahun: 15 mcg
- Usia 4-6 tahun: 15 mcg
- Usia 7-9 tahun: 15 mcg
- Usia 10-18 tahun: laki-laki dan perempuan 15 mcg
Vitamin D dibutuhkan untuk mendukung berbagai fungsi tubuh anak. Mulai dari menjaga kesehatan tulang dan gigi, memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta menjaga kesehatan jantung dan paru-paru. Sayangnya, tak jarang asupanvitamin D anakkurang sehingga mengakibatkan munculnya beragam masalah kesehatan.
Anak rentan mengalami rakitis, sehingga membuat tulang menjadi lunak dan mudah bengkok. Tulang kaki juga biasanya akan berubah bentuk menjadi huruf O atau X. Bukan hanya itu, asupan vitamin D yang kurang bisa menyebabkan kejang otot dan kerusakan gigi.
Vitamin D tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, melainkan harus didapat dari makanan harian dan sinar matahari. Setelah terpapar sinar matahari, barulah proses pembentukan vitamin D di dalam tubuh aktif.
Asupan vitamin D yang kurang pada anak ditandai dengan munculnya beberapa gejala seperti:
- Kesulitan beranapas
- Kejang otot
- Tulang tengkorak dan kaki lunak, bahkan tampak melengkung
- Timbul rasa sakit dan kelemahan pada otot kaki
- Tumbuh gigi lambat
- Rambut rontak atau rusak
- Rentan terserang infeksi pernapasan
Makanan sumber vitamin D
Anak yang kurang vitamin D dapat diobati dengan memperbanyak asupan vitamin D harian dari makanan. Sumber makanan yang tinggi kandungan vitamin D yakni kuning telur, margarin, minyak ikan, susu, keju, ikan salmon, minyak jagung, jamur, ikan tuna, dan lainnya.
Selain dari makanan, penuhi juga kebutuhan anak yang kurang vitamin D dengan sering terpapar sinar matahari. Misalnya berjemur di bawah matahari saat pagi dan sore hari. Atau mengajak si kecil bermain di luar rumah di pagi hari, bila ia sudah cukup umur.
3. Vitamin E
Kebutuhan vitamin E di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 4 miligram (mg)
- Usia 7-11 bulan: 5 mg
- Usia 1-3 tahun: 6 mg
- Usia 4-6 tahun: 7 mg
- Usia 7-9 tahun: 7 mg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki dan perempuan 11 mcg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki 12 mcg dan perempuan 15 mcg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki dan perempuan 15 mcg
Dalam jumlah yang cukup, asupan vitamin E berperan sebagai antioksidan yang akan membantu melindungi sel tubuh dari serangan radikal bebas. Radikal bebas adalah sebuah senyawa yang bisa menimbulkan penyakit berbahaya, seperti kanker.
Sebaliknya, kekurangan vitamin E pada anak dapat mengakibatkan gangguan saraf (neurological) dan retina mata. Kejadian anak kurang vitamin E sebenarnya jarang terjadi. Kondisi ini baru akan muncul ketika tubuh anak tidak mendapatkan asupan vitamin E dalam jangka waktu lama.
Asupan vitamin E yang kurang pada anak ditandai dengan munculnya gejala, yakni:
- Kelemahan otot
- Masalah penglihatan
- Sistem kekebalan tubuh melemah
Makanan sumber vitamin E
Demi mencukupi kebutuhan dan mencegah kekurangan vitamin E pada anak, sebaiknya sajikan makanan yang kaya kandungan vitamin E. Misalnya kacang almond, minyak sayur, tomat, brokoli, minyak zaitun, kentang, bayam, jagung, serta kedelai.
4. Vitamin K
Kebutuhan vitamin K di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 5 mcg
- Usia 7-11 bulan: 10 mcg
- Usia 1-3 tahun: 15 mcg
- Usia 4-6 tahun: 20 mcg
- Usia 7-9 tahun: 25 mcg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki dan perempuan 35 mcg
- Usia 13-18 tahun: laki-laki dan perempuan 55 mcg
Vitamin K dibutuhkan untuk membantu proses pembekuan darah sekaligus menghentikan perdarahan saat luka. Dibandingkan orang dewasa, kekurangan vitamin K lebih sering dialami oleh anak-anak terutama bayi.
Ini karena kebutuhan vitamin K pada orang dewasa bisa dengan mudah diperoleh dari sumber makanan harian, atau dari proses pembentukan tubuh.
Sementara pada bayi, pasokan vitamin K yang dimilikinya tergolong sangat rendah. Akibatnya, tubuh tidak bisa menjalankan fungsinya secara optimal untuk membekukan darah, yang kemudian meningkatkan risiko perdarahan.
Namun dalam beberapa kasus, anak-anak juga bisa kurang vitamin K karena konsumsi obat-obatan atau memiliki kondisi medis tertentu. Berikut beberapa gejala kekurangan vitamin K pada anak:
- Kulit mudah memar
- Muncul gumpalan darah di bawah kuku
- Tinja berwarna hitam gelap, atau bahkan mengandung darah
Jika dialami oleh bayi, kekurangan vitamin K bisa menimbulkan gejala:
- Perdarahan di area tali pusat dilepas
- Perdarahan di kulit, hidung, saluran pencernaan, atau bagian lainnya
- Perdarahan mendadak pada otak, yang berpotensi mengancam jiwa
- Warna kulit semakin pucat dari hari ke hari
- Bagian putih pada mata berubah menguning setelah beberapa hari
Makanan sumber vitamin K
Ada berbagai sumber makanan yang bisa membantu memenuhi kebutuhan vitamin K anak. Contohnya bayam, brokoli, seledri, wortel, apel, alpukat, pisng, kiwi, dan jeruk.
Kandungan vitamin K juga terdapat pada sumber hewani, seperti ayam, serta hati dan daging sapi. Akan tetapi, untuk membantu memulihkan kondisinya, dokter biasanya akan memberikan suplemen vitamin K (phytonadione) untuk mengatasi kekurangannya.
Suplemen ini bisa diberikan lewat oral (minum) maupun suntikan bila anak sulit minum suplemen oral. Dosis pemberian suplemen ini biasanya tergantung dari usia dan kondisi kesehatan anak.
Vitamin larut air
Kebalikan dari vitamin larut lemak, vitamin larut air hanya bisa lebur dengan air dan bukan lemak. Vitamin larut air terdiri atas vitamin B kompleks (B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, dan B12), serta vitamin C. Berikut penjelasan untuk masing-masing kekurangan vitamin larut air pada anak:
1. Vitamin B1
Kebutuhan vitamin B1 di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 0,3 mg
- Usia 7-11 bulan: 0,4 mg
- Usia 1-3 tahun: 0,6 mg
- Usia 4-6 tahun: 0,8 mg
- Usia 7-9 tahun: 0,9 mg
- Usia 10-12 tahun: laki-laiki 1,1 mg dan perempuan 1 mg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki 1,2 mg dan perempuan 1 mg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki 1,3 mg dan perempuan 1,1 mg
Vitamin B1 (tiamin) bertugas untuk mencegah komplikasi pada organ jantung, lambung, usus, otot, serta sistem saraf. Namun selain itu, asupan vitamin B1 yang cukup juga bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Sayangnya, anak yang kurang memperoleh cukup asupan vitamin B1 bisa mengalami penyakit beri-beri. Beberpaa gejala anak kurang vitamin D seperti:
- Nafsu makan menurun
- Otot melemah
- Kelelahan
- Penglihatan terganggu
Makanan sumber vitamin B1
Anda bisa mencegah kekurangan vitamin B1 pada anak dengan memberikan berbagai variasi makanan seperti daging sapi, telur, daging ayam, susu, dan keju. Sumber nabati juga membantu terpenuhinya kebutuhan vitamin B1, misalnya jeruk, tomat, kentang, brokoli, asparagus, pisang, apel, dan lainnya.
2. Vitamin B2
Kebutuhan vitamin B2 di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 0,3 mg
- Usia 7-11 bulan: 0,4 mg
- Usia 1-3 tahun: 0,7 mg
- Usia 4-6 tahun: 1 mg
- Usia 7-9 tahun: 1,1 mg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki 1,3 mg dan perempuan 1,2 mg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki 1,5 mg dan perempuan 1,3 mg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki 1,6 mg dan perempuan 1,3 mg
Kekurangan vitamin B2 (riboflavin) pada anak bisa menyebabkan gejala berupa:
- Luka pada sudut mulut dan bibir
- Perubahan warna lebih menjadi lebih gelap
- Masalah pada penglihatan, seperti peka terhadap cahaya, berair, hingga merah
- Kulit kering
- Sakit tenggorokan
Anak-anak membutuhkan asupan vitamin B2 yang cukup guna melancarkan proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein sebagai sumber energi. Selain itu, vitamin ini juga membantu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, serta menjaga kesehatan kulit, kuku, dan rambut.
Makanan sumber vitamin B2
Anak bisa memperoleh kecukupan vitamin B2 dari daging, telur, susu, keju, kacang-kacangan, jamur, brokoli, asparagus, hingga nasi.
3. Vitamin B6
Kebutuhan vitamin B6 di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 0,1 mg
- Usia 7-11 bulan: 0,3 mg
- Usia 1-3 tahun: 0,5 mg
- Usia 4-6 tahun: 0,6 mg
- Usia 7-9 tahun: 1 mg
- Usia 10-18 tahun: laki-laki 1,3 mg dan perempuan 1,2 mg
Kekurangan vitamin B6 (pyridoxine) pada anak bisa menimbulkan berbagai gejala, berupa:
- Sistem kekebalan tubuh lemah
- Pembengkakan atau luka di sekitar mulut, bibir, dan lidah
- Bibir kering dan pecah-pecah
- Ruam pada kulit
- Kelelahan
- Tubuh kejang
Makanan sumber vitamin B6
Itu sebabnya, penting untuk mencukupi asupan vitamin B6 untuk anak agar tidak kurang. Sumber makanan vitamin B6 seperti ikan, kentang, daging ayam, hati sapi, kacang-kacangan, dan beberapa jenis buah asam.
4. Vitamin B12
Kebutuhan vitamin B12 di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 0,4 mg
- Usia 7-11 bulan: 0,5 mg
- Usia 1-3 tahun: 0,9 mg
- Usia 4-6 tahun: 1,2 mg
- Usia 7-9 tahun: 1,2 mcg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki dan perempuan 1,8 mcg
- Usia 13-18 tahun: laki-laki dan perempuan 2,4 mcg
Kekurangan vitamin B12 pada anak akan menimbulkan gejala seperti:
- Sakit kepala ringan
- Tubuh lemah dan lelah
- Jantung berdebar
- Sesak napas
- Kulit pucat
- Mengalami diare dan sembelit
- Nafsu makan menurun
- Masalah saraf seperti mati rasa, kesemutan, kelemahan otot, dan kesulitan berjalan
- Penglihatan terganggu
Dilihat dari angka kecukupanya, kebutuhan vitamin B12 mengalami peningkatan pada beberapa kelompok usia. Hal ini dikarenakan vitamin ini dibutuhkan untuk proses metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Khususnya untuk membantu produksi selubung pada sistem saraf (mielin) dan serabut saraf.
Makanan sumber vitamin B12
Anda bisa membantu mencegah anak kurang vitamin B12 dengan memberikan sumber makanan yang beragam. Misalnya daging sapi, ayam, hati sapi, susu, keju, kuning telur, ikan tuna, ikan bandeng, dan lainnya.
5. Vitamin B3, B5, B7, dan B9
Kebutuhan vitamin B3, B5, B7, dan B9 secara berurutan di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 2 mg, 1,7 mg, 5 mcg, dan 65 mcg
- Usia 7-11 bulan: 4 mg, 1,8 mg, 6 mcg, dan 80 mcg
- Usia 1-3 tahun: 6 mg, 2 mg, 8 mcg, dan 160 mcg
- Usia 4-6 tahun: 9 mg, 2 mg, 12 mcg, dan 200 mcg
- Usia 7-9 tahun: 10 mg, 3 mg, 12 mcg, dan 300 mcg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki 12 mg dan perempuan 11 mg, laki-laki dan perempuan 4 mg, laki-laki dan perempuan 20 mcg, dan laki-laki dan perempuan 400 mcg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki 14 mg dan perempuan 12 mg, laki-laki dan perempuan 5 mg, laki-laki dan perempuan 25 mcg, dan laki-laki dan perempuan 400 mcg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki 15 mg dan perempuan 12 mg, laki-laki dan perempuan 5 mg, laki-laki dan perempuan 30 mcg, dan laki-laki dan perempuan 400 mcg
Sama seperti vitamin B yang lainnya, kebutuhan vitamin B3, B5, B7, dan B9 pada anak juga sebaiknya tercukupi dengan baik. Namun, kasus anak kurang beberapa jenis vitamin ini terbilang jarang ditemukan.
Jika pun ada, biasanya gejalanya berbeda-beda tergantung dari jenis vitamin yang jumlahnya tidak tercukupi pada tubuh anak. Secara khususnya, anak yang kurang vitamin B3 biasanya mengalami masalah pada tenggorokan dan perut. Misalnya merasa mual, muntah, hingga mengalami diare dan konstipasi.
Sementara kekurangan biotin (vitamin B7) mengakibatkan kulit kepala rusak dan bersisik. Lain halnya dengan kekurangan vitamin B5 yang menimbulkan keluhan berupa susah tidur, mual, muntah, kram otot, serta mati rasa di beberapa bagian tubuh.
Di sisi lain, anak yang kekurangan vitamin B9 akan menunjukkan gejala kelelahan, pembengkakan pada lidah, dan masalah pertumbuhan.
6. Vitamin C
Kebutuhan vitamin C di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan:
- Usia 7-11 bulan:
- Usia 1-3 tahun:
- Usia 4-6 tahun:
- Usia 7-9 tahun: 45 mg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki dan perempuan 50 mg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki 75 mg dan perempuan 65 mg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki 90 mg dan perempuan 75 mg
Asupan vitamin C yang cukup pada anak bisa membantu membentuk dan memperbaiki sel darah merah, tulang, serta jaringan tubuh. Bukan hanya itu saja. Kesehatan gusi anak juga senantiasa terjaga, mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan kekebalan tubuh, serta mencegah infeksi.
Bahkan, vitamin C turut berperan penting dalam mendukung proses penyerapan mineral zat besi yang ada di dalam sumber makanan. Itulah mengapa kekurangan vitamin C bisa menimbulkan berbagai gejala pada anak, berupa:
- Luka jadi sembuh lebih lama
- Sendi terasa sakit dan membengkak
- Tulang melemah
- Kerap mengalami perdarahan gusi
- Mudah sariawan
- Folikel rambut berwarna merah
Makanan sumber vitamin C
Supaya tidak sampai kekurangan, atau ingin mengobati asupan vitamin C yang kurang pada anak, ada beragam sumber makanan yang bisa Anda berikan. Meliputi buah jambu, jeruk, pepaya, kiwi, mangga, tomat, pisang, stroberi, brokoli, paprika, dan bayam.
Perlukah memberikan suplemen vitamin untuk anak?
Suplemen vitamin biasanya dianjurkan ketika anak mengalami kekurangan vitamin dalam tingkat yang cukup parah. Dengan kata lain, suplemen vitamin tidak bisa menggantikan asupan vitamin alami yang harus didapatkan dari makanan.
Sebab satu jenis makanan saja sebenarnya sudah bisa menyumbang sejumlah vitamin dan berbagai zat gizi lainnya. Ambil contohnya jeruk, yang sekali makan saja dapat memberikan Anda vitamin C, asam folat, kalsium, dan serat.
Meski jumlah kebutuhan harian anak tidak terlalu banyak, tapi asupan makanan sumber vitamin tetap harus teratur dan sesuai kebutuhan. Sebagian besar vitamin tidak dihasilkan sendiri oleh tubuh, kecuali vitamin K yang diproduksi oleh bakteri di usus.
Penting untuk dipahami, selama selera dan nafsu makan anak baik, disertai dengan pemberian menu makanan harian yang lengkap, maka tidak perlu memberikan suplemen vitamin. Namun dalam beberapa kasus, pemberian suplemen vitamin justru dianjurkan ketika:
- Anak kesulitan dalam memperoleh asupan vitamin yang cukup, misalnya karena mengalami gangguan penyerapan zat gizi.
- Anak sedang sakit dan nafsu makannya menurun. Pemberian suplemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
- Anak yang baru sembuh dari sakit. Setelah kondisinya mulai membaik, sebaiknya kurangi pemberian suplemen dan hentikan ketika anak sudah sehat total.
- Anak susah atau tidak mau makan. Biasanya terjadi karena bosan dengan menu harian, sedang tumbuh gigi, sedang sakit, dan lain sebagainya.
- Anak kurus atau berat badannya sulit naik. Dalam hal ini, diperlukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dokter nantinya akan menentukan dosis dan aturan pemberian suplemen vitamin anak sesuai kebutuhannya.
Di samping itu, perhatikan juga cara memberikan suplemen vitamin pada anak. Anak yang sudah mampu menelan dengan baik bisa diberikan suplemen dalam bentuk gummy maupun tablet oral (minum). Sedangkan untuk anak yang berusia kurang dari 3 tahun, suplemen vitamin bisa diberikan dalam bentuk cair agar anak tidak tersedak.
[embed-health-tool-vaccination-tool]