backup og meta

4 Perawatan Dermatitis pada Bayi serta Gejala dan Penyebabnya

4 Perawatan Dermatitis pada Bayi serta Gejala dan Penyebabnya

Dermatitis adalah salah satu masalah kulit yang paling umum terjadi pada bayi. Kondisi ini kerap menimbulkan rasa perih pada kulit bayi, sehingga membuat si Kecil merasa tidak nyaman. Kondisi ini tentunya mengkhawatirkan orangtua.

Dermatitis itu sendiri punya banyak jenis yang masing-masingnya dapat menunjukkan gejala khas. Nah, beda jenis dermatitis maka beda pula cara mengatasinya. Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk membedakan setiap jenis dermatitis yang umum dialami bayi.

Gejala dermatitis yang umum terjadi pada bayi

Istilah dermatitis menunjukkan kondisi kulit yang tampak sangat kering dengan ruam kemerahan yang terasa gatal akibat peradangan.

Pada bayi, gejala dermatitis biasanya muncul pada 6 bulan pertama usia si Kecil.

Bayi yang mengalami dermatitis bisa memunculkan gejala yang lebih spesifik selain ruam kemerahan, kulit kering, dan rasa gatal.

Gejala dermatitis yang lebih khas biasanya muncul terkait dengan jenis spesifik yang dialami si bayi.

Dermatitis ada banyak jenisnya, yaitu dermatitis atopik, dermatitis seboroik, dan dermatitis kontak. Namun, yang paling umum terjadi pada bayi adalah dermatitis atopik dan dermatitis seboroik.

Berikut adalah gejala yang dapat ditimbulkan oleh dua jenis dermatitis tersebut.

1. Dermatitis atopik (eksim)

Dermatitis atopik atau eksim merupakan bentuk dermatitis yang paling umum. Eksim pada bayi biasanya berkembang dalam tiga fase berbeda.

Pada bayi berumur di bawah 6 bulan, gejala dermatitis lebih sering ditemukan pada area wajah, pipi, dagu, dahi, dan kulit kepala. Ciri-ciri eksim muncul dalam bentuk:

Lama kelamaan, gejala bisa menyebar pada siku dan lutut dengan bintik-bintik yang membentuk ruam kemerahan. Peradangan juga menyebabkan kulit terlihat lebih mengering dan bersisik.

Pada bayi berusia 1 tahun ke atas, gejala bisa muncul pada bagian lipatan kulit seperti pergelangan tangan, kaki, dan ruam pada area popok. Tak jarang, gejala juga muncul di sekitar kelopak mata dan mulut.

Gejala dermatitis atopik pada bayi dapat menghilang dalam waktu lama dan kambuh lagi.

Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor pemicunya. Apabila bayi kembali terpapar iritan dan mengalami iritasi, gejala bisa muncul kembali.

2. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik pada bayi memiliki gejala khas berupa sisik kulit berwarna putih kekuningan yang menempel pada kulit kepala. Masalah kulit pada bayi ini juga dikenal dengan cradle cap. 

Sisik kulit yang muncul memiliki penampakan yang serupa dengan ketombe dan bisa menimbulkan rasa gatal yang mengganggu.

Selain di kulit kepala, gejala dermatitis seboroik juga bisa muncul pada beberapa bagian tubuh lainnya seperti dahi, alis, leher, dada, dan pangkal paha bayi.

Kondisi kulit yang bersisik dipicu oleh peradangan dan menyebabkan produksi minyak berlebih pada kulit kepala bayi.

Selain itu, infeksi jamur Malassezia atau Pityrosporum juga dapat memicu terjadinya peradangan. Jamur ini normalnya memang hidup di kulit manusia.

Namun, kulit beberapa bayi bereaksi berlebihan terhadapnya sehingga mudah terinfeksi. Sistem imunnya yang masih dalam tahap perkembangan juga membuat bayi lebih rentan mengalami infeksi.

Apa penyebab dermatitis pada bayi?

Hingga kini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan peradangan kulit pada bayi.

Studi terhadap penyebab dermatitis sejauh ini menunjukkan peradangan kulit bisa dipengaruhi dari berbagai kondisi berbeda.

Menurut National Eczema Association, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat memicu dermatitis pada bayi.

  • Riwayat genetik atau keturunan dari keluarga dengan dermatitis.
  • Gangguan sistem imun.
  • Keturunan keluarga dengan alergi, asma, dan alergi rhinitis.
  • Faktor lingkungan seperti konsumsi makanan tertentu, paparan iritan, dan alergen.

Dermatitis yang terjadi pada anak bisa dipengaruhi oleh hanya satu atau beberapa kombinasi dari faktor di atas.

Di samping faktor internal, beberapa faktor risiko dari lingkungan luar juga dapat memicu dan bahkan memperparah kondisi dermatitis. Faktor pemicu tersebut di antaranya berikut ini.

  • Iritasi kulit.
  • Iritan seperti produk berbahan kimia yang mengandung pewangi.
  • Infeksi kuman penyakit.
  • Perubahan cuaca yang ekstrem.
  • Alergen seperti bulu binatang, polen, dan debu.

Bagaimana cara mendiagnosis dermatitis pada bayi?

Untuk mendiagnosis dermatitis pada bayi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat adanya perubahan warna, bengkak, dan lepuhan. Nantinya, dokter akan mengumpulkan informasi tentang riwayat medis bayi, termasuk faktor pemicu, seperti kontak dengan alergen atau perubahan produk perawatan kulit.

Cara mengatasi dermatitis pada bayi

Obat dermatitis pada bayi

Pada kasus ringan, gejala dermatitis pada bayi memang bisa mereda dengan sendirinya. Namun, rasa gatal dan perih dari peradangan kulit bisa membuat bayi tidak nyaman.

Memang belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan dermatitis secara menyeluruh. Namun sejumlah langkah perawatan bisa diikuti untuk mengendalikan gejala penyakit kulit pada bayi ini.

Apalagi jika gejala tidak kunjung hilang selama berbulan-bulan. Berikut adalah berbagai perawatan yang bisa dilakukan.

1. Gunakan produk pembersih kulit yang aman

Dalam merawat kulit bayi yang terdampak dermatitis, hindari menggunakan pembersih jenis kosmetik karena lebih rentan menimbulkan iritasi.

Sampo dan sabun untuk bayi dengan dermatitis sebaiknya tidak mengandung detergen dan pewangi kimia sehingga cenderung ringan dan tidak perih di kulit.

Produk yang berasal dari bahan-bahan tradisional yang digunakan sebagai obat dermatitis alami juga bisa menjadi pilihan.

Akan tetapi, National Eczema Society tidak lagi merekomendasikan penggunaan minyak zaitun karena dapat memperparah kerusakan pada kulit bayi.

Gunakan juga minyak atau krim pelembap khusus untuk dermatitis secara rutin setidaknya dua kali dalam sehari, yaitu sesudah mandi dan saat si Kecil tertidur.

2. Memandikan bayi dengan teknik khusus

Mandi sangat penting dalam menjaga kulit si Kecil tetap bersih dan menghilangkan kotoran serta iritan yang dapat memicu peradangan kulit.

Selain menggunakan produk yang aman, Anda juga sebaiknya memandikan bayi menggunakan air hangat yang ditambahkan dengan minyak emolien (pelembab nonkosmetik) untuk menjaga kelembapan kulitnya.

Selama membersihkan bagian kulit yang terdampak, jangan menggosoknya terlalu kencang. Anda bisa menggunakan sikat berbulu halus agar tidak menyebabkan iritasi.

Jangan juga mencoba untuk menggaruk atau melepaskan sisik kulit dengan menggunakan tangan karena dapat meningkatkan risiko infeksi kulit.

Untuk bayi yang terdampak dermatitis seboroik, oleskan baby oil atau petroleum jelly secara perlahan pada kulit kepalanya sebelum setidaknya 1 jam sebelum mandi.

Batasi waktu mandi si Kecil sekitar 5—10 menit saja. Sesaat setelah kering, oleskan pelembap khusus untuk kulit dermatitis.

3. Pengobatan medis

Segera periksakan si Kecil ke dokter spesialis kulit apabila mengalami gejala dermatitis yang lebih parah. Konsultasikan kepada dokter apabila gejalanya bertambah buruk dari hari ke hari.

Jika diperlukan, dokter biasanya akan meresepkan krim antijamur, krim kortikosteroid dengan potensi steroid ringan, dan  sampo untuk dermatitis yang mengandung ketoconazole, selenium sulfida, coal tar, atau seng pyrithione.

4. Hindari pemicu dermatitis

Dermatitis pada bayi dapat membaik atau memburuk seiring waktu dan ini sangat berpengaruh dengan adanya pemicu.

Pemicu eksim pada bayi bisa berupa keringat, air liur, bulu hewan, atau bahan kimia yang ada pada beberapa produk.

Jika si Kecil sering terpapar pemicu, dermatitis pada bayi akan jadi lebih parah gejalanya.

Amati juga berbagai hal di sekitar bayi yang bisa Anda curigai sebagai pemicu dermatitis. Setelahnya, pastikan bayi terhindar dari pemicu tersebut.

Konsultasikan kepada dokter untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai penanganan dan pencegahan kondisi ini.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Lyons, J. J., Milner, J. D., & Stone, K. D. (2015). Atopic dermatitis in children: clinical features, pathophysiology, and treatment. Immunology and allergy clinics of North America, 35(1), 161–183. Retrieved 13 Desember 2023, from https://doi.org/10.1016/j.iac.2014.09.008 

Pigatto, P., Martelli, A., Marsili, C., & Fiocchi, A. (2010). Contact dermatitis in children. Italian journal of pediatrics, 36, 2.  Retrieved 13 Desember 2023, from https://doi.org/10.1186/1824-7288-36-2 

Cradle Cap (Seborrheic Dermatitis) in Infants (for Parents) – Nemours KidsHealth. (2020). Retrieved 13 Desember 2023, from https://kidshealth.org/en/parents/cradle-cap.html

How to treat eczema in babies. (2020). Retrieved 13 Desember 2023, from https://www.aad.org/public/diseases/eczema/childhood/treating/treat-babies

Atopic Dermatitis in Children. (2020). Retrieved 13 Desember 2023, from https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=atopic-dermatitis-in-children-90-P01675

Eczema in Children | National Eczema Association. (2020). Retrieved 13 Desember 2023, from https://nationaleczema.org/eczema/children/

8 survival tips for caring for an eczema baby. (2017). Retrieved 13 Desember 2023, from https://nationaleczema.org/8-survival-tips-caring-eczema-baby/

Versi Terbaru

20/12/2023

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Normalkah Jika Kulit Bayi Baru Lahir Tampak Kering dan Keriput?

Berbagai Perkembangan Bayi Newborn yang Perlu Ortu Ketahui


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 20/12/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan