Sebagai orangtua, memastikan anak-anak tumbuh sehat dan aman adalah hal yang utama, termasuk saat mereka berada di sekolah. Namun, ancaman seperti risiko hepatitis di sekolah sering kali datang tanpa tanda yang jelas. Oleh karena itu, sebagai orangtua perlu memahami risiko penularan penyakit hepatitis anak di sekolah untuk melindungi buah hati tercinta.
Faktor risiko hepatitis di sekolah
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis. Salah satunya yaitu virus hepatitis A (HAV) yang lebih rentan menular pada anak di sekolah.
Virus ini menular melalui jalur fekal-oral, yaitu melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, atau kontak langsung dengan orang yang sudah terinfeksi.
Virus hepatitis A dikenal tahan terhadap panas dan asam serta mampu bertahan di suhu ruangan lebih dari satu bulan, sehingga sangat mudah menyebar di lingkungan dengan kebersihan rendah.
Di Indonesia, kasus hepatitis A lebih sering terjadi di daerah dengan kondisi sanitasi yang buruk.
Bahkan, penyakit ini dapat memicu kejadian luar biasa (KLB) atau outbreak, khususnya hepatitis A pada anak yang menular di lingkungan padat seperti sekolah.
Penularan hepatitis anak di sekolah menjadi perhatian serius. Ini karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya banyak anak, sehingga potensi penyebaran virus lebih tinggi.
Melansir dari Journal of Public Health Research, hepatitis A di sekolah sering kali menular melalui berikut ini.
- Konsumsi air minum atau makanan mentah yang terkontaminasi HAV.
- Kurangnya fasilitas tempat cuci tangan yang layak.
- Sanitasi dan kebersihan kantin sekolah yang buruk.
- Kontak langsung antara siswa, terutama bila kebiasaan mencuci tangan setelah buang air belum baik.
- Kurangnya menjaga kebersihan diri, termasuk tidak membiasakan cuci tangan setelah buang air atau sebelum makan.
- Makanan di kantin yang kurang higienis, biasanya makanan yang dijual di sekolah sering kali mengabaikan standar sanitasi.
Sementara itu, risiko hepatitis B menular di sekolah cenderung rendah.
Ini karena penularan hepatitis B terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti darah, air mani, atau cairan vagina.
Penularannya tidak terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi, seperti halnya virus hepatitis A.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Langkah pencegahan hepatitis anak di sekolah
Hepatitis yang menular pada anak di sekolah merupakan masalah yang sering luput dari perhatian.
Banyak kasus hepatitis A di sekolah tidak menunjukkan gejala apa pun (asimptomatik), sehingga anak-anak yang tampak sehat tetap bisa menjadi sumber penyebaran virus.
Hal ini menjadikan lingkungan sekolah sebagai salah satu tempat yang rentan terhadap penularan hepatitis, terutama jika kebersihan dan perilaku hidup sehat belum menjadi kebiasaan.
Untuk menekan risiko tersebut, pencegahan hepatitis bisa dilakukan dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat berikut ini.
1. Edukasi perilaku hidup sehat
Langkah utama dalam mencegah hepatitis yang menular pada anak di sekolah adalah membangun kesadaran tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Sekolah harus rutin mengajarkan dan mengingatkan siswa untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, khususnya sebelum makan dan setelah buang air besar.
Edukasi bisa dilakukan lewat poster, kampanye mingguan, hingga program sederhana seperti gerakan “cuci tangan bersama” sebelum jam makan siang.
2. Penyediaan fasilitas sanitasi
Tanpa fasilitas cuci tangan yang layak, sulit mengharapkan anak-anak menerapkan kebiasaan bersih.
Sekolah perlu memastikan tersedia banyak wastafel dengan air mengalir dan sabun di berbagai titik strategis, terutama di dekat toilet dan kantin.
Air yang digunakan juga harus bersih dan tidak terkontaminasi. Dengan fasilitas sanitasi yang memadai, risiko penularan hepatitis anak di sekolah bisa ditekan lebih efektif.
3. Pengawasan makanan dan jajanan
Makanan dan minuman yang dikonsumsi di sekolah harus dipastikan kebersihannya.
Pihak sekolah perlu melakukan pengawasan rutin terhadap kantin sekolah maupun pedagang kaki lima di sekitar area sekolah.
Makanan sebaiknya dimasak dengan sempurna dan tidak disajikan dalam kondisi mentah.
Mengingat salah satu faktor risiko hepatitis anak di sekolah adalah konsumsi makanan yang tidak higienis, pengawasan ini tidak boleh diabaikan.
4. Vaksinasi hepatitis
Vaksinasi hepatitis adalah bentuk perlindungan paling efektif untuk mencegah infeksi virus hepatitis.
Anak perlu mendapat vaksin hepatitis A dan B untuk melindunginya dari infeksi virus tersebut. Jadwal vaksinasi hepatitis anak perlu diberikan secara lengkap agar perlindungannya optimal.
Anak yang sudah divaksin memiliki kekebalan sehingga risiko penyebaran virus berkurang drastis.
5. Makanan bergizi
Selain menjaga kebersihan, memperkuat daya tahan tubuh anak penting untuk melawan berbagai infeksi.
Pastikan anak mendapatkan asupan makanan bergizi, cukup konsumsi buah dan sayur, dan melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Pola hidup sehat ini akan membantu tubuh anak lebih siap menghadapi paparan penyakit, termasuk menurunkan risiko penularan hepatitis anak di sekolah.
Namun, perlu dipahami bahwa mencegah hepatitis yang menular anak di sekolah bukan hanya soal menjaga kebersihan, tetapi juga membentuk budaya hidup sehat sejak dini.
Peran sekolah, orangtua, dan lingkungan sekitar sangat penting dalam menciptakan sistem perlindungan yang menyeluruh bagi anak-anak.
Dengan edukasi yang tepat, fasilitas sanitasi yang memadai, serta langkah preventif seperti imunisasi, risiko penularan hepatitis anak di sekolah dapat ditekan secara signifikan.
Kesimpulan
- Hepatitis A dapat menular melalui kontak sehari-hari, seperti berbagi alat makan atau makanan yang terkontaminasi, dengan risiko tinggi di lingkungan sekolah.
- Faktor risiko penularan hepatitis di sekolah meliputi kebersihan yang buruk, kurangnya fasilitas sanitasi, dan kebiasaan cuci tangan yang tidak baik.
- Pencegahan dapat dilakukan melalui edukasi perilaku hidup bersih, penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai, serta pengawasan makanan di sekolah.
- Vaksinasi hepatitis A dan B penting untuk memberikan perlindungan terhadap anak-anak dan mengurangi risiko penularan.