Ibu mungkin sudah tahu bahwa ada banyak jadwal imunisasi atau vaksin yang perlu diberikan kepada anak. Pemberian imunisasi yang tidak bersamaan perlu dilakukan pada waktu lainnya dengan jarak tertentu. Namun, tahukah ibu berapa rentang atau jarak waktu antar jenis vaksin atau imunisasi? Ketahui faktanya melalui ulasan berikut.
Jarak aman memberikan imunisasi untuk anak
Pemberian imunisasi sebaiknya mengikuti jadwal dan jarak waktu yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) serta World Health Organization (WHO).
Umumnya, jarak antar jenis imunisasi yang berbeda paling tidak berkisar 4 minggu.
Ini ditentukan agar anak bisa mendapat semua vaksin yang dibutuhkan secara lengkap guna memberi perlindungan yang optimal dan mencegah wabah penyakit semakin luas.
Perlu Anda pahami, imunisasi dibutuhkan untuk melindungi tubuh anak dari penyakit infeksi tertentu. Ini artinya, kemungkinan anak terkena penyakit tersebut menjadi berkurang bila sudah diimunisasi.
Jika terkena pun, tingkat keparahannya cenderung ringan sehingga anak tidak merasakan sakit yang parah. Penyakit infeksi anak juga jadi lebih mudah diobati dan kemungkinan sembuhnya lebih besar.
Beberapa penyakit infeksi umumnya memiliki jenis vaksinnya masing-masing. Meski begitu, ada pula satu jenis vaksin yang bisa melindungi tubuh anak dari beberapa penyakit.
Misalnya, imunisasi DPT untuk membantu mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Kemudian, pemberian dua hingga tiga jenis vaksin juga bisa dikombinasikan atau digabungkan dalam satu dosis suntikan atau diberikan dalam waktu bersamaan.
Selain jenisnya yang beragam, beberapa jenis vaksin pun perlu diulang beberapa kali agar dapat memberikan perlindungan yang optimal.
Maka dari itu, jarak pemberian imunisasi diperlukan untuk mengurangi risiko gangguan pada cara kerja kedua jenis vaksin yang diberikan secara berdekatan.
Ini artinya, pemberian imunisasi bisa lebih efektif jika diberikan dalam jarak waktu tertentu.
Meski begitu, jarak ini tidak berlaku bagi semua jenis vaksin. Beberapa vaksin diketahui tidak berisiko menimbulkan gangguan bila diberikan dalam waktu berdekatan.
Jenis imunisasi yang perlu diberikan dengan jarak
Pada dasarnya, ada dua kategori vaksin yang utama, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati.
Vaksin hidup atau live annuated vaccines berarti jenis vaksin ini mengandung mikroba hidup yang telah dilemahkan melalui teknologi genetik di laboratorium.
Jenis vaksin ini bereplika (memperbanyak diri) untuk dapat memunculkan respons imun di dalam tubuh guna menangkal penyakit. Adapun proses replikasi ini membutuhkan waktu.
Bila jarak pemberian antar vaksin hidup terlalu dekat, proses replikasinya bisa terganggu. Oleh karena itu, pemberian antar vaksin hidup perlu dilakukan dalam jarak waktu tertentu.
Lalu, berapa jarak aman untuk pemberian vaksin hidup pada anak? CDC menyebut, jaraknya paling tidak selama 4 minggu bila tidak diberikan pada hari yang sama.
Jika dua jenis vaksin diberikan dalam rentang di bawah 4 minggu, vaksin kedua tidak boleh dihitung dan dosisnya harus diulang setidaknya 4 minggu kemudian.
Oleh karena itu, sebelum memberikan vaksin hidup, dokter dan tim medis umumnya akan memastikan bahwa anak tidak mendapat vaksin hidup lainnya pada 28 hari sebelumnya.
Ketentuan ini umumnya berlaku untuk vaksin hidup yang diberikan secara injeksi. Sementara secara oral, vaksin umumnya bisa diberikan kapan pun tanpa jeda waktu tertentu.
Lantas, apa saja yang tergolong ke dalam vaksin hidup yang direkomendasikan untuk anak? Berikut adalah daftarnya.
- Vaksin MMR atau measles, mumps, dan rubella
- Vaksin cacar air (varisela)
- Demam kuning
- Vaksin rotavirus
- Vaksin polio oral
- Imunisasi BCG
Mendukung informasi di atas, sebuah penelitian di Amerika Serikat membuktikan bahwa pemberian vaksin varisela dalam kurun waktu 28 hari (4 minggu) setelah MMR, lebih berisiko tiga kali lipat mengalami kegagalan.
Sementara yang menerima kedua imunisasi tersebut dalam jarak waktu lebih dari 28 hari disebut bisa lebih efektif.
Jenis imunisasi yang bisa diberikan tanpa jarak khusus
Selain vaksin hidup, ada pula yang disebut dengan vaksin mati (non-live vaccines atau inactivated vaccines).
Sebagaimana namanya, vaksin mati menggunakan mikroba penyebab penyakit yang telah dibunuh dan dinonaktifkan.
Imunisasi ini biasanya tidak sekuat vaksin hidup dalam memberikan perlindungan.
Oleh karena itu, anak Anda mungkin memerlukan beberapa dosis untuk mendapatkan kekebalan yang berkelanjutan terhadap penyakit.
Lalu, apa saja yang termasuk ke dalam vaksin mati? Berikut adalah beberapa imunisasi yang tergolong ke dalam kategori vaksin mati yang umum diberikan untuk anak.
- Vaksin polio injeksi
- Vaksin HiB
- Hepatitis A dan B
- Vaksin influenza
- Vaksin PCV
- Imunisasi DPT
- Vaksin tifoid
- Vaksin COVID-19
- JEV atau vaksin japanese encephalitis
Berbeda dengan yang hidup, vaksin-vaksin yang masuk kategori non-live vaccines boleh diberikan setiap saat sebelum atau sesudah vaksin hidup atau vaksin mati lainnya.
Pasalnya, sejauh ini, tidak ada bukti bahwa vaksin mati dapat mengganggu respons imun dari vaksin mati lainnya atau vaksin hidup.
Meski begitu, anak dengan kondisi medis tertentu mungkin tidak dapat menerima vaksin mati dan vaksin lainnya dalam jarak waktu kurang dari 4 atau 8 minggu.
Oleh karena itu, ada baiknya Anda selalu memastikan kepada dokter mengenai jadwal dan rencana imunisasi untuk anak Anda.
Ini termasuk bila anak terlambat mendapat imunisasi, baik karena lupa atau kondisi tertentu yang membuatnya harus ditunda.
Konsultasikan kepada dokter mengenai jarak imunisasi yang tepat agar anak Anda bisa mendapat vaksin yang lengkap untuk melindungi diri dari penyakit secara optimal.
Kesimpulan
Umumnya, jarak antar jenis imunisasi yang berbeda paling tidak berkisar 4 minggu. Meski demikian, tidak semua jenis vaksin ditentukan jarak pemberiannya. Ada juga beberapa jenis vaksin yang boleh diberikan setiap saat sebelum atau sesudah vaksin lainnya. Untuk memastikan keamanan jarak vaksin untuk masing-masing kondisi tubuh anak, Anda bisa lakukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum melakukan imunisasi.
[embed-health-tool-vaccination-tool]