backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

WHO Resmikan Vaksin Malaria Pertama untuk Anak-Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 21/03/2022

    WHO Resmikan Vaksin Malaria Pertama untuk Anak-Anak

    Penyakit malaria bisa menimbulkan gejala ringan, namun tak sedikit juga menimbulkan gejala parah yang mengancam jiwa. Meski di beberapa negara penyakit ini tak lagi ditemukan, namun di sejumlah negara seperti Afrika dan Asia malaria masih menjadi endemi yang mengancam nyawa. Baru-baru ini, WHO meresmikan vaksin malaria pertama untuk anak-anak.  Yuk, cari tahu tentang vaksin untuk penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles ini!

    Vaksin pertama untuk penyakit malaria

    Catatan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Vaksin COVID-19 Astrazeneca

    Malaria adalah infeksi parasit yang berasal dari gigitan nyamuk. Seseorang yang terinfeksi virus ini, dapat merasakan gejala berupa demam, gangguan pencernaan, sakit kepala, nyeri otot dan kelelahan.

    Penyakit ini bisa berakibat fatal karena menyebabkan komplikasi yang membahayakan jiwa, seperti gagal organ, kesulitan bernapas, atau anemia. Komplikasi ini berisiko tinggi menyerang anak-anak, lansia, dan ibu hamil.

    Oleh karena itu, orang yang terinfeksi perlu mendapatkan pengobatan malaria yang tepat. Di samping itu, tindakan pencegahan perlu dilakukan. Tujuannya, untuk menekan angka kematian akibat komplikasi malaria yang ditimbulkan.

    Pada 6 Oktober 2021, Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menyetujui dan merekomendasikan vaksin Mosquirix (RTS,S/AS01) untuk penanganan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles tersebut.

    Penelitian dan berbagai percobaan dalam mengembangkan vaksin malaria ini sudah dilakukan sejak tahun 1960. Namun, baru di tahun ini uji klinis vaksin malaria menunjukkan hasil sesuai harapan dan bisa digunakan khalayak.

    Efikasi vaksin dalam mencegah penyakit malaria

    nyamuk malaria penyebab malaria

    Setelah melalui banyak percobaan, penelitian vaksin malaria ini akhirnya menunjukkan hasil yang efektif untuk mencegah penyakit malaria. Pada studi permodelan tahun 2020, penggunaan vaksinasi diperkirakan dapat mencegah 5,4 juta kasus dan 23.000 kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun akibat malaria.

    Penelitian lain menunjukkan pemberian kombinasi obat dan vaksinasi pada anak-anak selama musim penularan, jauh lebih efektif dalam mencegah gejala malaria parah dan mengurangi kasus rawat inap serta menekan angka kematian.

    Uji coba vaksin baru-baru ini dengan mengombinasikan vaksin dan obat selama musim penularan menemukan bahwa pendekatan ganda jauh lebih efektif dalam mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian daripada salah satu metode saja.

    Perlu diketahui di negara dengan angka insiden malaria yang tinggi penyakit ini bisa menyerang orang yang sama beberapa kali. Infeksi berulang ini dapat menurunkan kinerja sistem imun pada tubuh, sehingga membuat orang tersebut rentan mengalami penyakit lain. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa penyakit malaria dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi di beberapa negara.

    Setelah pengamatan lebih jauh, pemberian vaksinasi ini dapat meningkatkan presentase anak-anak terlindungi dari malaria lebih dari 90%.

    Bagaimana perkembangan vaksin malaria?

    vaksinasi covid-19

    Hingga sekarang sudah lebih dari 2,3 juta dosis didistribusikan ke negara-negara yang tinggi kasus malaria, seperti Kenya, Malawi, dan Ghana. Vaksin ini telah menjangkau lebih dari 800.000 anak. Vakisn akan diberikan sebanyak 3 dosis antara usia 5 hingga 17 bulan, dan dosis keempat akan diberikan lagi sekitar 18 bulan kemudian.

    Setelah melewati uji klinis beberapa kali, akhirnya vaksin ini dimasukkan ke dalam program imunisasi rutin pada negara yang tinggi kasus malaria.

    Menurut Dr. Mary Hamel, pimpinan program implementasi vaksin malaria dari WHO, mendistribusikan kelambu berinsektisida pada masyarakat memakan waktu bertahun-tahun. Memasukkan vaksin sebagai bagian dari imunisasi rutin dapat lebih cepat dan mudah didistribusikan, bahkan di tengah pandemi.

    Efek samping yang ditimbulkan sama seperti vaksin pada umumnya, yakni pembengkakan atau nyeri pada area bekas suntik serta demam. Namun, pada beberapa anak tertentu, pemberian vaksin bisa meningkatkan risiko demam kejang dalam waktu hari setelah penyuntikan vaksin.

    Kasus malaria di Indonesia

    Berdasarkan data Kemenkes RI, angka kasus positif malaria di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2010 hingga 2020. Tepatnya dari 465,7 ribu kasus menjadi 235,7 ribu pada tahun 2020. Jika dilihat dari angka tersebut, pemerintah dan masyarakat sudah berhasil mengeliminasi kasus malaria di beberapa wilayah di Indonesia.

    Tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah Indonesia masih dengan mengedukasi masyarakat tentang penyakit malaria, menyediakan obat malaria ke berbagai daerah, dan menyarankan penggunaan kelambu.

    Di beberapa daerah seperti Papua dan Maluku, kasus malaria masih cukup tinggi. Oleh karena itu, vaksin malaria pertama yang disetujui oleh WHO ini juga turut membuka harapan untuk dapat lebih cepat mengeliminasi penyakit malaria.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 21/03/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan