Ada berbagai jenis serta penyebab cacat lahir pada bayi. Dari berbagai kemungkinan tersebut, satu di antaranya termasuk kebutaan pada bayi. Lantas, apa saja ciri-ciri bayi buta yang perlu diperhatikan? Berikut informasinya.
Apa ciri-ciri bayi buta?
Kemampuan bayi untuk melihat dengan jelas tidak lepas dari kerja sama antara mata dan otak.
Bagian mata dan otak saling bekerja sama agar cahaya, gambar, maupun objek yang dilihat dapat ditangkap dengan jelas dan fokus oleh mata.
Meski kemampuan mata bayi dalam melihat akan berkembang seiring dengan tumbuh kembangnya, kebutaan pada bayi dapat terjadi di beberapa bulan pertama kelahirannya.
Mengutip dari Healthy Children, berikut ini adalah ciri-ciri bayi buta yang bisa dikenali orangtua.
1. Ketidakmampuan mengikuti gerakan
Bayi biasanya mulai mengikuti benda bergerak dengan mata mereka pada usia sekitar 3—4 bulan.
Namun jika ia tidak memiliki kemampuan untuk mengikut gerakan, bisa saja itu menjadi salah satu ciri bayi mengalami kebutaan atau gangguan penglihatan.
2. Gerakan mata tidak normal
Pada mata yang normal, gerakan kedua bola mata selaras. Namun, pada bayi yang mengalami gangguan penglihatan, seperti kebutaaan, gerakan keduanya matanya tampak tidak normal.
Gerakan ini bisa bergerak dengan cepat dari sisi ke sisi (nistagmus) atau gerakan bola mata yang satu berlawanan dengan bola mata lainnya.
3. Tidak responsif terhadap cahaya
Bayi umumnya sudah mulai bisa merespons cahaya sejak baru lahir. Lalu pada usia 1–3 bulan, kemampuan mereka untuk memperhatikan sumber cahaya semakin meningkat.
Normalnya, bayi akan bereaksi terhadap cahaya terang dengan berkedip atau memalingkan wajah. Saat bayi tidak memiliki kemampuan untuk merespons cahaya, ini bisa menjadi ciri bayi buta.
4. Mata keruh
Mata yang keruh pada bayi bisa menjadi tanda dari beberapa kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan atau gangguan penglihatan yang serius.
Jika mata bayi terlihat seperti keruh dan bagian pupilnya terdapat titik berwarna putih atau keabuan, ini bisa menjadi tanda ia mengalami kebutaan.
5. Tidak mampu mengenali wajah
Pada usia 3 bulan, bayi mulai lebih responsif terhadap wajah orangtua atau anggota keluarga lainnya. Mereka mungkin tersenyum atau merespons secara lebih intens ketika melihat wajah yang dikenal.
Namun, jika bayi tidak bereaksi terhadap wajah atau orang-orang di sekitarnya, maka ini bisa menjadi ciri-ciri bayi tidak bisa melihat.
Apa penyebab bayi mengalami kebutaan?
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kebutaan pada bayi, baik sejak lahir atau terjadi dalam beberapa bulan pertama kehidupannya. Berikut beberapa penyebab umumnya.
- Kelainan genetik, misalnya sindrom Down atau retinoblastoma (kanker mata pada anak-anak).
- Infeksi mata, seperti endoftalmitis neonatal (infeksi mata pada bayi baru lahir), infeksi virus seperti rubella atau herpes simplex, atau infeksi bakteri
- Trauma pada mata, seperti kerusakan saraf optik akibat tekanan saat proses kelahiran.
- Kelainan struktural pada mata, seperti microphthalmia (mata yang lebih kecil dari normal) atau kelainan pada kornea.
- Nutrisi, adanya masalah nutrisi yang memengaruhi perkembangan mata dan sistem penglihatan juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan pada bayi.
- Retinopati prematuritas, kondisi di mana pembuluh darah di retina tidak berkembang secara normal pada bayi prematur, yang bisa menyebabkan kebutaan jika tidak diobati.
- Glaukoma kongenital, Glaukoma pada bayi dapat terjadi karena kelainan pada sistem drainase cairan mata, yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam mata dan kerusakan saraf optik.
Bagaimana cara mendiagnosis kebutaan pada bayi?
Untuk memastikan ciri bayi tidak bisa melihat, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan bayi dan keluarga guna mencari tahu adanya faktor risiko genetik atau medis lain yang dapat menjadi penyebab kebutaan.
Selain itu, dokter akan melakukan beberapa langkah pemeriksaan mata, seperti berikut ini.
- Pemeriksaan mata, meliputi pemeriksaan struktur mata, reaksi cahaya, dan fungsi retina.
- Tes perkembangan visual, menggunakan tes yang dirancang khusus bayi dan anak kecil untuk mengevaluasi respons visual mereka.
- Tes elektrofisiologi, seperti electroretinography (ERG) untuk menilai fungsi retina dan potensial terkait visual.
Seperti apa penanganan pada bayi buta?
Sebenarnya, untuk mengatasi bayi yang tidak bisa melihat perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
Bila gangguan penglihatan pada masa bayi disebabkan oleh katarak kongenital, glaukoma, kekeruhan kornea, atau mata juling, ini masih dapat disembuhkan.
Misalnya, bila katarak menjadi penyebab kebutaan, maka pembedahan dapat dilakukan dalam beberapa bulan pertama setelah kelahiran.
Bila kehilangan penglihatan disebabkan oleh infeksi, dokter mungkin akan memberikan obat untuk mengatasi infeksinya.
Selain itu, melansir Penn Medicine, ada juga terapi yang dapat membantu mengatasi kebutaan pada bayi, yaitu terapi gen.
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki atau menggantikan gen yang rusak atau tidak berfungsi.
Beberapa kondisi yang dapat diobati dengan terapi ini adalah LCA (Leber’s congenital amaurosis) yang menjadi salah satu bentuk kebutaan paling umum pada anak.
Meski demikian, terapi gen ini masih dalam tahap awal penelitian dan uji klinis, sehingga masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitasnya.
Oleh karena itu, bila Anda mencurigai si Kecil memiliki ciri-ciri bayi buta, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan menghindari kebutaan permanen.
Kesimpulan
- Kebutaan pada bayi merupakan kondisi serius yang memerlukan perhatian khusus dan penanganan.
- Ciri-ciri bayi buta dapat terlihat dari reaksi mata yang terbatas, ketidakmampuan mengikuti gerakan, gerakan mata yang tidak terkoordinasi, refleks cahaya yang tidak normal, dan kesulitan mengenali wajah.
- Penyebab kebutaan pada bayi pun bervariasi, termasuk kelainan kromosom atau genetik, infeksi, trauma saat kelahiran, dan kelainan struktural pada mata.
[embed-health-tool-vaccination-tool]