Pasti sebagian besar dari Anda pernah atau bahkan sering melihat bayi mengisap jempolnya. Mungkin pula anak Anda sendiri yang melakukannya. Nah sebenarnya, isap jempol merupakan kebiasaan alami yang dilakukan sebagian besar bayi.
Namun, kebiasaan ini juga dapat memberikan efek kesehatan pada bayi, terutama jika dilakukan pada jangka waktu panjang. Cari tahu informasi seputar bayi isap jempol melalui ulasan di bawah ini.
Mengapa bayi suka isap jempol?
Mengisap merupakan refleks alami bayi yang muncul setelah lahir atau bahkan sejak masih di dalam kandungan.
Refleks ini membantu bayi makan dan minum, termasuk menyusu pada puting ibunya.
Pada beberapa bayi, refleks alami ini berkembang menjadi mengisap jempol atau jari lain saat sedang tidak menyusu.
Bagi mereka, mengisap jempol atau jari membantunya merasa nyaman, aman, dan tenang. Beberapa di antara mereka pun mengisap jempol untuk membantunya tertidur.
Itulah mengapa Anda sering mendapati bayi sedang mengisap jempol saat sedang lelah, takut, bosan, stres, sakit, tidur, atau ketika menyesuaikan diri dengan hal-hal baru.
Biasanya, melansir Mayo Clinic, kebiasaan isap jempol akan berhenti dengan sendirinya saat bayi berusia 6 bulan atau 7 bulan atau antara usia 2—4 tahun.
Berhenti melakukan isap jempol pada usia tersebut umumnya tidak akan menimbulkan masalah kesehatan permanen pada si Kecil.
Namun, efek dari isap jempol pada bayi sering kali muncul jika kebiasaan ini dilakukan terlalu sering atau lama melebihi usia di atas.
Efek dari isap jempol pada kesehatan bayi
Sebagian besar bayi yang melakukan isap jempol tidak mengalami masalah kesehatan apa pun.
Namun, beberapa masalah kesehatan diketahui dapat timbul, terutama bila isap jempol dilakukan terlalu sering atau dalam jangka panjang.
Berikut adalah efek kesehatan yang bisa timbul jika bayi suka isap jempol.
1. Kulit jempol terluka
Kebiasaan mengisap jempol terlalu keras atau sering bisa membuat area kulit di bagian jari tersebut luka, pecah-pecah, atau rusak hingga terinfeksi dan terasa nyeri.
Bahkan, melansir Boys Town Pediatric, dalam kasus yang serius, operasi plastik mungkin dibutuhkan untuk mengatasinya.
2. Masalah gigi dan mulut
Masalah pada gigi merupakan efek yang paling umum dari isap jempol.
Meski begitu, beberapa ahli berpendapat bahwa masalah ini umumnya timbul jika si Kecil masih mengisap jempol sampai gigi permanennya muncul atau ketika berusia 6 tahun.
Ini juga tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak, seberapa sering ia mengisap jempol, seperti apa sudut ibu jari di dalam mulut, dan seberapa keras ia mengisapnya.
Berikut adalah masalah gigi yang bisa timbul akibat isap jempol pada bayi yang terlalu lama.
- Overbite, yaitu kondisi ketika rahang atau gigi depan atas terdorong atau maju daripada yang seharusnya. Kondisi ini mengubah bentuk wajah anak.
- Mendorong atau memiringkan gigi depan bawah ke belakang.
- Open bite, yaitu kondisi ketika gigi depan atas dan bawah tidak bertemu ketika mulut tertutup atau ada celah hingga lidah bisa menjulur di antaranya.
- Langit-langit mulut menjadi terdorong ke atas dan menyempit.
- Lidah tidak berada pada posisi normal di mulut.
- Menyebabkan masalah bicara, seperti cadel, karena gigi depan yang terdorong yang membuat anak sulit menutup mulutnya.
3. Infeksi telinga
Seperti penggunaan empeng, isap jempol juga meningkatkan risiko infeksi telinga pada bayi. Pasalnya, mengisap meningkatkan produksi air liur.
Adapun air liur yang banyak memungkinkan bakteri melakukan perjalanan ke tabung Eustachius ke telinga tengah hingga menyebabkan infeksi telinga.
Cara menghilangkan kebiasaan bayi yang suka isap jempol
Sebenarnya, kebiasaan isap jempol tidak perlu dihilangkan saat si Kecil masih bayi.
Justru, bayi yang mengisap jempol untuk menenangkan diri itu bagus karena ia belajar bagaimana mengandalkan kemampuannya sendiri.
Umumnya, si Kecil akan berhenti dengan sendirinya saat ia sudah siap dan mengembangkan cara lain untuk menenangkan dirinya.
Meski begitu, kebiasaan isap jempol hingga usia 3 atau 4 tahun perlu dihilangkan untuk mengurangi risiko atau efek kesehatan di atas.
Berikut cara menyapih alias menghilangkan kebiasaan bayi atau anak isap jempol yang bisa Anda coba.
1. Bicarakan dengan anak
Anak usia 3 tahun atau lebih sudah bisa diajak bicara dan diberi pengertian. Jadi, cobalah bicarakan dengan anak Anda untuk menghentikan kebiasaannya tersebut.
Diskusikan juga dengan anak apa metode yang paling ia suka agar ia mau dan bisa menghilangkan kebiasaan isap jempolnya ini.
2. Berikan dorongan positif
Jika ia sudah bertekad untuk berhenti isap jempol, coba bantu berikan dorongan atau penguatan positif agar si Kecil semakin semangat melakukannya.
Ingatkan si Kecil dengan cara lembut agar ia tak lagi mengisap jempolnya. Anda juga bisa memeluk, memuji, atau memberikan hadiah kepada anak saat ia berhasil melakukannya.
3. Alihkan dengan aktivitas lain
Jika Anda sudah tahu waktu-waktu ketika anak suka mengisap jempolnya, coba alihkan perhatiannya pada aktivitas lain.
Misalnya, jika ia suka mengisap jempol saat menonton tv, coba sibukkan tangannya dengan bola karet untuk dipantulkan atau boneka untuk dipeluk atau dimainkan.
4. Cari tahu pemicunya
Hal yang terpenting, yaitu ketahui pemicu anak atau bayi suka isap jempol, kemudian cari cara lain untuk menghilangkan pemicu tersebut.
Sebagai contoh, jika stres pemicunya, coba bantu tenangkan anak dengan memberikan pelukan. Bila ia suka isap jempol saat lelah, ajak si Kecil untuk tidur siang agar ia bisa beristirahat.
5. Tutup jempol si Kecil
Tutupi jempol si Kecil dengan sarung tangan atau thumb guard yang bisa menghalanginya untuk mengisap, terutama ketika ia tertidur pada malam hari.
Untuk bayi, Anda juga bisa memakaikan piyama yang bisa menutup hingga ke ujung lengan atau jari agar ia tidak bisa mengisap jempolnya.
Itulah beberapa cara menghilangkan kebiasaan memasukkan jari ke mulut pada bayi dan anak yang bisa orangtua lakukan di rumah.
Anda juga bisa berdiskusi dengan dokter jika cara di atas tak juga berhasil menghentikan kebiasaan ini atau bila muncul masalah kesehatan akibatnya.
Perlu Anda Ketahui
Beberapa ahli menilai
empeng lebih baik daripada isap jempol, sehingga Anda bisa mengalihkan kebiasaan tersebut dengan memberikannya empeng.
Namun, empeng juga sama-sama memiliki kelemahan. Diskusikan dengan dokter jika Anda perlu meminta pendapat soal hal ini.
[embed-health-tool-vaccination-tool]