Sekarang ini, tak sedikit orangtua yang mulai beralih dengan memberikan susu UHT untuk bayinya. Selain dinilai praktis, susu UHT memiliki manfaat sebagai susu tambahan setelah ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Namun, benarkah demikian? Simak ulasan selengkapnya mengenai susu UHT untuk bayi di bawah ini.
Bolehkah anak 1 tahun minum susu UHT?
Saat berusia 1 tahun, anak mulai mengonsumsi makanan seperti orang dewasa, termasuk susu tambahan selain ASI atau susu formula.
Lantas, bagaimana dengan susu UHT? Bolehkan anak 1 tahun minum susu UHT? Jawabannya, anak berusia 1 tahun atau lebih boleh saja minum susu UHT.
Namun, penting bagi orangtua untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Pasalnya, susu UHT memiliki sejumlah nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Beberapa nutrisi penting tersebut termasuk kalsium, fosfor, kalium, riboflavin, seng, vitamun A dan B12, magnesium, karbohidrat, dan protein.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian susu UHT pada anak usia di atas 1 tahun.
Dengan catatan, si Kecil juga mendapatkan nutrisi seimbang dari makanan padatnya, seperti daging, sayur, dan buah.
Perlu Anda Ketahui
Selain itu, jangan menjadikan susu UHT sebagai pengganti makanan atau susu utama anak.
Pada usia 1 tahun, bayi Anda harus makan berbagai makanan lain serta minum sekitar 2—3 cangkir (480—720 mililiter) susu setiap hari.
Pastikan susu UHT yang Anda diberikan kepada si Kecil mengandung lemak penuh atau full cream. Hal itu dikarenakan ia membutuhkan energi dan vitamin ekstra yang terkandung di dalamnya.
Namun, bila Anda ragu dan khawatir akan kandungan susu UHT yang bisa menjadi pemicu alergi pada anak, maka bicarakan dengan dokter.
Bahaya susu UHT untuk bayi yang belum genap 1 tahun
Susu UHT adalah singkatan dari Ultra High Temperature. Seperti namanya, susu UHT telah melalui proses pemanasan hingga mencapai suhu 140° Celsius selama dua detik dan kemudian dikemas secara higienis.
Hal itu dilakukan guna untuk menghancurkan bakteri dan mikroorganisme berbahaya serta memperpanjang masa simpan.
Jika dibandingkan dengan susu murni, susu UHT diketahui memiliki kadar tiamin, vitamin B12, vitamin B6, dan folat yang sedikit lebih rendah.
Sejumlah ilmuwan menilai bila UHT merupakan proses yang kurang baik karena dapat merusak sejumlah komponen baik dalam susu.
Akan tetapi, susu UHT dianggap sebagai tambahan MPASI yang cukup baik untuk menunjang tumbuh kembang bayi.
Hanya saja, bayi yang sudah MPASI boleh diberikan susu UHT dengan cara dicampur dan dimasak ke dalam makanan, bukan diminum langsung.
Meski terbilang aman dikonsumsi anak usia 1 tahun ke atas, tapi terdapat kemungkinan bahaya susu UHT bila dipaksakan diberikan untuk bayi.
Terlebih lagi, bila Anda berencana menjadikan susu UHT sebagai pengganti makanan utama.
Berikut risiko bahaya susu UHT bila diberikan pada bayi yang belum di bawah usia 1 tahun.
1. Kekurangan zat besi
Diketahui adanya korelasi antara konsumsi susu UHT dengan kondisi kekurangan zat besi pada bayi yang telah diamati secara konsisten di banyak tempat.
Sebuah studi dalam jurnal Oxford Academic mengungkapkan bahaya susu UHT untuk bayi yang disebabkan oleh kandungan zat besi didalamnya yang sangat rendah.
Hal itu akan menyulitkan bayi untuk mendapatkan sejumlah zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya.
Institut Kedokteran juga memperkirakan bahwa bayi yang sedang tumbuh perlu mendapat tambahan zat besi bersih sebesar 0,7 mg per hari hingga 11 mg/hari.
Jika ketersediaan zat besi dari susu UHT diasumsikan 10%, maka bayi Anda harus mengkonsumsi sebanyak 14 liter setiap hari untuk memenuhi kebutuhan zat besi.
Tentu saja, si Kecil tidak hanya dapat bergantung pada susu UHT untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Mereka sangat membutuhkan asupan tambahan.
Berbeda dengan susu formula yang memiliki konsentrasi zat besi sekitar 6 dan 12 mg/L sehingga diyakini mampu mencukupi kebutuhan zat besi pada bayi.
2. Keluar darah saat buang air besar
Bahaya lain yang mungkin dialami akibat pemberian susu UHT sebagai pengganti makanan untuk bayi, yakni dapat menyebabkan peningkatan perdarahan usus.
Sebab, sistem pencernaan bayi di bawah usia 1 tahun mungkin belum dapat menoleransi protein yang terkandung dalam susu UHT dengan jumlah besar.
American Academy of Family Physicians (AAFP) pun menjelaskan jika susu sapi bisa diberikan pada anak usia 1 tahu ke atas dengan batasan konsumsi maksimal sekitar 500 ml per hari.
Sementara itu, sebuah studi yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa sejumlah bayi mengalami perdarahan yang diketahui melalui feses.
Diduga kondisi tersebut terjadi akibat konsumsi susu UHT terlalu sering dengan rata-rata kehilangan darah sebanyak 1,7 mL setiap hari.
Namun, ketika subjek yang sama diberi susu formula atau susu berbasis kedelai, kondisi perdarahan atau kehilangan darah menurun menjadi 0,3 mL/hari.
Oleh karena itu, selalu konsultasikan kepada dokter sebelum melakukan tindakan apa pun kepada bayi Anda.
3. Peningkatan risiko dehidrasi
Terdapat bukti epidemiologis yang kuat terkait pemberian susu UHT untuk bayi dengan peningkatan risiko dehidrasi yang parah.
Hal ini karena kandungan protein dan elektrolitnya yang tinggi, potensi zat dari susu UHT yang larut di ginjal semakin besar. Diperkirakan terdapat sekitar tiga kali lipat lebih tinggi daripada ASI.
Beban zat terlarut di ginjal yang tinggi inilah menyebabkan konsentrasi osmolar urine lebih banyak daripada minum ASI atau susu formula.
Ketika asupan cairan bayi rendah, maka kemampuan konsentrasi ginjal mungkin tidak cukup untuk mempertahankan keseimbangan cairan tersebut sehingga dapat memicu dehidrasi.
Kendati begitu, risiko dehidrasi akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi. Pada akhirnya, kondisi ini tidak lagi relevan secara klinis setelah tahun pertama kehidupan si Kecil.