Apakah Anda pernah mendengar si Kecil mengeluarkan suara lembut seperti “oo” atau “aa”? Itulah yang disebut dengan cooing yang merupakan bagian dari tahap perkembangan bayi. Bagi orangtua, mungkin istilah ini terdengar cukup asing. Sebenarnya, apa itu cooing dan kapan bayi mulai mengeluarkan suara ini? Berikut ulasannya.
Apa itu tahap cooing?
Cooing adalah suara yang dihasilkan oleh bayi yang biasanya berupa vokal seperti “ooo” atau “aaa”.
Suara cooing berbeda dari tangisan atau gumaman biasa. Cooing merupakan usaha pertama bayi dalam mengeksplorasi kemampuan vokal mereka.
Tidak hanya itu, cooing juga dianggap sebagai komponen penting dalam tahapan belajar berbicara bayi karena mereka akan berlatih untuk menggerakkan bibir, lidah, rahang, mulut, dan mengeluarkan suara.
Tahap cooing pada bayi merupakan langkah penting dalam perkembangan bahasa si Kecil. Ini juga merupakan awal dari kemampuannya untuk mendengar dan merespons suara di sekitarnya.
Biasanya, bayi akan mulai mengoceh sebagai respons terhadap suara orangtua atau suara yang menarik perhatian mereka.
Apa perbedaan cooing dan babbling?
Kapan bayi mulai cooing?
Pada dasarnya, kemampuan bayi untuk melakukan ocehan itu berbeda-beda. Mungkin ada yang memulainya lebih cepat atau bahkan lebih lambat.
Namun, melansir dari Healthy Children, tahap cooing biasanya dilakukan ketika si Kecil berusia sekitar 2 bulan.
Pada tahapan awal, mungkin si Kecil hanya dapat menghasilkan suara ocehan pendek, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka mulai memperpanjang suara tersebut dan bisa mengulangi bunyi yang sama.
Tahap cooing ini sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan orang di sekitarnya. Bayi cenderung melakukan cooing ketika mendengar suara yang mereka kenal atau merasa aman dan nyaman.
Tidak hanya itu, mengingat bayi belum bisa berkomunikasi dengan ucapan, ocehan adalah salah satu cara bayi berkomunikasi dengan orang di sekitarnya guna menunjukkan rasa senang atau ketertarikan pada sesuatu.
Cara meningkatkan kemampuan berbicara bayi setelah cooing
Mengingat cooing adalah awal dari perkembangan bahasa bayi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu meningkatkan kemampuan berbicara si Kecil.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan setelah si Kecil memasuki tahapan perkembangan bahasa ini.
1. Sering berinteraksi dengan bayi
Untuk melatih kemampuan berbicara si Kecil, orangtua harus sering berinteraksi dengan buah hati.
Melansir dari Zero to Three, saat berbicara dengan si Kecil gunakanlah nada yang lebih tinggi dan melodis atau disebut dengan parentese.
Parentese menggunakan kata-kata dengan nada yang lebih panjang dan ekspresif. Cara berbicara seperti ini dapat membantu bayi lebih mudah mendengarkan dan mengenali kosakata.
Contoh penggunaan nada parentese, yaitu “Ayo, kitaaa ganti popok, yaaa!”, sedangkan nada biasa adalah “Kita ganti popok ya.”
2. Respons ocehan bayi
Ketika bayi mulai cooing, respons ocehan tersebut dengan cara menirukan ocehan si Kecil.
Jadi ketika si Kecil mengatakan “ooo”, coba tatap matanya dan katakan hal yang sama sebagai bentuk respons Anda.
Hal ini dapat membantu si Kecil memahami cara berkomunikasi dua arah serta meningkatkan kemampuan berbicara mereka.
3. Membaca dan bernyanyi
Membaca buku dan menyanyi untuk bayi adalah cara yang bagus guna merangsang perkembangan bahasa mereka.
Buku-buku dengan gambar-gambar cerah dan sederhana sangat menarik bagi bayi, sedangkan lagu-lagu yang dinyanyikan secara rutin dapat membantu bayi mengenali pola suara dan ritme.
Meskipun mereka belum dapat memahami kata-kata secara penuh, mendengar berbagai suara dan intonasi akan membantu mereka mengembangkan kemampuan membaca dan berbicara di masa depan.
4. Narasikan kegiatan sehari-hari
Untuk melatih kemampuan berbicara bayi setelah memasuki tahap cooing, orangtua juga dapat membicarakan kegiatan sehari-hari yang sedang dilakukan.
Orangtua dapat berbicara dengan si Kecil saat hendak mengganti pakaian atau sekadar memberikan susu.
Cara ini dapat membantu bayi mengenal kata-kata, tindakan, hingga benda di sekitarnya, sehingga memperkaya kosakatanya.
5. Dorong bayi melakukan interaksi
Berikan jeda saat berbicara dengan bayi agar mereka punya kesempatan untuk merespons dengan suara, ocehan, atau gerakan.
Ini mengajarkan mereka tentang alur alami dalam komunikasi. Jadi, saat si Kecil menatap Anda, tatap kembali matanya dan berbicaralah dengannya.
Berhenti sejenak selama interaksi ini dan menatap mata bayi dengan penuh harap dapat membuatnya tahu kapan gilirannya untuk berbicara dan mengajarkan tentang komunikasi dua arah.
Yang perlu diingat orangtua adalah stimulasi bahasa sangat penting pada masa awal perkembangan bayi. Jadi, cooing bukan sekadar ocehan biasa, tetapi merupakan tahapan awal dari proses belajarnya.
Tahap cooing juga menjadi fondasi untuk tahapan-tahapan selanjutnya, seperti babbling dan berbicara kata-kata pertama.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memperhatikan dan merespons setiap perkembangan suara yang dihasilkan oleh bayi mereka.
Kesimpulan
- sering berinteraksi dengan bayi,
- respons cooing bayi,
- membaca dan bernyanyi,
- narasikan kegiatan sehari-hari, hingga
- dorong bayi melakukan interaksi.
[embed-health-tool-vaccination-tool]