Sempat ramai di media sosial, sejumlah remaja di Sukabumi, Jawa Barat, melakukan aksi vandalisme di sekolah dengan menggambar alat vital pria di dinding sekolah tersebut.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Sempat ramai di media sosial, sejumlah remaja di Sukabumi, Jawa Barat, melakukan aksi vandalisme di sekolah dengan menggambar alat vital pria di dinding sekolah tersebut.
Tindakan ini tidak hanya merugikan secara materiel, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis, seperti timbul rasa tidak aman dan merasa terancam pada masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut.
Namun sebenarnya, apa sih tindakan vandalisme itu? Kira-kira apa penyebab yang mendasari tindakan ini dan bagaimana mencegahnya? Simak ulasan di bawah ini.
Vandalisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan merusak atau menghancurkan properti publik atau pribadi tanpa adanya izin atau alasan yang sah.
Merangkum dari Family First Aid, vandalisme mencakup beberapa contoh tindakan, seperti mencoret dinding tempat umum, memecahkan atau melempar barang ke luar jendela, menghancurkan kotak surat, merusak peralatan, hingga merusak pohon.
Vandalisme lebih sering dilakukan oleh anak-anak muda atau remaja, termasuk di sekolah. Hal ini karena mereka belum memiliki kesadaran akan konsekuensi dari perbuatan yang telah mereka lakukan.
Tindakan vandalisme di sekolah sering kali berupa tindakan mencoret meja, kursi, dinding, atau bahkan merusak fasilitas sekolah.
Sayangnya, fenomena sosial ini masih marak terjadi dan semakin meresahkan masyarakat modern saat ini.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memahami penyebab tindakan ini dan melakukan upaya pencegahan pada anak, terutama remaja.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu tindakan ini pada remaja. Berikut penjelasannya.
Lingkungan, termasuk lingkungan sekolah, tempat tinggal, serta sosial, dapat menjadi salah satu faktor yang memiliki peranan besar terhadap tindakan vandalisme.
Bila seseorang tinggal di lingkungan yang sering menjadi sasaran vandalisme, ia cenderung lebih terlibat dalam tindakan tersebut.
Apalagi, bila lingkungan yang ditinggali didominasi oleh geng atau kelompok yang terlibat dalam tindakan menyimpang ini. Hal ini bisa jadi salah satu penyebabnya.
Kurangnya pengawasan dari orangtua juga merupakan faktor yang sering dikaitkan dengan perilaku ini pada remaja.
Ini karena anak yang tidak mendapatkan pengawasan oleh orangtua cenderung memiliki banyak kesempatan untuk terlibat dalam perilaku yang menyimpang, termasuk vandalisme.
Remaja sering merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok dan diterima di lingkungan sosial tersebut.
Selain itu, anak mungkin akan merasa khawatir bila menolak melakukan tindakan ini, ia akan dianggap lemah dan tidak keren.
Oleh karena itu, mereka akan melakukan tindakan tersebut agar tidak dianggap berbeda.
Pada masa remaja, anak biasanya dalam proses pencarian identitas dirinya. Mereka mungkin akan bertanya-tanya pada dirinya “siapa saya?” dan “apa yang harus saya lakukan dalam menjalani kehidupan ini?”.
Dalam proses pencarian identitas ini, banyak remaja cenderung mengambil risiko dalam mengeksplorasi, yang akhirnya melakukan perilaku impulsif dan mencari kepuasaan instan.
Salah satunya adalah dengan melakukan tindakan vandalisme.
Penggunaan media sosial oleh remaja dapat menjadi salah satu penyebab vandalisme.
Media ini bisa membuat remaja terpapar konten yang menggambarkan tindakan vandalisme sebagai sesuatu yang keren dan pantas untuk ditiru olehnya.
Paparan berulang terhadap konten semacam ini dapat memengaruhi persepsi remaja tentang tindakan menyimpang ini dan akhirnya mendorong mereka untuk terlibat di dalamnya.
Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dalam masyarakat juga dapat memainkan peran dalam mendorong perilaku vandalisme.
Biasanya, remaja dari latar belakang sosial-ekonomi yang rendah memiliki akses yang terbatas terhadap pendidikan yang berkualitas, pekerjaan yang layak, hingga kegiatan positif lainnya.
Hal inilah yang dapat meningkatkan risiko remaja terlibat dalam perilaku menyimpang, seperti vandalisme.
Untuk mencegah anak terlibat dalam tindakan vandalisme di lingkungan maupun sekolah, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan.
Perlu diingat kembali, pola asuh keluarga memainkan peran penting dalam mencegah perilaku menyimpang ini pada remaja.
Dengan memberikan pengawasan yang tepat terhadap anak, baik di rumah maupun luar rumah, maka dapat mencegah anak terlibat dalam tindakan ini.
Selain memberikan pengawasan, bertukar informasi secara terbuka tentang norma-norma sosial yang berlaku di lingkungan juga dapat membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan.
Selain itu, dengarkan juga keluh kesah yang anak rasakan agar ia merasa tenang dan nyaman untuk meluapkan emosi dan perasaannya.
Menjadi model untuk berperilaku positif juga dapat mencegah tindakan vandalisme pada remaja.
Orangtua yang memperlihatkan sikap yang bertanggung jawab terhadap properti publik dan lingkungan akan membantu membentuk pola pikir anak.
Daripada tindakan menyimpang, orangtua dapat membantu anak untuk menyalurkan emosinya dalam kegiatan positif.
Salah satu yang bisa dilakukan, yaitu olahraga untuk remaja, misalnya sepak bola, basket, atau sekadar lari pagi.
Menjaga hubungan yang positif dengan anak, termasuk memberikan dukungan emosional dan mendengarkan kebutuhan mereka, dapat juga mencegah anak melakukan tindakan ini.
Pada dasarnya, untuk mencegah anak terlibat dalam tindakan vandalisme melibatkan orangtua, sekolah, hingga lingkungan.
Dengan bimbingan yang tepat serta lingkungan yang positif, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab dan lebih positif.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar