Ada kalanya anak terlihat nakal yang kerap membuat orangtua jengkel. Namun, bagaimana jika kenakalannya berada di luar batas normal? Kondisi ini bisa saja menjadi tanda dari gangguan perilaku pada anak yang bisa bikin orangtua dilema.
Simak penjelasan berikut mengenai gangguan emosional dan perilaku yang mungkin saja dialami oleh anak Anda.
Tanda dan gejala gangguan perilaku pada anak
Anak yang mengalami gangguan perilaku disebut juga sebagai anak tunalaras.
Ketika memiliki gangguan ini, anak mengalami keadaan emosional yang tidak stabil. Saat berinteraksi dan berada di lingkungan sosial, perilakunya akan sangat mengganggu.
Ada beberapa ciri yang menggambarkan anak yang mengalami gangguan perilaku, antara lain sebagai berikut.
1. Tidak mampu belajar
Tidak mampu belajar atau slow learner mungkin akan dialami oleh anak dengan gangguan perilaku. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor kesehatan seperti cacat indera atau kelainan fisik lainnya.
Pada dasarnya, anak dengan kondisi ini memiliki kondisi fisik yang baik-baik saja, tetapi yang menghambat adalah keadaan psikologisnya.
2. Tidak bisa menjalin pertemanan
Anak dengan gangguan perilaku cenderung tidak bisa menjalin hubungan atau pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan gurunya di sekolah.
Perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah membuat anak menjadi individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan tersebut.
3. Terobsesi terhadap sesuatu
Jika memiliki kesenangan, ia cenderung terobsesi sehingga tampak tidak wajar. Sebagai contoh, jika si Kecil menyukai boneka beruang, ia akan membawa boneka tersebut ke mana.
Ia menolak untuk melepaskan boneka tersebut, bahkan sampak menjadi kusam dan kotor karena Anda kesulitan untuk mencucinya.
4. Mood yang berubah-ubah
Anak yang mengalami gangguan perilaku umumnya menunjukkan mood atau suasana hati yang berubah-ubah secara drastis dan tanpa sebab yang jelas.
Mood anak cenderung mudah terganggu atau terdistraksi serta bisa tiba-tiba marah, depresi, dan kecewa.
Jenis gangguan perilaku pada anak yang perlu Anda waspadai
Melansir Better Health Channel, beberapa gangguan emosional dan perilaku berikut cukup banyak terjadi pada anak dan memerlukan penanganan khusus.
1. Oppositional defiant disorder (ODD)
Satu dari sepuluh anak di bawah usia 12 tahun dicurigai mengalami gangguan perilaku ini.
Anak yang mengalami ODD biasanya dikenal sebagai anak yang suka memberontak. Adapun tanda-tandanya adalah sebagai berikut.
- Mudah marah, sensitif, dan terganggu oleh perilaku orang lain.
- Sering mengalami temper tantrum, yaitu meluapkan emosi dengan menangis kencang, mengamuk, hingga berguling-guling di lantai.
- Selalu berdebat dengan orang yang lebih dewasa, terutama orangtua.
- Tidak patuh pada aturan.
- Sengaja mengganggu atau menjahili orang lain.
- Tidak percaya diri.
- Sangat mudah frustrasi.
- Menyalahkan orang lain ketika melakukan kesalahan atau menghadapi situasi yang buruk.
Apakah ODD bisa sembuh?
2. Conduct disorder (CD)
Anak dengan gangguan perilaku ini biasanya disebut sebagai anak yang nakal. Ini karena perbuatannya yang bandel dan susah diatur. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Satu dari tiga anak yang mengalami gangguan ini juga mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), yaitu gangguan fokus dan hiperaktif.
Anak dengan CD umumnya menunjukkan ciri-ciri berikut.
- Sering melawan aturan yang ditetapkan oleh orangtua, guru, atau pihak berwenang lainnya.
- Sering membolos.
- Anak cenderung merokok dan minum alkohol di usia muda.
- Mudah tertarik menggunakan narkoba.
- Kurang rasa empati terhadap orang lain.
- Agresif terhadap hewan dan orang lain.
- Menunjukkan perbuatan sadis bahkan cenderung melakukan pelecehan seksual.
- Gemar mem-bully.
- Mahir dalam perkelahian.
- Menggunakan senjata saat berkelahi.
- Sering berbohong.
- Melakukan tindakan kriminal atau vandalisme, seperti mencuri, sengaja menyulut kebakaran, serta merusak lingkungan dan fasilitas umum.
- Cenderung melarikan diri dari rumah.
- Dalam kasus yang langka, anak dengan CD cenderung melakukan bunuh diri.
Anda sebaiknya tidak menganggap remeh jika anak menunjukkan ciri-ciri tersebut. Pasalnya, 50% anak disinyalir mengalami gangguan ini.
Segeralah menanganinya agar tidak menimbulkan kerugian pada diri anak dan orang lain.
3. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Sekitar 2% hingga 5% anak diduga mengalami gangguan ini. Adapun kejadian pada anak laki-laki lebih banyak terjadi. Beberapa ciri-ciri ADHD pada anak adalah sebagai berikut.
- Sulit fokus. Anak dengan gangguan perilaku ADHD biasanya sulit berkonsentrasi, mudah lupa pada instruksi, tidak menyelesaikan tugas sampai tuntas.
- Impulsif. Sering melakukan tindakan tanpa mempertimbangkan risikonya sehingga sering kali menyebabkan masalah, baik disengaja maupun tidak.
- Meledak-ledak. Anak dengan ADHD cenderung “bersumbu pendek” atau dengan kata lain mudah marah dan meremehkan orang lain.
- Overaktif. Overaktif dalam hal ini maksudnya adalah sering melakukan gerakan yang berulang seperti menggoyang-goyangkan kaki, meremas-remas tangan, dan terlihat gelisah.
Faktor risiko gangguan perilaku pada anak
Penyebab gangguan perilaku pada anak seperti ODD, CD dan ADHD di atas masih belum dapat dipastikan.
Namun, sejumlah hal berikut dapat menjadi faktor-faktor yang mungkin meningkatkan risikonya.
1. Jenis kelamin
Berdasarkan angka kejadiannya, gangguan perilaku lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.
Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku sosial anak.
2. Kondisi saat di dalam kandungan dan saat dilahirkan
Adanya gangguan saat hamil, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah diduga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan perilaku pada anak.
3. Temperamen
Anak yang sulit mengelola emosinya akan lebih mudah menunjukkan gejala gangguan perilaku sejak dini. Jika tidak segera diatasi, gangguan ini akan berpengaruh pada kepribadiannya.
4. Riwayat keluarga
Jika dalam keluarga terdapat riwayat gangguan perilaku, baik itu orangtua, kakek, atau anggota keluarga lainnya, maka risiko anak Anda mengalami kondisi tersebut juga semakin besar.
5. Kelemahan intelektual
Anak dengan disabilitas intelektual dua kali lebih berisiko mengalami gangguan perilaku daripada yang tidak.
6. Gangguan perkembangan otak
Melansir The Royal Children’s Hospital Melbourne, sebuah studi menunjukkan bahwa anak dengan gangguan ADHD mengalami masalah pada area otak yang mengatur konsentrasi.
Penyebab lain gangguan perilaku pada anak
Ketika anak Anda menunjukkan gejala gangguan perilaku, selain mewaspadai faktor-faktor risiko di atas, Anda juga sebaiknya memperhatikan penyebab lain yang mungkin dialami oleh si buah hati.
1. Anak mengalami masalah kesehatan
Meskipun umumnya gangguan perkembangan ini disebabkan oleh faktor kejiwaan, tetapi tidak menutup kemungkinan anak Anda mengalami masalah pada fisiknya.
Misalnya alergi terhadap sesuatu, gangguan pendengaran, atau efek samping obat-obatan.
2. Masalah di sekolah
Masalah di sekolah kadang terbawa hingga ke rumah.
Mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau memahami pelajaran di sekolah juga dapat menimbulkan stres dan tekanan pada mental anak.
3. Pengaruh narkoba dan alkohol
Penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak.
Sebaiknya Anda tidak lengah pada penyebab yang satu ini. Sebab anak pada usia berapa pun dapat terkena masalah ini. Oleh karena itu, perhatikan dan pantau terus lingkungannya.
4. Perubahan dalam keluarga
Faktor ini juga merupakan hal yang sangat umum yang bisa menyebabkan gangguan emosional pada anak.
Contohnya perceraian atau perpisahan orangtua, cemburu mempunyai adik baru, serta trauma pada kematian seseorang yang berarti.
Cara mengatasi gangguan perilaku pada anak
Bila Anda menyadari si Kecil mengalami gangguan emosional dan perilaku, ada beberapa langkah yang perlu Anda lakukan dalam menghadapi dan mengatasinya.
Menangani kondisi ini mungkin perlu melibatkan orang yang ahli di bidangnya, seperti dokter tumbuh kembang anak, psikolog, atau psikiater.
Beberapa upaya berikut mungkin akan Anda perlukan.
1. Berbicara dengan temannya
Sebelum Anda mengambil langkah untuk menangani si buah hati, sebaiknya Anda evaluasi terlebih dahulu situasi dan lingkungan di sekitarnya.
Anda bisa berbicara dan bertanya kepada teman, kerabat, atau guru anak Anda di sekolah, apakah mereka melihat perilaku yang bermasalah dari anak Anda.
2. Pantau tumbuh kembangnya sesuai usia
Saat mengevaluasi, cari tahu juga apa saja tahapan perkembangan sosial yang seharusnya dialami oleh anak di usianya.
Hal ini untuk mengidentifikasi apakah masalah emosi dan perilaku anak Anda termasuk normal atau tidak. Agar lebih jelas, Anda sebaiknya berkonsultasi kepada psikolog atau dokter tumbuh kembang.