Pada satu saat, akan ada keadaan atau peristiwa yang membuat anak mengadu pada orangtua, teman, atau adik dan kakaknya. Hal ini mungkin membuat anak menangis dengan kencang. Tanggapan orangtua akan beragam, ada yang membela atau membiarkan saja. Lalu, bagaimana sebaiknya menghadapi anak yang suka mengadu ini? Berikut penjelasannya.
Penyebab anak suka mengadu
“Ibu, tadi temanku menendang sepatu dan membuang kaos kakiku,” mungkin ibu pernah mendengar aduan si kecil yang seperti itu.
Anak mengadu kepada orang yang lebih besar, baik itu orangtua, kakak atau saudara, ada alasannya.
Sebenarnya, si kecil yang suka mengadu memiliki sisi positif dan negatif dari segi perkembangan emosi anak.
Positifnya, anak mengadu karena ia merasa nyaman ketika berdekatan dan berkomunikasi dengan orangtuanya.
Namun, ada juga sisi negatif dari kebiasaan ini. Mengutip dari Magination Press Family, ada beberapa penyebab anak mengadu, yaitu:
- mencari perhatian,
- cemburu kepada orang lain,
- ingin memberi tahu orang lain kalau ia punya kuasa, dan
- belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.
Sisi negatif dari anak suka mengadu adalah anak kurang percaya diri dan tidak berani menyelesaikan masalah sendiri.
Cara menghadapi anak yang suka mengadu
Hal penting dalam menghadapi aduan anak adalah orangtua memahami perbedaan antara aduan dan hanya sekadar cerita.
Berikut beberapa cara yang bisa orangtua lakukan dalam menghadapi anak suka mengadu.
1. Ajari anak cara pemecahan masalah
Ibu perlu mengajarkan keterampilan pemecahan masalah sejak kecil karena kalau tidak, anak bisa mengalami stres. Tidak perlu yang rumit, ibu bisa memberikan penjelasan sederhana.
Ambil contoh, jelaskan pada anak, bila mendapat perlakuan tidak menyenangkan bisa menarik napas dahulu agar tenang.
“Adik, kalau ada teman yang nendang sandal atau mengejek, jangan langsung marah-marah dan lari ke ibu. Coba tarik napas dulu, terus tenangin diri, ya”.
Setelah ibu memberi tahu anak untuk menenangkan diri, ajarkan anak untuk melawan tanpa menyakiti temannya secara fisik.
“Kalau adik ingin melawan, setelah tarik napas dan tenang bilang ke teman kalau adik tidak suka sandalnya ditendang. Setelah itu pulang”.
Lewat cara ini, ibu mengajarkan anak untuk menyelesaikan masalah dan emosinya sendiri. Sebelum ia bertemu dan minta bantuan orang dewasa.
Saat anak sampai rumah dan melaporkan kejadian tersebut, peluk si kecil dan beri pujian atas apa yang sudah ia lakukan.
Dukungan seperti itu akan membuatnya lebih percaya diri ketika mengalami hal serupa.
2. Hindari langsung membela anak saat mengadu
Mungkin ibu suka merasa beberapa saat anak mengadu karena ia sedang mencari perhatian. Merasa cemburu ibu terlalu dekat dengan kakak atau orang lain.
Si kecil juga bisa iri melihat temannya memiliki mainan baru, lalu mencari masalah agar anak bisa mengadu kepada ibu.
Saat ibu mendapatkan aduan dari si kecil, hindari untuk langsung membela dan menyerang teman yang menjadi ‘pelaku’.
Minta anak cerita terlebih dahulu mengapa temannya melakukan itu.
Setelah mendengarkan secara rinci, ibu bisa bertemu dengan teman anak dan orangtuanya untuk mendengar cerita dari sisi lain.
Jika benar teman anak ibu yang salah, hindari untuk menghukum atau memarahinya. Ucapkan terima kasih sudah bercerita dan ajak anak pulang.
Membela anak yang suka mengadu justru akan membuatnya merasa menang dan menjadikan aduan sebagai senjatanya.
3. Ajarkan anak empati
“Ibu, adik menarik bajuku!” pernah mendengar aduan semacam itu? Anak mengadu ke ibu karena sudah mengetahui kalau perbuatannya benar dan pasti mendapat pujian.
Bila ibu mendengar anak mengadu, ucapkan terima kasih sambil memberi pertanyaan yang menimbulkan empati.
“Terima kasih sudah bilang, ya. Kira-kira adik menarik baju kenapa, kak? Kesal, marah, atau sedih?”
Bantu anak untuk menumbuhkan rasa empati dan memahami perasaan orang lain dan alasan mengapa melakukan hal tersebut pada si kecil.
Saat empati anak berkembang, ia cenderung tidak akan mengadu dan akan melakukan pemecahan masalah sendiri.
Pada beberapa saat, anak perlu melaporkan atau memberi tahu orang dewasa saat ada sesuatu yang terjadi.
Ibu bisa memberi pengertian pada anak untuk bertanya pada orangtua bila tidak mengerti situasi yang membuatnya perlu mengadu.
Ambil contoh, ibu bisa menjelaskan pada anak bahwa ia bisa mengadu kalau terjatuh, merasa kesal, atau seseorang melukainya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]