backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengembangkan Bakat Anak, Ini Caranya Tanpa Memaksa

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 17/06/2021

    Mengembangkan Bakat Anak, Ini Caranya Tanpa Memaksa

    Setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Orangtua bisa menggali, mengasah, dan mengembangkan bakat anak sehingga kemampuannya dapat berkembang secara optimal. Namun, kapan dan bagaimana orangtua bisa mengetahui bakat anak? Seperti apa cara mengembangkan bakat anak tanpa mengeksploitasinya? Ini penjelasan lengkapnya.

    Kapan bakat anak mulai muncul?

    Selama proses perkembangan anak, bakat yang ia miliki bisa bermacam-macam.

    Mulai dari akademik, kepemimpinan, teknologi, seni, olahraga, dan masih banyak lagi. Bahkan, banyak anak yang mempunyai lebih dari satu bakat sekaligus.

    Lalu pertanyaannya, kapan waktu yang pasti untuk melihat bakat anak? Tidak ada waktu yang saklek untuk memastikan bakat anak muncul pada usia tertentu.

    Biasanya anak-anak mulai menunjukkan minat dan kesukaan terhadap sesuatu pada usia balita (2-5 tahun). Namun, perlu orangtua ingat, pada usia ini anak-anak lebih cepat bosan.

    Ambil contoh, saat anak dua hari senang bermain alat musik, bukan berarti ia benar-benar punya bakat di sana. Pasalnya, usia balita adalah masa-masa anak bereksplorasi dengan hal baru.

    Akan tetapi, kalau kegiatan bermain musik untuk terus ia ulangi lebih dari dua hari, mungkin anak memiliki minat pada bidang tersebut.

    Orangtua tetap perlu menyadari bahwa setiap anak memiliki waktu berbeda dalam menunjukkan potensi dalam diri. 

    Jika anak sudah mulai menunjukkan bakatnya pada usia ini, sebaiknya orangtua membantu dalam mengembangkan bakat anak.

    Cara mengetahui bakat anak

    Terkadang orangtua tidak mengetahui kalau anak memiliki bakat tertentu, sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan si kecil.

    Pada dasarnya, orangtua bisa mencari tahu bakat anak mulai dari hal-hal yang ia sukai. Amati apa saja yang biasanya anak lakukan saat waktu luang. 

    Mengutip dari Novak Djokovic Foundation, anak yang memiliki bakat biasanya memiliki daya ingat yang kuat dan fokus tinggi terhadap sesuatu yang ia sukai.

    Ambil contoh, anak dengan keterampilan seni akan menyukai kegiatan yang bersifat kreatif. Sebut saja, menggambar, bernyanyi, atau bermain alat musik.

    Ada beberapa perilaku yang menunjukkan anak memiliki bakat atau minat khusus terhadap sesuatu, yaitu:

    • sangat penasaran terhadap sesuatu,
    • daya ingat kuat,
    • Ssenang memperhatikan sesuatu,
    • memiliki pola pikir runut tetapi sederhana,
    • mampu memecahkan masalah,
    • imajinasi tidak terbatas,
    • belajar hal baru dengan cepat,
    • menyukai sesuatu hal baru,
    • memiliki kosakata yang luas, serta
    • banyak bertanya dan kritis.

    Bila orangtua mengetahui lebih cepat, akan mudah untuk mengembangkan bakat anak. 

    Cara mengembangkan bakat anak

    Dalam mengasah bakat anak, orangtua perlu menemukan cara sendiri agar tidak mengeksploitasi atau memaksakan kehendak. 

    Walau orangtua dan anak mempunyai bakat yang sama, cara mengasahnya pasti berbeda. Berikut cara mengembangkan bakat anak yang bisa orangtua lakukan.

    1. Perhatikan hal yang menarik perhatian anak

    Anak biasanya lebih tulus terhadap sesuatu, jadi ketika tidak suka, ia akan benar-benar tidak tertarik. Sebaliknya, kalau sangat menyukai sesuatu, tentu akan terlihat.

    Jika anak suka menonton televisi, coba lihat acara apa yang ia sering tonton. Perhatikan juga apa saja hal-hal yang membuat anak penasaran, dan hal-hal yang sering anak tanya pada ayah dan ibu. 

    Ingat, bakat anak tidak hanya terbatas pada melukis, menyanyi, dan bermain musik.

    Masih banyak bakat lainnya, misalnya anak tegas dalam berdebat dan senang mengungkapkan pendapat, mungkin ia berbakat menjadi pengacara.

    Jika anak sudah sekolah, ayah dan ibu juga bisa meminta saran guru dalam menentukan bakat agar lebih mudah dalam mengembangkan. 

    2. Membiarkan anak melakukan yang ia sukai

    Orangtua perlu memberi ruang pada anak untuk berkreasi dan eksplorasi kemampuan dalam diri. 

    Maka dari itu, ayah dan ibu perlu membiarkan anak melakukan sesuatu yang ia suka, asalkan dalam bentuk yang positif. 

    Cara ini akan membuat anak mengenali dirinya sendiri dan orangtua mengetahui apa yang anaknya sukai.

    Ayah dan ibu mungkin perlu berdiskusi dengan anak mengenai kegiatan yang ia sukai dan tidak. Ini akan membuat orangtua lebih mudah mengerti hal yang anak butuhkan.

    3. Menambah pengalaman anak

    Setelah mengetahui hal yang ia sukai, cara mengembangkan bakat anak adalah dengan menambah pengalamannya terhadap sesuatu.

    Pengalaman juga dapat membantu anak dalam mengenali hal-hal yang ia suka dan tidak. Ayah dan ibu dapat melakukan kegiatan yang anak sukai bersama-sama.

    Bisa juga dengan mengajak anak ke tempat-tempat yang ia suka di mana ia bisa belajar.

    Ambil contoh, anak menyukai dunia prasejarah, ibu dan ayah bisa mengajaknya ke museum tempat kerangka dinosaurus. 

    Kalau anak senang bercerita tentang tanaman dan pepohonan, ajak ke taman dan tunjukkan berbagai jenis flora yang ada di sana.

    Sementara itu, bila anak suka lompat-lompat, mungkin bisa orangtua mengajak anak les atau masuk kelas senam atau gymnastic untuk menyalurkan tenaga dan kesenangannya.

    4. Beri jeda istirahat

    Mengembangkan bakat anak tentu sangat baik agar ia bisa terus melatih kemampuannya. Namun, terlalu sering berlatih juga bisa membuat anak cepat bosan, lelah, bahkan tidak tertarik lagi.

    Beri jeda untuk anak istirahat dari berbagai aktivitas yang mengasah bakat. Biarkan anak bermain tanpa harus terbebani dengan embel-embel mengembangkan bakat.

    Kalau si kecil jarang main gadget, biarkan ia asyik bermain dengan ponselnya. Tentu dengan aturan dan batasan waktu yang jelas.

    Gadget bisa memberi manfaat pada anak, tidak selalu berdampak buruk asal orangtua tidak membebaskan dan tetap memberi kendali penuh. 

    5. Kurangi ekspektasi orangtua

    Saat mengetahui anak memiliki bakat dalam bidang tertentu, tidak sedikit orangtua yang memiliki ekspektasi si kecil menjadi profesional. Ambil contoh, perenang, penari, pelukis profesional.

    Padahal, bisa saja anak hanya menyukai kegiatan tersebut sebagai hobi, bukan sesuatu yang serius. 

    Ekspektasi tinggi bisa memberi beban pada anak juga orangtua. Anak merasa terpaksa bahkan sampai tantrum saat orangtua memaksakan kehendaknya.

    Maka dari itu, penting untuk orangtua melihat suasana hati atau mood anak saat sedang mengasah bakatnya. Apakah dengan senang dan riang gembira atau sedang malas-malasan.

    Saat anak sedang senang, biarkan ia bebas berekspresi dan menghabiskan tenaga dalam menekuni bakatnya.

    Kalau anak terlihat malas, biarkan ia melakukan hal lain yang keluar dari rutinitas sehari-harinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 17/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan