Anak manipulatif cenderung lebih sulit dihadapi. Ia sangat pandai menggunakan akalnya untuk menekan emosi orang lain. Hal ini bertujuan agar Anda mau memenuhi keinginannya. Seringkali perilaku manipulatif anak membuatnya terkesan susah diatur. Lalu, apa saja yang sebaiknya Anda lakukan? Yuk, simak tipsnya, Bu!
Apa itu perilaku manipulatif?
Melansir situs Stanford Encyclopedia of Philosophy, perilaku manipulatif adalah menggunakan sejumlah taktik agar orang lain mau mengikuti keinginannya dan ia mendapatkan keuntungan.
Seorang anak yang manipulatif sering menggunakan bermacam-macam taktik untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, seperti perhatian, makanan favorit, atau pujian, dari orangtua, pengasuh, saudara, atau temannya.
Taktik manipulatif dapat berbeda-beda, bisa berupa perkataan maupun perbuatan. Misalnya anak berkata, “Mama sudah tidak sayang aku lagi karena tidak mau belikan es krim.”
Si kecil berkata begitu dengan tujuan agar Anda merasa bersalah dan akhirnya membelikan ia es krim untuk membuktikan bahwa Anda sayang padanya.
Si kecil bersikap manipulatif dengan cara menekan emosi Anda sehingga keinginannya pun dapat terpenuhi. Bahkan, ia secara tidak langsung cenderung mengontrol Anda agar menurutinya.
Apa saja ciri-ciri anak yang manipulatif?
Sebagai orangtua, kita cenderung tidak waspada dan membiarkan anak bertindak sesuka hati.
Akhirnya, tanpa sadar, dia menjadi orang yang mengontrol Anda. Padahal seharusnya Anda lah yang mengontrolnya.
Lalu, bagaimana cara mengetahui bahwa anak Anda sedang berperilaku manipulatif? Simak ciri-ciri umumnya berikut ini.
1. Emosinya meledak-ledak
Ciri pertama yang dapat ibu amati adalah bila anak tidak bisa menerima jawaban “tidak” pada hal-hal yang ia inginkan.
Ketika Anda tidak mengabulkan permintaannya, ia menjadi sangat emosional dan tidak terkendali. Anak akan bersikap nakal, kasar, marah, dan menangis.
Akibatnya, Anda merasa bingung bagaimana menghadapi ledakan emosi tersebut. Hingga akhirnya Anda menyerah dan menuruti permintaannya agar ia menjadi lebih tenang.
2. Temper tantrum
Melansir National Library of Medicine, temper tantrum ditandai dengan ledakan emosi yang sangat buruk dan tidak menyenangkan.
Anak tantrum biasanya menunjukkan perilaku yang sangat mengganggu seperti menangis meraung-raung, menjerit, berteriak, berguling-guling di lantai, hingga melempar barang-barang di sekitarnya.
Mereka mungkin juga akan berteriak, “Aku benci Mama! Mama jahat! Aku nggak mau tinggal sama Mama lagi!”
Anak yang manipulatif akan seringkali melakukan cara ini agar Anda panik dan akhirnya mengikuti apa yang ia inginkan.
3. Berpura-pura
Biasanya, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari orang tua, anak mungkin akan berpura-pura sebagai korban.
Misalnya anak sengaja bertingkah di hadapan orang lain sehingga seolah-olah Anda sedang berbuat jahat padanya dengan tidak memberikan apa yang ia inginkan.
Oleh karena tidak ingin dinilai sebagai orangtua yang buruk, Anda pun akhirnya memenuhi keinginannya.
Selain itu, anak yang manipulatif mungkin juga melakukan taktik berikut.
- Membuat Anda merasa bersalah sehingga merasa wajib memenuhi keinginan anak.
- Memancing emosi Anda, seperti rasa kasih sayang atau rasa malu, sehingga Anda tertuntut untuk memenuhi keinginan anak.
- Berbohong dan memutarbalikkan logika sehingga Anda meragukan penilaian Anda padanya.
Bagaimana cara menghadapi perilaku manipulatif anak?
Tentunya, Anda perlu menetapkan aturan untuk anak demi kebaikannya. Namun, anak cenderung bersikap manipulatif untuk melanggar aturan itu dan mengontrol Anda.
Lalu, apa yang sebaiknya Anda lakukan? Cobalah mempraktikkan tips-tips berikut ini.
1. Memasang target yang jelas
Jika anak menunjukkan perilaku manipulatif, cobalah menetapkan target yang jelas padanya.
Misalnya dengan meminta ia bersabar dalam kurun waktu tertentu atau memberikan syarat sebelum dipenuhi keinginannya.
Contohnya ketika Anda menghadiri pesta dan anak sudah mendesak untuk pulang dengan segala macam tingkah, pastikan Anda tidak terpengaruh.
Cobalah berkata berkata padanya, “Kita nggak akan pulang kalau adek nggak tenang.” atau “Tunggu sampai Mama selesai makan baru kita pulang.”
Tindakan ini cukup efektif untuk menghentikan perilaku manipulatif anak. Anda bisa menerapkannya setiap kali ia mulai berulah.
2. Buat aturan bersama si kecil
Agar perilaku manipulatif anak tidak berlarut-larut, cobalah Anda merancang aturan untuk disepakati bersama.
Berikut contohnya yang bisa Anda tiru.
- Anak harus tetap diam setidaknya selama 60 detik setelah meminta sesuatu.
- Mintalah anak menanyakan lagi setelah 60 detik bila Anda belum meresponsnya.
- Sebutkan alasannya jika ingin meminta sesuatu pada Anda.
- Anak wajib mendengarkan alasan Anda bila keinginannya tidak dipenuhi.
Anda bisa memodifikasi aturan di atas sesuai kondisi Anda dengan si kecil. Setelah bersepakat, tulislah aturan-aturan tersebut pada secarik kertas dan tempelkan di tempat yang mudah terlihat, misalnya di pintu lemari es.
Meski begitu, anak mungkin saja masih berupaya untuk melanggarnya dengan berbagai cara. Namun, Anda sebaiknya tidak lengah.
Ulangi terus aturan tersebut agar anak benar-benar paham.