Usia 2-3 tahun
Di usia ini, anak mungkin sudah mulai penasaran pada perbedaan fisik antara perempuan dan laki-laki. Anda mungkin pernah melihat anak menyentuh alat kelamin mereka, misalnya saat mandi, ganti celana, atau saat buang air kecil. Ini wajar terjadi dan sebaiknya Anda jangan memarahinya.
Pada saat ini, anak butuh diberi tahu bahwa bagian tubuh yang disentuhnya adalah penis atau vagina. Anda bisa memberitahunya saat anak sedang mandi atau ganti baju. Hindari penggunaan kata kiasan, seperti “burung”. Beri tahu anak nama yang sebenarnya, ini akan memudahkan anak menerimanya dengan baik dan juga agar tidak terkesan vulgar. Alat kelamin merupakan bagian dari anatomi manusia.
Katakan juga bahwa anak harus menutupi alat kelaminnya tersebut karena itu harus disimpan sendiri, orang lain tidak boleh melihat atau menyentuhnya, seperti yang dikatakan spesialis pendidikan seksual, Tara Johnson pada Today’s Parent. Ajarkan pada mereka rasa malu saat alat kelaminnya terlihat oleh orang lain, sehingga anak juga akan malu jika menyentuh alat kelaminnya di depan umum. Hal ini pun dapat membantu mencegah anak dari pelecehan seksual.
Pada usia ini, anak juga sudah mulai bisa melabeli dirinya sendiri adalah anak laki-laki atau perempuan (sudah tahu identitas gender dirinya). Ia juga sudah mulai bisa mengatakan mana temannya atau keluarganya yang laki-laki atau perempuan. Ia sudah memperhatikan perbedaan fisik antara anak laki-laki dan perempuan.
Usia 3-4 tahun
Anak pada usia ini sudah mulai melibatkan gender ke dalam kehidupan mereka. Misalnya, anak sudah mulai berpikir bahwa mobil-mobilan adalah mainan anak laki-laki, sementara boneka putri cantik adalah mainan anak perempuan. Sehingga, ia tidak mau bermain dengan mainan yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
Contoh lain misalnya, saat anak sedang bermain masak-masakan, ia akan berperan sebagai ayah jika dirinya laki-laki, sedangkan anak perempuan akan berperan sebagai ibu. Anak juga sudah mulai membedakan mana pakaian untuk laki-laki dan mana yang untuk perempuan.