Bukan hanya orang dewasa yang perlu memahami perbedaan gender, seks, dan seksualitas, anak-anak juga perlu mengetahuinya. Oleh karena itu, sebagai orangtua, penting untuk membantu anak mengenali identitas gender dirinya sendiri sesuai dengan jenis kelamin. Ketahui selengkapnya terkait identitas gender anak di bawah ini.
Apa itu identitas gender anak?
Identitas gender anak merujuk pada pemahaman dan perasaan seorang anak mengenai apakah dirinya laki-laki, perempuan, atau identitas gender lainnya.
Pemahaman ini berkembang sejak usia dini, yang dimulai pada fase phallic atau sekitar usia 3 tahun, dan dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor biologis, sosial, dan budaya.
Perlu Anda pahami, meski terkait, gender dan jenis kelamin memiliki makna yang berbeda. Jenis kelamin mengacu pada aspek biologis dan fisiologis antara laki-laki dan perempuan.
Aspek biologis tersebut meliputi susunan kromosom dan gen, kadar dan fungsi hormon, serta susunan sistem reproduksi.
Sementara gender merujuk pada perilaku, ekspresi, dan identitas sosial yang dikonstruksi masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan.
Dukungan dari orangtua dan lingkungan sosial sangat penting dalam perkembangan identitas gender si Kecil.
Lingkungan yang menerima dan mendukung dapat membantu si Kecil merasa aman dalam mengekspresikan identitas gendernya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Pentingnya anak memahami perbedaan gender
Konsep gender akan dimengerti oleh setiap anak seiring dengan pertambahan usia. Namun, ada baiknya orangtua memastikan bahwa anak sudah mulai memahami konsep tersebut.
Memahami tentang gender akan membantu anak mengerti perbedaan pada setiap jenis kelamin.
Anak juga akan merasa lebih nyaman untuk bertanya dan bercerita tentang hal terkait jenis kelamin kepada orangtua.
Dengan begitu, orangtua dapat lebih mudah mengawasi informasi apa saja yang tepat untuk diketahui oleh anak.
Memahami perbedaan jenis kelamin juga membuat anak memahami bahwa terdapat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh masing-masing jenis kelamin.
Dengan mengetahui hal tersebut, anak akan mampu melindungi dirinya sendiri dari berbagai bentuk pelecehan seksual pada anak, di antaranya berikut ini.
- Melihat bagian tubuh tertentu dari masing-masing jenis kelamin.
- Menyentuh tubuh orang lain tanpa izin.
- Mengatakan atau mendengar hal terkait perilaku seksual.
- Dipaksa melakukan hubungan intim dengan orang lain.
Berdasarkan About Kids Health, anak yang memahami perbedaan gender berisiko lebih rendah untuk melakukan atau mengalami pelecehan seksual.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk bisa mengajarkan dan mengarahkan anak terkait perbedaan dari masing-masing jenis kelamin sejak dini.
Tahap perkembangan identitas gender anak
Mengajarkan anak tentang gender dapat dilakukan sedini mungkin dan tidak ada batasan usia untuk memulainya.
Sejak usia dini, anak sebenarnya sudah mulai mengenali setiap jenis kelamin dari ibu dan ayahnya.
Seiring dengan pertambahan usia dan perubahan tubuhnya, pemahaman anak tentang masing-masing jenis kelamin dan identitas gender akan semakin bertambah.
Meskipun tahapan perkembangan dapat berbeda-beda antar individu, berikut tahapan perkembangan identitas gender si Kecil yang umum terjadi.
1. Usia 2—3 tahun
Pada perkembangan anak 2 tahun hingga 3 tahun, ia mulai mengenali dan mengidentifikasi perbedaan jenis kelamin, tepatnya fisik antara laki-laki dan perempuan.
Mereka dapat mulai menggunakan label gender “laki-laki” atau “perempuan” untuk menggambarkan diri mereka dan orang lain.
Mulai usia ini, bimbing anak dengan mengenalkan fungsi dari alat kelaminnya. Anak sebaiknya juga sudah mulai diajarkan bahwa ada bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain tanpa izin.
2. Usia 3—4 tahun
Pada anak usia 3 tahun hingga 4 tahun, ia mulai memahami konsep stabilitas gender, yaitu pemahaman bahwa gender seseorang biasanya tetap sama seiring waktu.
Mereka mungkin mulai menunjukkan ketertarikan terhadap mainan, pakaian, atau aktivitas yang sesuai dengan stereotipe gender budaya mereka.
Sebagai contoh, anak laki-laki akan lebih suka bermain dengan mobil mainan dibandingkan dengan boneka, sebaliknya anak perempuan lebih memilih untuk bermain boneka.
3. Usia 4—6 tahun
Si Kecil mengembangkan pemahaman tentang konsistensi gender, yaitu kesadaran bahwa gender tidak berubah meskipun ada perubahan dalam penampilan atau aktivitas.
Mereka mungkin mulai menegakkan aturan atau norma gender dan menunjukkan ketidaksetujuan terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan stereotipe gender.
Sikap dan sifat anak tersebut umumnya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Anak akan mulai mengelompokan apa saja yang dilakukan laki-laki atau perempuan dari orang-orang yang mereka lihat.
4. Usia 6—7 Tahun dan seterusnya
Anak usia 6 tahun dan seterusnya mulai menunjukkan pemahaman yang lebih fleksibel tentang gender, sehingga menyadari bahwa minat atau aktivitas tidak harus terbatas pada satu gender tertentu.
Mereka mungkin lebih menerima variasi dalam ekspresi gender dan memahami bahwa stereotipe gender tidak selalu mencerminkan realitas setiap orang.
Pada usia pubertas, anak juga akan mulai mengalami perubahan pada tubuhnya. Oleh karena itu, Anda bisa mulai mengajarkan anak tentang perubahan yang mungkin dialami oleh masing-masing jenis kelamin.
Cara mengenali identitas gender anak
Untuk mengenali identitas gender si Kecil, diperlukan pemahaman terhadap bagaimana mereka mengidentifikasi dan mengekspresikan gender mereka.
Berikut adalah beberapa tolok ukur yang dapat membantu dalam mengenali identitas gender anak.
1. Perhatikan cara anak mengekspresikan dirinya
Hal ini bisa terlihat melalui pilihan pakaian, mainan, atau aktivitas yang mungkin dianggap sesuai dengan stereotip gender tradisional.
Misalnya, anak laki-laki lebih lebih memilih untuk bermain mobil-mobilan, sedangkan anak perempuan suka bermain dengan boneka.
2. Amati kecenderungan anak dalam memilih teman bermain
Si Kecil mungkin lebih nyaman bermain dengan teman yang sesuai dengan identitas gender yang mereka rasakan. Namun, hal ini terlepas dari perbedaan jenis kelamin biologis mereka.
Sebagai contoh, anak laki-laki umumnya cenderung bermain dengan sesama anak laki-laki.
3. Dengarkan pernyataan anak tentang dirinya
Selain melihat dari siapa teman-teman anak, orangtua juga bisa mengetahui secara langsung dari anak apa identitas gender yang ia miliki.
Anak perempuan mungkin akan cenderung membicarakan hal-hal yang feminim, misalnya makeup dan perawatan tubuh, sedangkan anak laki-laki akan membahas hal-hal yang lebih maskulin, misalnya olahraga yang menantang.
4. Perhatikan minat dan perilaku anak
Sejalan dengan hal-hal yang sering dibahas oleh si Kecil, mereka mungkin juga akan cenderung melakukan kegiatan yang dirasa sesuai dengan gender yang dimiliki.
Misalnya, anak perempuan mungkin akan lebih suka berdandan, sebaliknya anak laki-laki lebih memilih untuk melakukan olahraga ekstrem.
5. Children’s body image scale (CBIS)
Selain yang terlihat langsung di keseharian, mengenali gender anak bisa dilakukan melalui CBIS. CBIS adalah skala bergambar yang dikembangkan untuk mengukur citra tubuh pada anak-anak.
Skala ini terdiri dari gambar-gambar tubuh yang sesuai dengan persentil indeks massa tubuh (BMI) standar untuk anak-anak sehat.
Anak-anak diminta untuk memilih gambar yang paling mirip dengan tubuh mereka sendiri, yang membantu dalam menilai bagaimana mereka melihat dan merasakan tubuh mereka terkait dengan identitas gender.
6.Tes menggambar manusia
Tes menggambar manusia atau draw-a-person test dilakukan dengan meminta anak-anak untuk menggambar seseorang.
Analisis gambar tersebut dapat memberikan wawasan tentang identitas gender mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki dengan masalah gender cenderung lebih sering menggambar figur perempuan dan memberikan perhatian lebih pada proporsi tubuh serta detail pakaian dalam gambar mereka.
7. Tes menggambar manusia pada anak dengan gangguan identitas
Penelitian lain menggunakan human figure drawings in gender disturbance assessment atau gambar figur manusia sebagai alat proyektif untuk menilai keinginan bawah sadar (manifestasi intrapsikis) pada anak laki-laki dengan gangguan identitas gender.
Melalui analisis gambar yang dibuat oleh anak-anak ini, peneliti dapat mengidentifikasi aspek-aspek terkait identitas gender dan pengalaman tubuh mereka.
Penting untuk dicatat bahwa alat ukur ini harus digunakan oleh tenaga terlatih dalam pemeriksaan klinis atau penelitian.
Hasilnya pun harus dipertimbangkan bersama faktor-faktor lain dalam tahap perkembangan anak.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut atau kekhawatiran tertentu terkait hal ini, tanyakan langsung kepada dokter anak.
Kesimpulan
- Identitas gender anak adalah pemahaman anak tentang apakah dirinya laki-laki, perempuan, atau identitas lainnya, yang mulai berkembang sejak usia dini dan dipengaruhi oleh faktor biologis, sosial, dan budaya.
- Memahami perbedaan antara jenis kelamin dan gender penting untuk membantu anak mengenali dirinya serta melindungi mereka dari risiko pelecehan seksual.
- Orangtua berperan besar dalam memberikan edukasi sejak dini dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan identitas gender anak.
- Untuk mengenali identitas gender si Kecil, diperlukan pendekatan yang sensitif, termasuk memahami perilaku, minat, dan ekspresi anak secara keseluruhan.