backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Panduan Seputar Kebutuhan Protein untuk Balita Usia 2-5 Tahun

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Panduan Seputar Kebutuhan Protein untuk Balita Usia 2-5 Tahun

    Makanan yang mengandung karbohidrat seringkali lebih disukai anak-anak karena membuat lebih cepat kenyang dibanding protein. Padahal, protein memiliki peran untuk pertumbuhan sel di dalam tubuh. Kebutuhan protein balita bisa didapat dari berbagai produk hewani dan nabati. Berikut penjelasan lengkap seputar kebutuhan protein pada anak.

    Mengapa kebutuhan protein sangat penting untuk balita?

    Dikutip dari laman Food Insight, protein berperan penting dalam proses tumbuh kembang anak.

    Protein berperan sebagai pembentuk sel dalam tubuh, hormon, perkembangan otak, sistem kekebalan tubuh, sampai pertumbuhan struktur pendukung tubuh seperti otot, kolagen, dan rambut.

    Selain itu, protein dan asam amino sebagai salah satu komponen di dalamnya berfungsi menjaga keseimbangan hormon, enzim dan ‘kendaraan pengangkut’ untuk nutrisi lainnya.

    Inilah yang membuat protein sangat dibutuhkan untuk balita demi perkembangan yang tetap sehat sampai dewasa nanti. 

    Seberapa banyak kebutuhan protein untuk balita usia 2-5 tahun?

    Melihat penjelasan betapa pentingnya kebutuhan protein untuk balita, perlukah orangtua memberi banyak makanan tinggi protein? Tunggu dulu. Pasalnya, jumlah protein yang dikonsumsi oleh balita harus disesuaikan dengan berat badan si kecil.

    Memang seiring bertambahnya usia, pertumbuhan anak tidak secepat dulu dan jumlah protein yang dibutuhkan juga berkurang. 

    Namun, melihat tinggi dan berat badan balita yang semakin bertambah, kebutuhan total kalori dan protein anak juga lebih tinggi.

    Ini sebagai bekal penting untuk membantu produksi hormon yang penting untuk perkembangan anak ketika remaja nanti. Berikut tabel kebutuhan protein balita yang bisa menjadi acuan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) 2013:

    • Balita usia 1-3 tahun: 26 gram
    • Balita usia 4-6 tahun 35 gram

    Untuk meningkatkan konsumsi protein si kecil, jangan lupa untuk meningkatkan kualitasnya dari sumber makanan yang dipilih. Protein digunakan tubuh untuk menambah energi, memelihara massa otot, dan produksi hormon. 

    Hal yang penting untuk diingat yaitu tetap memberikan menu makanan tinggi protein yang sehat dan sesuai kebutuhan gizi balita. Menu makan si kecil harus rendah lemak jahat, kolesterol, gula, dan garam. 

    American Heart Association mengingatkan orangtua untuk menghindari memberi makan berlebihan pada balita. 

    Jenis protein yang bisa memenuhi kebutuhan gizi balita

    Kebutuhan protein balita bisa dipenuhi dari beberapa jenis makanan, yaitu produk hewani dan nabati dengan kadar yang berbeda.

    Kandungan protein di dalam produk hewani lebih tinggi, beberapa jenisnya seperti susu, telur, daging, ayam, dan makanan laut.

    Sementara untuk produk nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran, dan biji-bijian, kandungan proteinnya lebih rendah. Berikut penjelasan seputar jenis protein yang bisa memenuhi kebutuhan gizi balita.

    Susu dan produk olahannya

    Sumber protein pertama yang bisa memenuhi kebutuhan gizi balita adalah susu dan berbagai produk olahannya. Susu merupakan sumber protein yang sangat baik untuk anak. American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan anak usia di atas 2 tahun mengonsumsi susu murni yang sudah melalui proses pasteurisasi. 

    Berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam satu gelas susu 100 ml terkandung protein 3.2 gram dan 61 kalori. Tidak hanya itu, susu juga tinggi kalsium sebanyak 143 miligram dan lemak sebesar 3,5 gram.

    Selain susu, makanan seperti keju juga mengandung protein yang cukup tinggi dan bisa memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Dalam 100 gram keju mengandung 22,8 protein, 326 kalori, dan 20,3 gram lemak.

    Meski susu baik untuk kesehatan si kecil, tidak sedikit anak yang kurang menyukainya. Anda bisa berkreasi dengan mengolah atau memberikan produk olahan susu menjadi kudapan yang menggugah selera.

    Anda bisa mencampurkan makaroni dan keju sehingga menjadi makaroni skotel atau mac and cheese. Pada menu tersebut terdapat susu dan keju yang mengandung protein tinggi untuk kebutuhan tumbuh kembang balita. 

    Menu lainnya yang bisa dicoba yaitu menjadikan susu sebagai bahan membuat puding cokelat (atau yang sesuai kesukaan si kecil) ditambahkan fla sebagai pemanis.

    Telur

    Protein yang satu ini cukup mudah ditemui dan didapatkan karena bisa dibeli di warung terdekat. Telur merupakan makanan tinggi protein dan sangat bermanfaat untuk kesehatan anak-anak sampai orang dewasa.

    Satu butir telur mengandung vitamin, mineral, lemak sehat, antioksidan, dan nutrisi lain untuk otak anak yang sangat dibutuhkan tubuh.

    Sebenarnya satu butir telur memang tinggi protein, tapi paling tinggi terkandung dari putih telur. Satu butir telur ayam kampung mengandung 10,8 gram protein. Sementara telur ayam ras mengandung 16,3 gram protein dan 31,9 gram lemak. 

    Ikan

    Beberapa jenis makanan laut memang berisiko terkontaminasi merkuri. Namun, banyak juga jenis ikan yang baik untuk kesehatan balita.

    Jenis ikan ini misalnya nila, salmon, kembung, lele, bawal, dan tuna. Anda bisa membuat menu makanan dengan memanggang selama 10 menit dengan suhu 205 derajat celsius atau sampai lapisan ikan kering. 

    Sementara itu, 100 gram ikan tuna mengandung 39 gram protein dan hanya mengandung 179 kalori. Ikan tuna mengandung lemak omega 3 yang sangat baik untuk perkembangan otak balita dan mencukupi kebutuhan protein yang diperlukan.

    Ikan tuna termasuk jenis ikan yang sangat populer di Indonesia dan mudah ditemukan. Oleh karenanya, ikan tuna bisa didapat dengan mudah di pasar tradisional terdekat.

    Udang

    Makanan laut seperti udang dan cumi-cumi juga termasuk dalam sumber protein yang baik untuk balita. Udang merupakan makanan laut yang rendah kalori tapi tinggi nutrisi.

    Berbagai nutrisi yang terkandung di daalam udang misalnya vitamin B12 dan selenium. Selenium merupakan jenis mineral yang baik untuk fungsi kognitif (perkembangan otak) dan membantu sistem kekebalan tubuh. Dalam 100 gram udang, biasanya mengandung 21 gram protein, 0,2 gram lemak, dan 91 kalori.

    Brokoli

    Sayuran hijau ini tinggi vitamin C, vitamin K, serat, dan protein. Dalam 96 gram brokoli mengandung 3 gram protein dengan 31 kalori.

    Brokoli juga tinggi nutrisi bioaktif yang bisa melawan kanker. Dibanding sayuran lain, brokoli untuk anak termasuk jenis sayuran yang dengan kandungan protein yang sangat tinggi untuk kebutuhan balita dan orang dewasa.

    Membuat si kecil menyantap sayuran memang tidak mudah. Anda perlu membuat kreasi menu agar brokoli menarik dan lezat di mata anak.

    Anda bisa membuat tumis brokoli jamur dengan campuran daging cincang. Tambahkan wortel untuk menambah nutrisi si kecil dan membuat penampilan menu makanan lebih menarik.

    Dada ayam

    Tekstur dagingnya mungkin kurang menarik dan sangat berserat. Akan tetapi, dada ayam mengandung protein yang lebih tinggi dibanding bagian lain. Dalam 100 gram dada ayam mengandung 34,2 gram protein, 298 kalori, dan hanya 16,8 gram lemak.

    Agar tidak terlalu berserat dan sulit dikunyah, Anda bisa memasak dada ayam menjadi sop, ayam suwir bumbu kecap, atau ayam panggang.

    Pastikan Anda mendampingi si kecil agar ia tidak tersedak ketika makan dan kebutuhan protein balita tetap terpenuhi dengan baik.

    Kacang

    Meski termasuk dalam kelompok protein nabati yang kadarnya lebih rendah dibanding hewani, kacang juga penting dalam asupan kebutuhan nutrisi balita.

    Kacang mengandung serat, magnesium, dan protein yang bagus untuk kesehatan anak dan membuatnya lebih cepat kenyang. Dalam 28 gram kacang, terkandung 7 gram protein dengan 159 kalori.

    Bila Anda tidak ingin memberi kacang dalam kondisi utuh pada si kecil, bisa menyajikannya dalam bentuk selai kacang atau makanan seperti gado-gado.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan