backup og meta

Zidovudine

Zidovudine

Demi menjaga kualitas hidup dan mencegah perkembangan virus, pasien HIV harus rutin dan disiplin minum obat. Terkadang, dokter meresepkan obat zidovudin yang dikombinasikan dengan obat HIV lainnya. Seperti apa dosis dan efek samping zidovudin?

Golongan obat: antivirus

Merk dagang: ZDV

Apa itu obat zidovudin?

Zidovudine adalah obat yang digunakan dengan obat HIV lain untuk membantu mengendalikan HIV. Obat ini membantu mengurangi jumlah virus HIV dalam tubuh Anda sehingga sistem kekebalan tubuh dapat bekerja lebih baik, jadi risiko mengalami komplikasi seperti infeksi atau kanker dapat berkurang.

Obat ini juga digunakan untuk mencegah ibu hamil yang positif HIV menularkan virus ke bayi yang belum lahir. Kemudian, obat diberikan kepada bayi ketika baru lahir.

Perlu Anda ketahui, zidovudine bukanlah obat untuk menyembuhkan HIV. Obat ini juga tidak bisa mencegah kemungkinan pasien untuk menularkan virus HIV ke orang lain.

Maka dari itu, pasien harus tetap berhati-hati ketika melakukan aktivitas tertentu, salah satunya dengan selalu menggunakan pengaman saat berhubungan seksual.

Dosis obat zidovudin

Dosis yang diberikan bisa berbeda-beda tergantung dengan usia dan tujuan penggunaan obat. Berikut adalah dosis obat oral yang umum diberikan berdasarkan tujuannya.

Dosis untuk infeksi HIV

  • Dewasa dan anak-anak dengan BB di atas 30 kg: 250 mg atau 300 mg, diminum dua kali sehari dalam kombinasi dengan agen antiretroviral lainnya.
  • Anak-anak dengan BB 8-13 kg: 100 mg diminum dua kali sehari
  • Anak-anak dengan BB 14-21 kg: 100 mg diminum pagi hari, 200 mg diminum malam hari
  • Anak dengan BB 22-30 kg: 200 mg, diminum dua kali sehari

Dosis pencegahan infeksi HIV pada bayi baru lahir

  • Bayi: 2 mg/kg berat bada, diminum setiap enam jam, dimulai dalam 12 jam setelah lahir dan harus dilanjutkan selama 6 minggu.

Dosis pencegahan infeksi HIV pada janin di kandungan

  • Dewasa: 100 mg, diminum 5 kali sehari, mulai pada minggu ke-4 kehamilan sampai awal persalinan.

Selain obat oral, tersedia pula sediaan suntik yang diberikan langsung ke pembuluh darah. Untuk obat injeksi, pemberiannya akan dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan dengan dosis yang telah disesuaikan. Namun untuk saat ini, sediaan injeksi belum ada di Indonesia.

Aturan pakai obat zidovudine

Obat zidovudine harus diminum sesuai dengan arahan dari dokter. Jangan mengganti dosis obat tanpa sepengetahuan dokter, sebab hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping.

Untuk obat kapsul atau tablet, cukup telan obat seutuhnya dengan bantuan air minum. Bila obat dalam bentuk cair, kocok botol untuk memastikan cairan telah tercampur rata sebelum Anda meminumnya.

Usahakan minum obat di jam yang sama setiap harinya, supaya obat dapat bekerja lebih efektif. Pengobatan harus dijalani sesuai dengan durasi yang telah ditetapkan dokter. Teruslah minum obat walau Anda telah merasa lebih sehat.

Jangan menghentikan pengobatan secaara tiba-tiba dan tanpa sepengetahuan dokter. Penghentian obat dapat membuat infeksi jadi tak terkendali dan sulit ditangani.

Bila Anda melewatkan satu dosis, segera minum obat ketika Anda ingat. Namun bila ini terjadi saat waktunya sudah mendekati dosis selanjutnya, maka lewati dosis yang sudah terlewat dan minum dosis selanjutnya seperti biasa. Jangan menggandakan dosis dalam keadaan apapun.

Obat paling baik disimpan pada suhu ruangan. Jauhkan dari paparan cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi dan jangan dibekukan.

Efek samping obat zidovudin

Obat zidovudin dapat menimbulkan efek samping. Beberapa efek samping yang cukup umum termasuk:

  • sulit tidur,
  • mual ringan,
  • sembelit,
  • nyeri sendi,
  • sakit kepala, dan
  • perubahan lemak di tubuh, terutama pada bagian lengan, kaki, wajah, leher, dan dada.

Obat ini juga dapat menyebabkan asidosis laktat, yaitu penumpukan asam laktat dalam tubuh yang bisa berakibat fatal. Beberapa tandanya termasuk:

  • nyeri otot atau kelemahan,
  • mati rasa atau rasa dingin di lengan dan kaki,
  • kesulitan bernapas, nyeri perut,
  • mual dengan muntah,
  • detak jantung cepat atau detak jantung yang tidak teratur, serta
  • pusing, atau merasakan kelelahan yang luar biasa.

Gejala asidosis laktat dapat berkembang dan memburuk secara perlahan. Oleh karena itu, segera dapatkan pertolongan medis bila Anda merasakan gejala asidosis laktat.

Mungkin ada efek samping lainnya yang belum disebutkan. Jangan ragu hubungi dokter jika Anda merasakan gejala tak biasa yang tak kunjung membaik setelah penggunaan obat.

Peringatan dan perhatian saat pakai obat zidovudin

Penting untuk diketahui, pengobatan dengan zidovudin bisa menyebabkan lipoatrofi, yaitu hilangnya lemak dari kaki, lengan, dan wajah. Walau telah berhenti menggunakan obat, kondisi ini tetap tidak bisa kembali sepenuhnya. Maka  dari itu, beritahu dokter bila Anda melihat adanya tanda-tanda lipoatrofi ketika menggunakan obat.

Zidovudin juga dapat menurunkan jumlah sel tertentu dalam darah. Sel-sel yang akan terpengaruh oleh penggunaan obat termasuk sel darah merah dan sel darah putih.

Maka dari itu, bila Anda memiliki masalah kelainan darah seperti jumlah sel darah merah dan darah putih yang rendah, penggunaan obat zidovudin tidak disarankan.

Beritahu kepada dokter bila Anda memiliki riwayat penyakit ginjal, penyakit hati, dan osteonekrosis. Begitu pula bila Anda memiliki alergi obat terhadap ziduvodine atau bahan lainnya yang mungkin terkandung dalam obat, dokter mungkin akan memberikan pilihan obat lainnya.

Segera beri tahu dokter jika Anda mengalami reaksi alergi seperti sesak napas, ruam kulit parah, atau mata bengkak.

Baik zidovudin maupun infeksi HIV dapat melemahkan sistem kekebalan Anda, sehingga Anda lebih rentan terkena infeksi. Untuk mencegah penularan penyakit, hindari tempat yang terlalu ramai dan batasi waktu Anda dengan orang yang sedang sakit.

Selama menjalani pengobatan, Anda mungkin akan mengalami masalah kesehatan lain yang terkait dengan infeksi HIV. Selalu kabari dokter mengenai kondisi Anda dan lakukan pemeriksaan.

Ingat, Anda tetap perlu menjalani tes darah secara teratur. Tes darah dapat membantu dokter untuk memantau kondisi Anda dan memeriksa apabila jumlah darah Anda normal.

Apakah zidovudine aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Obat zidovudin kerap digunakan untuk mencegah penularan HIV dari ibu yang positif kepada janinnya. Namun, ada baiknya penggunaan obat dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.

Ibu yang positif HIV biasanya tidak disarankan untuk menyusui, sebab masih ada kemungkinan virus HIV mengalir ke dalam ASI dan berisiko tertular pada bayi. Pengobatan pun harus tetap berlangsung. Beri tahu dokter untuk pastikan keamanan pengobatan.

Interaksi obat zidovudin dengan obat lain

Interaksi obat dapat mengganggu kerja obat atau meningkatkan risiko munculnya efek samping. Berikut adalah interaksi zidovudin dengan obat lain beserta efeknya.

  • Rifampisin, obat untuk infeksi bakteri, dapat mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh efektivitas obat zidovudin.
  • Ribavirin, obat untuk hepatitis C, dapat mengakibatkan peningkatan risiko anemia bila digunakan bersama zidovudin.
  • Probenesid, atovakuon, asam valproat, flukonazol, dan metadon, menimbulkan peningkatan kadar plasma yang dapat menyebabkan efek samping serius.

Masih ada interaksi dengan obat-obatan lainnya yang tidak disebutkan. Agar penggunaan obat tetap aman, beritahu dokter mengenai obat-obatan, suplemen, atau produk herbal yang sedang Anda gunakan sebelum menjalani pengobatan dengan zidovudin.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Zidovudine. (n.d.). MIMS Indonesia. Retrieved February 10, 2022, from http://mims.com/Indonesia/Home/GatewaySubscription/?generic=Zidovudine

Zidovudine. (2018). MedlinePlus Drug Information. Retrieved February 10, 2022, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a687007.html

Versi Terbaru

14/03/2022

Ditulis oleh Winona Katyusha

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Apakah HIV Bisa Sembuh dengan Sendirinya? Ini Jawabannya

Penyakit yang Paling Berisiko Dialami oleh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 14/03/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan