backup og meta

Fenitoin

Fenitoin

Fenitoin atau phenytoin adalah obat generik yang berfungsi mencegah dan mengontrol kejang. Obat ini umumnya digunakan pada pengobatan epilepsi. Obat ini tersedia dalam bentuk obat tablet, kapsul, dan cairan injeksi. Obat ini adalah obat keras sehingga penggunaannya harus dilakukan dalam pengawasan dokter. Seperti apa aturan pakai, efek samping, dan interaksi obat fenitoin?

Golongan obat: Antiepilepsi

Merek dagang fenitoin: Decatona, Dilantin, Ikaphen, Kutoin, Lepsicon, Zentropil, Phenitin, Curelepz, Phenytoin Sodium.

Apa itu obat fenitoin?

obat sakit gigi untuk ibu menyusui

Fenitoin atau phenytoin adalah obat yang digunakan untuk meredakan dan mengendalikan kejang pada pasien epilepsi atau pada pasien yang menjalani operasi otak.

Obat ini berfungsi mengurangi penyebaran sinyal listrik pada otak.

Kelebihan pengiriman sinyal listrik melalui saraf ke otak membuat otak kesulitan merespons setiap stimulus dengan baik sehingga menyebabkan kejang.

Kandungan kimia aktif seperti phenytoin natrium dapat bekerja menyeimbangkan aktivitas listrik yang berlebihan pada otak sehingga mengurangi kejang.

Sediaan obat fenitoin

Di Indonesia, obat fenitoin oral tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul dengan kekuatan 30 mg dan 100 mg.

Selain itu, tersedia pula fenitoin injeksi (intravena dan intramuskular) 100 mg/2 ml dan 50 mg/ml yang diberikan oleh tenaga medis untuk status konvulsivus.

Dosis fenitoin

Dosis yang diberikan dokter bisa berbeda-beda untuk setiap pasien, tergantung usia, berat badan, berat atau tidaknya gejala, dan jenis kondisi yang diatasi.

Berikut ini adalah dosis fenitoin berdasarkan kondisi yang diatasinya.

Kejang

Dosis fenitoin dewasa

  • Tablet atau kapsul:
    • Perawatan di rumah sakit yaitu 1 gram dalam sehari, dapat dibagi dalam 3 dosis (400 mg, 300 mg, 300 mg) diberikan pada interval 2 jam. 
    • Pemakaian awal 100 mg secara oral (minum) 3 kali sehari. 
    • Dosis pemeliharaan 100 mg, diminum 3-4 kali sehari.
    • Pasien yang tidak menerima pengobatan sebelumnya dapat dimulai pada 125 mg (1 sendok teh) untuk 3 kali sehari.
  • Injeksi intravena (IV)
    • Pemberian lewat intravena awal yaitu 10-15 mg/kg, tidak melebihi tingkat infus 50 mg/menit. 
    • Dosis pemeliharaan 100 mg setiap 6 sampai 8 jam.

Dosis fenitoin anak-anak

  • Injeksi intravena (IV): Dosis untuk kondisi kritis (epileptikus) yaitu 15-20 mg/kg IV.
  • Tablet atau kapsul:
    • Pemberian awal untuk kejang yaitu 15-20 mg/kg, diberikan dalam 3 dosis yang terbagi diberikan setiap 2 sampai 4 jam. 
    • Dosis pemeliharaan selama kurang dari 4 minggu adalah 5-8 mg/kg per hari dalam 2 dosis yang terbagi. 
    • Pemberian lebih dari 4 minggu 5 mg/kg per hari dapat ditingkatkan menjadi 8-10 mg/kg per hari.

Aritmia

Fenitoin tablet atau kapsul untuk dewasa menurut dosis berikut.

  • Dosis awal: 1,25 mg/kg IV setiap 5 menit. Pemberian dapat diulang hingga dosis pemuatan 15 mg/kg, atau 250 mg per oral 4 kali sehari selama 1 hari, kemudian 250 mg dua kali sehari selama 2 hari
  • Dosis Pemeliharaan: 300 hingga 400 mg / hari secara oral dalam dosis terbagi 1 hingga 4 kali sehari.

Bedah Saraf

Dosis fenitoin dewasa

  • Injeksi intramuskular (IM) diberikan 100 – 200 mg dengan interval 4 jam selama operasi dan dilanjutkan pasca operasi selama 48-72 jam.
  • Setelah itu dosisnya dikurangi menjadi dosis pemeliharaan 300 mg setiap, disesuaikan dengan konsentrasi plasma. 
  • Penggunaan rute alternatif (misalnya intubasi) mungkin diperlukan bila terapi intramuskular dibutuhkan selama lebih dari 1 minggu.

Aturan penggunaan fenitoin

Anda dapat mengunyah tablet ini sampai halus sebelum ditelan atau bisa langsung menelannya. Jika mengalami gangguan pencernaan, Anda bisa mengonsumsi tablet bersamaan dengan makanan. 

Sebaiknya konsumsi obat ini pada waktu yang sama saat dokter menyarankan pemakaian untuk setiap hari.

Konsumsi obat secara tepat waktu bermanfaat untuk menjaga kadar obat di dalam tubuh tetap konstan sehingga gejala dapat tertangani dari waktu ke waktu. 

Dalam pemakaian lanjutan, dokter bisa mengurangi atau meningkatkan dosisnya sesuai dengan respons tubuh terhadap pengobatan. 

Jangan berhenti minum obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda. Jika dihentikan secara tiba-tiba, kondisi kejang atau kekambuhannya bisa memburuk. 

Jika lupa minum obat atau melewatkan satu dosis, minum obat sesegera mungkin.

Melansir MIMS Indonesia, bila sudah mendekati jadwal minum obat berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan minum dosis selanjutnya sesuai jadwal.

Hindari menambahkan dosis yang terlewat pada dosis setelahnya. 

Efek samping fenitoin

uremia

Penggunaan obat ini bisa menimbulkan sejumlah efek samping. Meski begitu, tidak semua orang pasti mengalaminya. 

Inilah beberapa efek samping fenitoin yang bisa muncul.

  • Bicara cadel.
  • Kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
  • Gusi bengkak.
  • Sakit kepala atau pusing.
  • Kebingungan.
  • Gugup atau cemas.
  • Gemetar atau gerakan di mata, lidah, rahang, dan leher tidak terkendali.
  • Insomnia.
  • Ruam kulit.
  • Demam.
  • Pembengkakan kelenjar.
  • Mudah memar atau perdarahan.
  • Mual atau muntah.
  • Irama jantung tidak teratur atau lambat.
  • Kesemutan.
  • Nyeri otot.

Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.

Laporkan jika efek samping terus memburuk atau gejala semakin parah setelah pemakaian obat.

Jika mengalami tanda-tanda reaksi alergi obat seperti kesulitan bernapas, wajah bengkak, dan tubuh lemas seolah akan pingsan, segera pergi ke unit gawat darurat terdekat. 

Peringatan dan perhatian saat pakai obat fenitoin

Adanya masalah kesehatan lain dapat mempengaruhi penggunaan obat ini. Penggunaan phenitoin bahkan bisa memperburuk gangguan kesehatan tersebut (kontraindikasi).

Oleh karena itu, pastikan Anda menginformasikan pada dokter jika memiliki kondisi seperti:

  • masalah darah atau sumsum tulang (misalnya, agranulositosis, leukopenia, trombositopenia),
  • diabetes,
  • gagal jantung,
  • masalah irama jantung,
  • hipotensi (tekanan darah rendah),
  • limfadenopati (masalah kelenjar getah bening),
  • porphyria (masalah enzim),
  • penyumbatan jantung (misalnya, sindrom Adams-Stokes, penyumbatan arteri vena, atau penyumbatan sinoatrial),
  • sinus bradikardia (denyut jantung lambat),
  • hipoalbuminemia (albumin rendah dalam darah), 
  • penyakit ginjal,
  • penyakit hati, atau
  • alergi terhadap obat dengan kandungan phenytoin natrium.

Untuk menghindari bahaya kontraindikasi, dokter bisa tidak memberikan obat fenitoin dan menggantinya dengan obat lain yang memiliki manfaat pemulihan yang sama.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin bisa tetap memberikan obat, tapi akan menyesuaikan dosisnya sehingga mencegah timbulnya kontraindikasi. 

Obat sebaiknya disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung, tempat yang lembap, dan jangan dibekukan.

Beberapa merek obat dengan kandungan phenytoin natrium bisa memiliki aturan penyimpanan yang berbeda.

Maka dari itu, ikuti cara penyimpanan obat yang tertera pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda.

Overdosis fenitoin

Saat fenitoin dikonsumsi secara berlebihan dari dosis yang dianjurkan, overdosis obat bisa menimbulkan gejala seperti di bawah ini:

  • gerakan mata yang tak terkendali,
  • kehilangan koordinasi,
  • bicara cadel atau lambat,
  • anggota gerak tubuh bergerak tidak terkendali,
  • mual,
  • muntah,
  • kebingungan,
  • hampir pingsan, atau
  • koma dan kejang.

Dalam penggunaan obat keras, penting untuk selalu mengikuti aturan yang dianjurkan oleh dokter atau apoteker. Jangan memulai, menghentikan, atau mengganti dosis tanpa persetujuan dokter.

Jika Anda memiliki pertanyaan lainnya, konsultasikanlah secara lebih lanjut pada dokter atau apoteker Anda.

Apakah obat fenitoin aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Obat ini termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori D menurut US Food and Drugs Administration (FDA). 

Artinya, ada bukti positif bahwa penggunaan fenitoin pada ibu hamil memiliki risiko terhadap kesehatan janin.

Namun, fenitoin bisa digunakan pada ibu hamil untuk mengatasi kondisi darurat yang mengancam nyawa, terutama saat tidak ada obat lain yang memberikan manfaat pemulihan yang sama besarnya.

Sementara itu, studi pada wanita menunjukkan bahwa fenitoin menimbulkan risiko yang minimal untuk bayi bila digunakan selama menyusui.

Sebelum menggunakan obat ini, ibu hamil atau ibu menyusui perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risikonya. 

Interaksi obat fenitoin dengan obat lain

obat maag kunyah

Penggunaan fenitoin dengan obat lain dapat mengubah kinerja dan efek pemulihan yang diberikan atau disebut juga interaksi obat. Interaksi obat juga dapat meningkatkan risiko efek samping yang serius.

Penggunaan fenitoin dengan obat lain dapat mengubah kinerja dan efek pemulihan yang diberikan atau disebut juga interaksi obat. Interaksi obat juga dapat meningkatkan risiko efek samping yang serius.

Sampaikan pada dokter atau apoteker bila Anda sedang mengonsumsi salah satu dari obat-obatan berikut ini.

  • Serum yang mengandung salisilat, fenitoin dapat meningkatkan kadarnya.
  • Obat antibakteri (kloramfenikol, klaritromisin, isoniazid, sulfadiazin. sulfametoksazol-trimetoprim, sulfonamid).
  • Obat antikonvulsan (oxcarbazepine, succinimides, topiramate).
  • Obat antijamur (amfoterisin B, flukonazol, itrakonazol, ketokonazol, mikonazol).
  • Obat antineoplastik (capecitabine, fluorouracil).
  • Obat-obatan psikotropika atau benzodiazepin (disulfiram, methylphenidate, trazodone).
  • Obat-obatan kardiovaskuler (amiodarone, diltiazem, nifedipine).
  • Simetidin, fluvastatin, tacrolimus, tolbutamide, omeprazole
  • Obat penghambat konsumsi serotonin berulang (fluoxetine, fluvoxamine).
  • Serum yang mengandung vigabatrin karena dapat menurunkan kadarnya.
  • Obat-obatan antineoplastik ( bleomycin, carboplatin, cisplatin, doxorubicin).
  • Sukralfat, reserpin, asam folat, rifampisin.
  • Obat antiretroviral (fosamprenavir, nelfinavir, ritonavir).
  • teofilin, diazoksida. 
  • Serum yang mengandung ciprofloxacin karena dapat meningkatkan atau menurunkan kadarnya.
  • Obat-obatan psikotropika (klordiazepoksida, diazepam, fenotiazin). 
  • Doksisiklin karena dapat mengubah kadar serum dan/atau efeknya.
  • Obat antikonvulsan ( karbamazepin, lamotrigin, fenobarbital, Na valproat, asam valproat).
  • Obat antijamur (posaconazole, voriconazole).
  • Metotreksat
  • Obat antiretroviral (efavirenz, fosamprenavir, indinavir, lopinavir/ritonavir, ritonavir, saquinavir).
  • Teofilin.
  • Obat-obatan kardiovaskular (digoxin, disopyramide, mexiletine, nicardipine, nimodipine, verapamil, warfarin, furosemide) 
  • Penghambat reduktase HMG-CoA (atorvastatin, fluvastatin, simvastatin).
  • Obat yang mengandung estrogen (kontrasepsi oral).
  • Obat penghambat neuromuskular (pancuronium, rocuronium, vecuronium).
  • Metadon.
  • Tolbutamid.
  • Obat-obatan psikotropika/antidepresan (clozapine, paroxetine, quetiapine, sertraline).
  • Vitamin D.

Konsumsi fenitoin dapat berakibat fatal karena dapat menurunkan respon virologis. Ia juga berpotensi menyebabkan resistensi terhadap obat delavirdin atau obat-obatan penghambat transkriptase balik non-nukleosida.

Penting juga diketahui, minum alkohol atau merokok pada saat Anda sedang mengonsumsi phenytoin juga dapat memengaruhi kadar obat ini.

Di samping itu, produk yang mengandung kalsium, misalnya suplemen kalsium dan minuman pengganti gizi makanan, dapat menurunkan penyerapan zat aktif obat fenitoin di dalam tubuh.

Oleh sebab itu, pastikan Anda mengonsumsi produk-produk tersebut secara terpisah, setidaknya 1 jam sebelum dan 1 jam setelah minum fenitoin.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

MIMS Indonesia. (2021). Phenytoin: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution. Retrieved 11 November 2021, from https://www.mims.com/indonesia/drug/info/phenytoin?mtype=generic

PIO Nas. (2021). FENITOIN NATRIUM. Retrieved 11 November 2021, from http://pionas.pom.go.id/monografi/fenitoin-natrium

FDA. (2021). Dilantin® (Phenytoin Sodium. Retrieved 11 November 2021, from https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2009/084349s060lbl.pdf

Gupta, M., & Tripp, J. (2021). Phenytoin. Statpearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551520/

Mayo Clinic. (2021). Phenytoin (Oral Route). Retrieved 11 November 2021, from https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/phenytoin-oral-route/side-effects/drg-20072875?p=1

Drugs.com. (2021). Phenytoin: Uses, Dosage, Side Effects, Warnings. Retrieved 11 November 2021, from https://www.drugs.com/phenytoin.html

Versi Terbaru

02/12/2021

Ditulis oleh Indah Fitrah Yani

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Diperbarui oleh: Karinta Ariani Setiaputri


Artikel Terkait

Yuk, Kenali Beda Kejang dan Epilepsi (Ayan) Berikut Ini

Serba-serbi tentang Kejang dan Cara Penanganan yang Tepat


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Indah Fitrah Yani · Tanggal diperbarui 02/12/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan