backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Klorfeniramin (Chlorpheniramine)

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 27/12/2021

    Klorfeniramin (Chlorpheniramine)

    Klorfeniramin (chlorpheniramine) adalah obat untuk mengatasi reaksi alergi. Obat ini membantu mengendalikan gejala rinitis alergi dan biduran. 

    Golongan obat: antihistamin, antialergi, dan obat untuk anafilaksis

    Merek dagang: CTM, Decolgen PE, Komix, Promedryl, Optiflu, dll.

    Apa itu klorfeniramin?

    Klorfeniramin adalah obat yang berguna untuk mengurangi reaksi alergi dengan cara menekan produksi histamin pada tubuh.

    Histamin adalah senyawa yang berperan penting dalam menimbulkan gejala alergi. 

    Obat dengan nama lain chlorphenamine atau CTM ini membantu mengatasi pilek dan hidung tersumbat, mata berair serta merah dan gatal, eksim, biduran akibat alergi makanan dan cacar, serta tersengat atau tergigit serangga. 

    Obat klorfeniramin bersifat sedatif sehingga membuat Anda lebih mengantuk daripada golongan obat antihistamin lainnya.

    Menurut Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2021, klorfeniramin (dexchlorpheniramine maleat) tergolong sebagai obat bebas terbatas jika dalam satu tabletnya mengandung ≤ 2 mg klorfeniramin atau  ≤ 2mg/5mL klorfeniramin pada obat sirup.

    Obat bebas terbatas yg mengandung klorfeniramin biasanya berupa kombinasi dengan zat aktif lain, seperti paracetamol (obat demam), pseudoefedrin (obat pilek), dekstrometorfan dan/atau guaifenesin (obat batuk).

    Produk obat yang hanya mengandung klorfeniramin tunggal biasanya tergolong obat keras karena dalam satu tabletnya mengandung 4 mg zat aktif.

    Dosis klorfeniramin

    Chlorpheniramine hadir dalam sediaan tablet sebesar 4 mg. Pemberian obat maksimal sebanyak tiga tablet sehari selama lima hari.

    Berikut pemberian dosis berdasarkan keluhan yang timbul.

    Rinitis alergi

    • Dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas: 4 mg atau satu butir setiap 4–6 jam.
    • Anak-anak usia 612 tahun: 2 mg atau setengah butir selama setiap 4–6 jam, dosis terbanyak sebesar 12 mg per hari.

    Gejala pilek

    • Dewasa: satu tablet sebesar 4 mg sehari setiap 12 jam.
    • Anak-anak 612 tahun: setengah tablet 2 mg setiap 4–6 jam.

    Gatal-gatal

    • Dewasa: 4 mg atau satu tablet setiap 4–6 jam.
    • Anak-anak usia 612 tahun: setengah tablet atau 2 mg, diminum setiap 4–6 jam.

    Aturan pakai obat klorfenamin

    obat maag kunyah

    Chlorpheniramine tablet biasanya diminum setiap 4–6 jam sesuai kebutuhan. Jangan berikan obat ini kepada anak-anak berusia di bawah 4 tahun.

    Telan obat dengan utuh bersama dengan meminum air putih. Jangan hancurkan dan kunyah obat klorfeniramin.

    Anda bisa mengonsumsinya sebelum atau sesudah makan. Pastikan Anda minum obat ini pada jam yang sama dalam setiap hari.

    Konsumsi obat secepatnya bila Anda terlupa. Lewati dosis yang tertinggal dan lanjutkan dengan jadwal dosis seperti biasa. Jangan menggandakan dosis obat untuk menggantikan dosis yang terlewatkan.

    Efek samping obat klorfenamin

    Klorfeniramin mungkin menimbulkan efek samping. Namun, tidak semua orang mengalaminya. Inilah efek samping yang mungkin muncul:

    • mengantuk,
    • kekeringan pada mulut, hidung, dan tenggorokan,
    • mual dan muntah,
    • nafsu makan berkurang,
    • sembelit,
    • sakit kepala, dan
    • peningkatan kongesti jantung.

    Efek samping chlorpheniramine yang jarang muncul, tetapi bisa berbahaya, seperti:

    • masalah pandangan dan
    • susah buang air kecil.

    Hentikan pemakaian obat ini dan segera temui dokter jika Anda mengalami efek samping, seperti:

    • detak jantung cepat atau tak beraturan,
    • perubahan suasana hati,
    • tremor dan kejang,
    • tubuh lebam atau berdarah,
    • tubuh terasa lemah tak wajar,
    • napas pendek, dan
    • buang air kecil sedikit atau tidak sama sekali.

    Peringatan dan perhatian saat pakai obat klorfeniramin

    komplikasi glaukoma

    Jangan konsumsi klorfenamin bila Anda memiliki:

  • glaukoma sudut sempit, 
  • penyumbatan pada lambung dan usus,
  • pembesaran prostat,
  • tidak bisa buang air kecil, dan
  • asma.
  • Beri tahu dokter bila Anda pernah mengalami kondisi berikut ini:

    • penyakit ginjal,
    • bronkitis kronis,
    • penyakit jantung,
    • emfisema,
    • diabetes,
    • penyakit liver,
    • tekanan darah tinggi,
    • kejang, 
    • penyakit liver,
    • feokromositoma, dan
    • kelenjar tiroid yang terlalu aktif.

    Tunda konsumsi chlorphenamine jika Anda mengonsumsi obat untuk menangani depresi dengan jenis monoamine oxidase inhibitor (MAOI) selama 14 hari terakhir, seperti:

    Simpan obat di dalam wadah yang tertutup dan dan jauh dari jangkauan anak-anak. Letakkan obat pada suhu ruangan dan jauh dari cahaya matahari, panas, dan kelembapan.

    Apakah klorfeniramin aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    Studi memadai terkait konsumsi klorfeniramin pada ibu hamil masih terbatas.

    Namun, konsumsi obat ini pada trimester ketiga mampu menyebabkan reaksi pada bayi baru lahir atau bayi prematur. Jadi, penggunaan obat ini tidak dianjurkan pada ibu hamil.

    Anda bisa mengonsumsi obat klorfeniramin dosis kecil sebesar 2-4 mg sesekali. Namun, dosis besar dengan pemakaian yang lebih lama mampu menimbulkan efek pada bayi dan mengurangi suplai ASI. 

    Konsumsi chlorpheniramine yang ideal pada ibu menyusui umumnya berupa dosis tunggal setelah makan malam terakhir.

    Namun, dokter sebenarnya lebih merekomendasikan obat antihistamin yang tidak bersifat sedatif atau memicu kantuk.

    Interaksi obat klorfeniramin dengan obat lain

    Chlorpheniramine akan berinteraksi dengan beberapa jenis obat berikut.

    • Obat batuk, pilek, dan alergi
    • Relaksan otot
    • Obat nyeri dengan kategori narkotika
    • Obat untuk depresi, kejang, dan kecemasan
    • Tranquilizer
    • Obat tidur
    • Obat sedatif

    Klorfeniramin adalah obat golongan antihistamin yang berguna untuk mengatasi reaksi alergi. Obat ini bersifat sedatif sehingga mampu memicu rasa kantuk.

    Meski Anda bisa membelinya tanpa resep dokter, tetap konsumsi obat sesuai dosis dan anjuran yang tertera agar tetap aman.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

    Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 27/12/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan