Saat menggunakan obat, Anda mungkin penasaran bagaimana terjadinya metabolisme obat di dalam tubuh hingga dapat mengatasi keluhan yang dialami. Untuk mengetahui proses metabolismenya, jangan lewatkan pembahasan di bawah ini!
Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Saat menggunakan obat, Anda mungkin penasaran bagaimana terjadinya metabolisme obat di dalam tubuh hingga dapat mengatasi keluhan yang dialami. Untuk mengetahui proses metabolismenya, jangan lewatkan pembahasan di bawah ini!
Metabolisme obat adalah proses perubahan struktur kimia obat agar nantinya dapat diserap oleh tubuh dan memberikan efek obat, misalnya mengatasi keluhan kesehatan.
Tujuan utama proses metabolisme obat ini adalah untuk mengubah obat yang larut lemak menjadi larut air, sehingga nantinya dapat mudah diekskresikan dari tubuh melalui urine.
Proses metabolisme ini dipengaruhi oleh enzim dan terjadi terutama di organ hati, yang selanjutnya dikenal sebagai biotransformasi.
Dalam tahap ini, enzim P-450 yang terdiri dari asam amino (protein) berperan untuk memecah dan mengubah bentuk zat kimia tersebut agar bisa bekerja lebih efektif.
Ketika enzim pencernaan yang diproduksi dalam hati ini tidak cukup, obat akan bekerja lebih lambat dan efek manfaat yang ditimbulkan juga tidak cepat.
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi enzim ini seperti di bawah ini.
Pada anak-anak, terutama bayi yang baru lahir, hati tidak bisa memproduksi enzim tersebut dengan sempurna.
Sementara pada lansia, kemampuan hati semakin menurun untuk memproduksi enzim tersebut.
Sehingga anak-anak dan lansia biasanya diberikan dosis obat yang rendah untuk memudahkan kerja hati.
Metabolisme obat merupakan bagian dari kinetika obat, yakni proses masuknya obat ke dalam tubuh, lalu diserap, hingga dikeluarkan zat sisanya.
Mengetahui metabolisme dan perjalanan obat di dalam tubuh akan membantu Anda memahami lama reaksi obat hingga bagaimana obat bekerja mengatasi keluhan sakit.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, metabolisme obat merupakan salah satu tahapan kinetika obat.
Proses ini memiliki 4 tahapan yang disebut dengan ADME, yaitu absorption, distribution, metabolism, dan excretion.
Tahap pertama kinetika obat adalah penyerapan obat ke dalam darah.
Obat masuk ke dalam tubuh dalam berbagai cara, melalui oral (diminum), rektum (supositoria), atau dengan menyuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Obat yang disuntikkan akan masuk ke pembuluh darah untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Apabila obat masuk dengan cara oral atau diminum, obat tersebut akan masuk dulu ke dalam sistem pencernaan sebelum diserap di usus halus untuk dialirkan menuju pembuluh darah.
Berikut faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan obat di dalam tubuh.
Selain memengaruhi kecepatan penyerapan, faktor tersebut dapat mengurangi efektivitas atau menimbulkan efek samping obat.
Sesaat setelah obat dikonsumsi dan diserap oleh tubuh, obat tersebut akan disalurkan lewat sirkulasi darah.
Selama berada dalam sirkulasi darah, obat akan masuk ke dalam jaringan-jaringan tubuh.
Obat menembus jaringan yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda. Hal ini tergantung kemampuan obat untuk menembus membran sel tubuh.
Obat yang larut dalam lemak dapat menyeberangi dan memasuki membran sel tubuh lebih cepat dibandingkan dengan obat yang hanya larut dalam air. Hal ini akan menentukan juga seberapa cepat obat itu akan bereaksi di dalam tubuh.
Sebagai contoh, obat antibiotik jenis rifampisin tergolong larut dalam lemak sehingga saat dikonsumsi oral dapat mudah didistribusikan ke dalam jaringan tubuh.
Berbeda halnya dengan penisilin yang cenderung larut dalam air, antibiotik ini membutuhkan waktu lebih lama memasuki sel tubuh .
Selain itu, proses distribusi obat tergantung pada kondisi tubuh. Tubuh yang menyimpan lemak lebih banyak memudahkan proses distribusi obat.
Namun, efek samping obat pun lebih cepat timbul pada orang dengan lemak berlebih daripada orang yang mempunyai lemak lebih sedikit.
Proses kinetika obat selanjutnya adalah metabolisme obat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses metabolisme akan mengubah struktur kimia obat agar lebih mudah diserap tubuh.
Setelah pendistribusian obat selesai, hati akan mengubah zat sisa obat menjadi larut air agar mudah dikeluarkan lewat urine.
Menurut buku Drug Metabolism (2022), metabolisme setiap obat dapat berbeda-beda karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti:
Ekskresi adalah tahapan kinetika obat yang terakhir, yaitu proses pembuangan sisa metabolisme secara alami.
Proses pengeluaran zat kimia ini dilakukan oleh dua cara utama, yaitu oleh ginjal melalui urine dan kelenjar empedu melalui usus halus dalam bentuk feses.
Sayangnya, proses ekskresi obat ini bisa terganggu apabila fungsi ginjal Anda menurun.
Selain itu, zat kimia yang dihasilkan oleh obat tersebut juga akan dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui air liur, keringat, udara yang diembuskan, serta ASI.
Untuk alasan inilah ibu menyusui harus waspada dengan obat yang diminum karena dikhawatirkan dapat terserap ke dalam ASI dan membahayakan bayinya.
Dengan mengetahui proses metabolisme obat, Anda diharapkan lebih cermat dalam mengonsumsi obat-obatan.
Sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter sebelum mengonsumsi obat dan patuhi aturan konsumsi pada label kemasan atau petunjuk dari apoteker Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.
Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar