Ergometrine adalah obat untuk meredakan perdarahan setelah melahirkan atau postpartum. Saat melahirkan, seorang ibu bisa mengalami perdarahan parah yang bisa mengancam nyawa.
Golongan obat: Oksitosik
Merek dagang: di Indonesia sudah tidak ada sediaan obat yang mengandung zat aktif ergometrine
Apa itu ergometrine?
Ergometrine adalah obat untuk mencegah dan mengatasi perdarahan setelah proses persalinan atau aborsi.
Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan kontraksi uterus (rahim) yang dapat mengurangi kehabisan darah setelah persalinan.
Obat ini juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah bagian tepi dan otak.
Tidak hanya ibu yang melahirkan normal, operasi caesar juga memungkinan Anda mengalami perdarahan berat.
Selama persalinan, ibu pasti akan mengeluarkan banyak cairan dan darah. Namun, perdarahan setelah melahirkan ini tidak seperti darah nifas (lokia).
Perdarahan postpartum termasuk kasus keluarnya darah dengan jumlah sangat banyak sehingga bisa membahayakan nyawa ibu.
Sediaan dan dosis ergometrine
Obat ergometrine tersedia dalam bentuk injelsi suntik di bawah kulit.
Mengutip dari Medicines, dosis pemberian ergometrine injeksi intravena yaitu 250 – 500 mikrogram (mcg).
Penggunaan obat ini akan dokter batasi bila ada kasus perdarahan berat akibat atonia uteri (rahim tidak bisa kontraksi kembali setelah melahirkan).
Kondisi atonia uteri mengakibatkan perdarahan setelah melahirkan yang bisa membahayakan nyawa ibu.
Efek samping ergometrine
Seperti obat pada umumnya, ergometrine juga menimbulkan efek samping, tetapi kebanyakan orang mengalami efek samping ringan.
Beberapa efek samping obat pereda perdarahan setelah melahirkan adalah:
- kram rahim,
- reaksi alergi parah (ruam, gatal-gatal, kesulitan bernapas, sesak pada dada, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan),
- darah pada urine,
- nyeri atau sesak pada dada,
- diare,
- pusing,
- halusinasi,
- sakit kepala,
- detak jantung tidak teratur,
- kram kaki,
- perubahan mental atau suasana hati,
- mati rasa atau tergelitik pada tangan, kaki atau kulit,
- telinga berdenging,
- kejang,
- mual parah atau muntah, serta
- sesak napas.
Tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini. Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas.
Bila memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikan dengan dokter.
Ada beberapa kondisi yang membuat Anda tidak bisa mengonsumsi ergometrine. Beberapa kontraindikasi terhadap ergometrine adalah:
- alergi terhadap komposisi dari obat,
- hamil,
- preeklampsia,
- eklampsia,
- keguguran mendadak,
- menggunakan HIV protease inhibitors (delavirdine, indinavir, nelfinavir, ritonavir).
Selain obat HIV di atas, ada beberapa obat HIV yang membuat Anda tidak bisa menggunakan ergometrine, yaitu:
- efavirenz, a ketolide antibiotic (eg, telithromycin),
- a macrolide antibiotic (eg, clarithromycin, erythromycin), atau
- selective 5-HT agonists (eg, sumatriptan, eletriptan).
Apakah ergometrine aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Mengutip dari Medicines, ibu hamil tidak boleh mendapatkan ergometrine injeksi.
Bila posisi bayi sungsang, obat ini juga tidak akan dokter berikan sampai bayi lahir.
Selain itu, ergometrine injeksi dapat berdampak pada produksi ASI sehingga harus Anda hindari.
Selalu konsultasikan kepada dokter untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko sebelum menggunakan obat ini.
Agar lebih jelas, konsultasikan dengan dokter kandungan terlebih dahulu.
Interaksi obat ergometrine dengan obat lain
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.
Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-obatan resep/nonresep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apapun tanpa persetujuan dokter.
Ada beberapa jenis obat yang mengganggu kerja ergometrine, yaitu:
- vasokonstriktor atau simpatomimetik
- prostaglandin
- inhibitor CYP3A4: (antibiotik makrolida, troleandomycin, erythromycin, clarithromycin), HIV protease atau reverse transcriptase inhibitor (ritonavir, indinavir, nelfinavir, delavirdine), azole antifungals (itraconazole, ketoconazole, voriconazole), clotrimazole, ergot alkaloids (ergotamine), fluconazole, fluoxetine, fluvoxamine, nefazodone, saquinavir, atau zileuton.
- alkaloid ergot (methysergide)
- triptan (sumatriptan, zolmitriptan, rizatriptan, almotriptan, eletriptan)
Bila mengonsumsi obat di atas bersamaan dengan ergometrin, akan menimbulkan efek samping parah, seperti:
- kontraksi rahim berlebih (obat prostaglandin),
- keracunan ergotamine (kelompok obat inhibitor CYP3A4),
- meningkatkan risiko spasme arteri atau penyempitan otot arteri yang parah (alkaloid ergot)
- kontraksi dinding otot (triptan),
Hindari pemakaian obat tersebut secara bersamaan untuk menghindari kondisi semakin parah.
[embed-health-tool-bmi]