backup og meta
Kategori

2

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Mengenal Atonia Uteri, Penyebab Perdarahan Hebat Pasca Melahirkan

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 31/10/2022

Mengenal Atonia Uteri, Penyebab Perdarahan Hebat Pasca Melahirkan

Definisi

Apa itu atonia uteri?

Pengertian atonia uteri adalah sebuah kondisi serius yang dapat terjadi setelah seorang wanita melahirkan bayi.

Kondisi ini terjadi saat uterus atau rahim gagal mengalami kontraksi setelah melahirkan bayi lahir.

Itulah mengapa pengertian dari atonia uteri adalah kondisi serius yang masuk ke dalam salah satu komplikasi persalinan.

Atonia uteri dapat menjadi penyebab perdarahan postpartum yang mengancam nyawa.

Normalnya, otot-otot rahim seharusnya berkontraksi setelah melahirkan.

Tujuan kontraksi rahim ini yakni untuk membantu mengeluarkan plasenta atau ari-ari yang masih berada di dalam rahim.

Kontraksi rahim ini juga berguna untuk menekan pembuluh darah yang menempel pada plasenta. Penekanan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya perdarahan.

Jika kontraksi uterus tidak cukup kuat, otomatis pembuluh darah dapat mengeluarkan darah yang sangat banyak.

Alhasil, ibu bisa mengalami perdarahan dalam jumlah yang sangat banyak.

Atonia uteri adalah kondisi yang membutuhkan penanganan segera untuk menghentikan perdarahan dan menggantikan darah yang hilang.

Komplikasi persalinan yang satu ini memang dapat berisiko fatal.

Akan tetapi, bila dideteksi lebih awal diharapkan penanganan dan penatalaksanaan atau tatalaksana atonia uteri dapat dilakukan secepatnya.

Dengan begitu, kondisi ibu diharapkan cepat pulih dan membaik.

Tanda & Gejala

Apa saja gejala atonia uteri?

Atonia uteri adalah komplikasi melahirkan yang punya gejala atau tanda utama berupa rahim yang tampak rileks dan tidak berkontraksi pascapersalinan.

Bahkan, atonia uteri bisa dikatakan menjadi penyebab terbanyak munculnya perdarahan setelah melahirkan.

Ibu tergolong mengalami perdarahan setelah melahirkan ketika jumlah darah yang hilang yaitu lebih dari 500 mililiter (ml) usai plasenta dikeluarkan.

Proses pengeluaran plasenta merupakan tahap atau kala ketiga dalam melahirkan normal dengan posisi persalinan apa saja.

Sementara pada proses persalinan dengan operasi caesar, plasenta diambil oleh dokter setelah bayi berhasil dikeluarkan dari perut ibu.

Gejala lain yang dapat timbul apabila ibu mengalami perdarahan usai melahirkan, misalnya akibat rahim tidak kontraksi setelah melahirkan, adalah sebagai berikut:

  • Keluarnya darah yang sangat banyak dan tidak terkontrol setelah bayi dilahirkan
  • Tekanan darah menurun
  • Peningkatan denyut jantung
  • Jumlah sel darah merah di dalam tubuh ibu menurun
  • Rasa nyeri dan muncul pembengkakan pada vagina
  • Nyeri punggung

Gejala perdarahan usai melahirkan karena atonia uteri mungkin tampak sama seperti masalah kesehatan lainnya.

Maka itu, pastikan Anda berkonsultasi ke dokter untuk mencari tahu penyebab dan penanganan atau penatalaksanaan atau tatalaksana yang tepat terkait atonia uteri.

Penyebab

Apa saja penyebab atonia uteri?

Ada berbagai penyebab yang mendasari rahim gagal kontraksi setelah melahirkan alias atonia uteri.

Beragam penyebab atonia uteri adalah sebagai berikut:

  • Waktu melahirkan yang panjang atau terlalu lama
  • Waktu melahirkan yang terlalu cepat
  • Rahim yang meregang terlalu besar
  • Penggunaan oksitosin atau anestesi umum selama melahirkan
  • Pemberian induksi persalinan

Menjelang hari-H kelahiran tiba, pastikan ibu sudah merapikan berbagai persiapan persalinan serta perlengkapan melahirkan untuk ibu, bayi, dan ayah.

Jadi, bila tanda-tanda melahirkan sudah muncul, ibu bisa bergegas untuk pergi ke rumah sakit dengan membawa seluruh perlengkapan yang dibutuhkan.

Tanda-tanda persalinan akan tiba umumnya meliputi munculnya kontraksi asli persalinan, air ketuban pecah, hingga pembukaan lahiran.

Namun, usahakan ibu tidak keliru dalam membedakan kontraksi asli dan kontraksi palsu melahirkan.

Faktor Risiko

Apa saja faktor risiko atonia uteri?

Selain memiliki penyebab utama yang membuat rahim gagal kontraksi setelah melahirkan, komplikasi melahirkan yang satu ini juga dapat dipicu bila ibu memiliki faktor risiko.

Ya, kemungkinan ibu untuk mengalami rahim gagal kontraksi setelah melahirkan bisa semakin besar bila punya satu atau beberapa faktor risiko tertentu.

Berbagai faktor risiko atonia uteri adalah sebagai berikut:

  • Ibu berusia lebih dari 35 tahun
  • Ibu mengalami obesitas
  • Ibu melahirkan anak kembar
  • Ibu melahirkan bayi yang lebih besar dari kebanyakan bayi lainnya
  • Ibu memiliki terlalu banyak cairan ketuban (polihidramnion)
  • Ibu memiliki riwayat melahirkan yang banyak sebelumnya
  • Ibu memiliki mioma uteri atau fibroid rahim

Melahirkan bayi kembar membuat ibu memiliki risiko lebih besar untuk mengalami komplikasi melahirkan ini bila dibandingkan dengan melahirkan satu bayi saja.

Mengutip dari laman March of Dimes, hal tersebut karena melahirkan bayi kembar membuat rahim meregang lebih besar ketimbang hanya melahirkan satu bayi.

Hal yang sama juga berlaku bila ibu melahirkan bayi dengan ukuran tubuh yang lebih besar daripada ukuran tubuh bayi baru lahir pada umumnya, maka rahim juga akan semakin meregang.

Pernah melahirkan beberapa anak atau lebih dari satu kali serta proses melahirkan yang lama juga membuat ukuran rahim semakin meregang.

Berbagai kondisi tersebut yang memperbesar kemungkinan rahim ibu sulit mengalami kontraksi dengan baik setelah melahirkan.

Diagnosis

Bagaimana cara mendiagnosis atonia uteri?

Diagnosis yang dapat dilakukan dokter untuk mencari tahu adanya atonia uteri adalah dengan melihat apakah kontraksi rahim setelah melahirkan berjalan seperti yang seharusnya.

Ketika yang terjadi justru sebaliknya, yakni Anda mengalami perdarahan hebat setelah melahirkan akibat rahim gagal kontraksi, kondisi ini menandakan atonia uteri.

Melansir dari buku Uterine Atony yang dipublikasikan oleh StatPearls Publishing, diagnosa komplikasi melahirkan ini biasanya diketahui karena banyaknya darah yang hilang.

Jumlah darah yang hilang ini disertai dengan uterus yang membesar dan lemak alias tidak kontraksi setelah melahirkan.

Dokter dapat memperkirakan banyaknya perdarahan yang Anda alami dengan cara menghitung atau menimbang kain kassa yang digunakan untuk menyerap darah yang keluar.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan biasanya dalah memeriksa ada tidaknya robekan serviks atau vagina dan memastikan tidak ada sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim.

Dokter juga mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

  • Denyut jantung
  • Tekanan darah
  • Hb
  • Faktor pembekuan

Komplikasi

Apa saja komplikasi yang mungkin muncul akibat atonia urteri?

Atonia uteri adalah komplikasi yang menjadi penyebab terbanyak pada kasus perdarahan pascamelahirkan.

Perdarahan ini biasanya terjadi setelah plasenta berhasil dikeluarkan. Beberapa komplikasi dari atonia uteri antara lain adalah sebagai berikut:

  • Hipotensi ortostatik dengan gejala pusing karena rendahnya tekanan darah
  • Anemia
  • Kelelahan
  • Peningkatan risiko perdarahan pasca-melahirkan pada kehamilan berikutnya

Anemia dan kelelahan setelah melahirkan juga dapat meningkatkan risiko seorang ibu mengalami depresi postpartum.

Komplikasi yang paling serius dari atonia uteri adalah terjadinya syok akibat perdarahan yang hebat.

Kondisi ini bahkan dapat mengancam nyawa ibu.

Pengobatan

Bagaimana cara mengatasi atonia uteri?

Penanganan dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan menggantikan darah yang hilang.

Jika Anda mengalami perdarahan, Anda mungkin akan diberikan infus cairan, atau darah sesegera mungkin.

Penanganan rahim yang sulit kontraksi setelah melahirkan meliputi:

  • Pijat uterus atau rahim, dokter akan meletakkan satu tangan di vagina dan menekannya melawan rahim, sementara tangan yang lain menekan rahim melalui perut
  • Obat-obatan uterotonik seperti oxytocin dan methylergonovine
  • Transfusi darah

Penanganan atonia uteri pada kasus yang tergolong berat adalah sebagai berikut:

  • Operasi untuk mengikat pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan
  • Embolisasi arteri uterus atau rahim, dengan cara menyuntikkan partikel kecil ke dalam pembuluh arteri rahim untuk memblok aliran darah ke rahim
  • Histerektomi (jika pengobatan lain gagal)

Pencegahan

Bisakah mencegah kontraksi rahim gagal setelah melahirkan?

Atonia uteri adalah komplikasi melahirkan yang tidak selalu dapat dicegah.

Jika Anda memiliki risiko tinggi mengalami atonia uteri, pilihlah untuk melahirkan di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan yang memliki peralatan memadai.

Tujuannya agar bila terjadi masalah saat melahirkan, dokter dan tim medis dapat memberikan penanganan sesegera mungkin.

Sementara jika melahirkan di rumah, penanganan yang Anda dapatkan mungkin tidak secepat dan selengkap di rumah sakit.

Cairan infus dan obat-obatan yang diperlukan harus siap, begitu pula dengan tim medis untuk membantu penanganan nantinya.

Dokter akan memonitor tanda-tanda vital Anda secara terus menerus dan menghitung banyaknya perdarahan yang terjadi setelah melahirkan untuk memastikan terjadinya perdarahan atau tidak.

Pijat rahim segera setelah melahirkan plasenta juga dapat mengurangi risiko rahim sulit kontraksi setelah melahirkan.

Mengonsumsi vitamin prenatal seperti suplemen besi juga dapat mencegah terjadinya anemia dan komplikasi lain.

Anemia dan komplikasi lain ini yang nantinya dapat menimbulkan perdarahan setelah melahirkan akibat kontraksi rahim yang gagal.

Disclaimer

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 31/10/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan