backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Eklampsia, Komplikasi Penyakit Preeklampsia yang Tidak Ditangani

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 25/05/2021

Eklampsia, Komplikasi Penyakit Preeklampsia yang Tidak Ditangani

Sering kali disamakan dengan preeklampsia, nyatanya eklampsia adalah kondisi yang berbeda. Meski sama-sama berkaitan dengan tekanan darah yang tinggi saat hamil, Anda tak bisa menyamakannya. Agar tak keliru, yuk simak ulasan lengkap tentang eklampsia berikut ini.

Apa itu eklampsia?

Eklampsia adalah bentuk komplikasi kehamilan parah dari preeklampsia. Dengan kata lain, eklampsia adalah kondisi yang dapat diartikan sebagai tekanan darah tinggi yang menyebabkan serangan kejang pada masa kehamilan. 

Ini adalah kondisi yang langka atau jarang terjadi, tetapi cukup serius. Kebanyakan kasus terjadi di masa akhir kehamilan. Rata-rata kasusnya menyerang kehamilan yang pertama kali. 

Kejang akibat eklampsia tidak disebabkan oleh gangguan pada otak secara langsung seperti kejang atau epilepsi.

Ini karena eklampsia dapat menyerang plasenta, yaitu organ yang mengantarkan oksigen, darah, dan nutrisi pada janin.

Adanya peningkatan tekanan darah pada tubuh dapat mengurangi aliran darah sehingga plasenta tidak dapat berfungsi dengan baik.

Eklampsia adalah kondisi yang bisa menyebabkan bayi Anda lahir dengan berat badan rendah (BBLR) atau kondisi kesehatan lainnya.

Adanya masalah dengan plasenta sering kali mengharuskan bayi lahir prematur demi kesehatan dan keamanan ibu serta bayinya.

Pada kasus yang langka, eklampsia adalah kondisi yang bisa berakibat fatal. Pasalnya, kompikasi kehamilan ini dapat menyebabkan ibu atau bayi lahir mati (stillbirth).

Ibu hamil sangat berisiko tinggi terkena eklampsia saat memakai cara mengejan yang kurang tepat ketika persalinan. Meski begitu, sebagian besar gejala dari penyakit ini terbilang cukup ringan.

Pemantauan dan perubahan pola makan serta gaya hidup harian biasanya harus rutin dilakukan untuk memperbaiki kondisi ibu dan bayi.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Eklampsia termasuk komplikasi kehamilan yang tidak terlalu banyak terjadi alias langka. Kondisi ini bisa menyerang sekitar 1 dari setiap 200 ibu hamil yang mengalami preeklampsia.

Bahkan, Anda berisiko mengalami komplikasi kehamilan ini meskipun tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya.

Namun, Anda dapat mengurangi risiko terserang penyakit ini dengan mengurangi faktor risiko yang dimiliki.

Konsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & Gejala eklampsia

Kondisi ini bisa menimbulkan gejala kapan saja selama masa kehamilan.

Baik itu di trimester pertama, kedua, atauketiga kehamilan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, preeklampsia saat hamil bisa berkembang menjadi eklampsia.

Oleh karena itu, Anda bisa saja mengalami gejala dari kedua penyakit tersebut sekaligus, atau hanya gejala eklampsia saja.

Berbagai gejala umum dari eklampsia adalah sebagai berikut:

  • Tubuh kejang
  • Agitasi parah seperti stres dan depresi
  • Tubuh tidak sadarkan diri

Sementara itu, gejala preeklampsia yang dapat dialami oleh kebanyakan wanita adalah sebagai berikut ini:

  • Sakit kepala.
  • Mual dan muntah.
  • Sakit perut, terutama di sebelah kanan atas. 
  • Pembengkakan pada tangan, kaki dan wajah.
  • Peningkatan tekanan darah.
  • Penambahan berat badan berlebih, bisa mencapai lebih dari 2 kilogram per minggu.
  • Gangguan pada penglihatan, seperti kehilangan penglihatan, pandangan kabur, pandangan ganda atau area yang hilang dalam bidang visual.
  • Kesulitan buang air kecil.

Dikarenakan preeklampsia adalah kondisi yang dapat menyebabkan eklampsia, Anda mungkin akan mengalami kedua kondisi sekaligus.

Namun, beberapa gejala dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti penyakit ginjal atau diabetes.

Kehadiran gejala eklampsia bisa datang bersamaan dengan gejala preeklampsia atau hadir dengan sendirinya tanpa gejala preeklampsia sebelumnya.

Penting untuk segera memeriksakan kondisi kesehatan diri ke dokter, agar dapat dicari tahu kemungkinan penyebab yang mendasarinya.

Jika perlu, sebaiknya catat semua gejala yang dirasakan dan beri tahu pada dokter.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikan dengan dokter.

Frekuensi kejang karena eklampsia

Salah satu tanda dari eklampsia adalah kejang yang terjadi saat hamil atau setelah kelahiran. Kejang bisa terjadi lebih dari satu kali dengan durasi rata-rata 60-75 detik.

Durasi kejang yang dialami terjadi dua fase, yaitu fase satu ketika 15-20 detik pertama, yang ditandai dengan wajah berkedut, tubuh mulai kaku, dan otot menegang.

Sementara fase kedua berlangsung selama 60 detik yang ditandai dengan otot wajah serta kelopak mata yang bergerak-gerak.

Kemudian, semua otot tubuh mulai bergantian kejang. Setelah itu, orang yang kejang akibat eklampsia umumnya akan tidak sadar selama beberapa saat. Masa ini yang kemudian menjadi masa kritis.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui kondisi Anda dan bayi sudah pasti harus selalu rutin dilakukan.

Namun, selain itu, dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika merasa muncul berbagai tanda dan gejala preeklampsia yang bisa berkembang menjadi eklampsia.

Jangan tunda untuk mengonsultasikan pada dokter terkait kondisi apa pun yang tidak biasa Anda alami. Sebagai contoh jika muncul perdarahan, sakit kepala parah, atau pergerakan janin berkurang secara tiba-tiba.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikan dengan dokter. Ini karena kondisi kesehatan tubuh masing-masing orang berbeda.

Penyebab eklampsia

Eklampsia merupakan kondisi yang sering kali terjadi setelah preeklampsia yang ditandai dengan tekanan darah tinggi setelah minggu ke-20 kehamilan.

Apabila preeklampsia memburuk dan menyerang otak Anda, kondisi ini bisa mengakibatkan kejang atau koma.

Itu tandanya, Anda sudah terkena eklampsia, seperti mengutip dari Mayo Clinic. Penyebab dari komplikasi kehamilan ini sebenarnya belum diketahui secara pasti.

Namun, kondisi ini diperkirakan terjadi karena adanya fungsi serta bentuk yang tidak normal pada plasenta.

Berbagai kondisi yang berpotensi mengarah pada eklampsia adalah sebagai berikut:

Tekanan darah tinggi

Preeklampsia berawal ketika tekanan darah meningkat di dalam tubuh, sekitar di atas 140/90 mmHg.

Saking tingginya, tekanan darah ini bisa sampai merusak arteri dan pembuluh darah lainnya, sehingga membatasi dan mengganggu aliran darah tubuh.

Biasanya kondisi ini terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu

Selanjutnya, kondisi ini berisiko mengakibatkan pembengkakan pada pembuluh darah di otak ibu hamil maupun bayi di dalam kandungan.

Jika aliran darah yang tidak normal ini sampai memengaruhi kerja otak, di saat itulah kejang bisa muncul.

Akibatnya, timbul komplikasi yang lebih parah berupa eklampsia yang ditandai dengan kejang pada tubuh.

Proteinuria

Adanya protein di dalam urine atau dikenal sebagai proteinuria dapat menjadi indikator awal penyebab preeklampsia yang akhirnya berkembang menjadi eklampsia.

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan urine terlebih dahulu untuk lebih memastikan kondisi ini.

Apa yang meningkatkan risiko saya terkena eklampsia?

Melansir dari Medline Plus, berbagai faktor yang membuat seseorang berisiko tinggi mengalami eklampsia adalah sebagai berikut:

  • Berusia di atas 35 tahun saat hamil.
  • Berusia di bawah 20 tahun saat hamil.
  • Kehamilan pertama.
  • Kehamilan kembar dua, tiga, atau lebih.
  • Diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, atau kondisi lain yang mempengaruhi pembuluh darah.
  • Riwayat keluarga pernah memiliki penyakit preeklampsia atau eklampsia sebelumnya.
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas. 

Lupus adalah kondisi medis lainnya yang diyakini juga berpotensi menjadi salah faktor risiko munculnya komplikasi eklampsia selama masa kehamilan.

Bagaimana cara mendiagnosis eklampsia?

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Jika Anda diduga atau memiliki riwayat komplikasi kehamilan berupa preeklampsia sebelumnya, dokter akan melakukan tes untuk menentukan kebenaran kondisi ini.

Akan tetapi, bila tidak memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya, dokter akan melakukan tes terkait untuk menentukan penyebab timbulnya kejang. 

Berikut adalah berbagai tes untuk mendiagnosis adanya eklampsia saat hamil:

Tes darah

Ada beberapa jenis tes darah yang bisa dilakukan dokter guna mengetahui kondisi kesehatan.

Tes ini meliputi hematokrit yang mengukur seberapa banyak sel darah merah pada darah dan pengukuran jumlah trombosit untuk melihat proses pemembekuan darah dalam tubuh.

Tes darah juga berguna untuk membantu memeriksa fungsi organ ginjal dan hati.

Tes kreatinin

Kreatinin adalah produk sisa pada tubuh yang dihasilkan oleh otot. Normalnya, organ ginjal lah yang bertugas menyaring kreatinin dari dalam darah.

Namun, apabila glomerulus tidak bekerja dengan benar, jumlah kreatinin di dalam darah akan menumpuk.

Meski tidak selalu, tetapi adanya terlalu banyak kreatinin dalam darah yang dapat mengindikasikan preeklampsia untuk kemudian mengarah pada eklampsia.

Tes urine

Tes urine bisa dilakukan dokter untuk melihat adanya protein di dalam urine yang menandakan fungsi ginjal telah terganggu. 

Pengobatan untuk eklampsia

Melahirkan bayi lebih cepat sebelum waktunya merupakan salah satu cara untuk mengatasi preeklampsia maupun eklampsia.

Hal ini dikarenakan melanjutkan kehamilan sementara ibu didiagnosis preeklampsia adalah hal yang fatal dan bisa menyebabkan komplikasi yang lebih berbahaya.

Namun sebelumnya, dokter biasanya akan mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit dan kondisi kesehatan bayi di dalam kandungan. Biasanya dilakukan operasi caesar untuk menyelamatkan bayi.

Bahkan sebelum berkembang menjadi eklampsia, dokter umumnya akan memberikan beberapa jenis obat-obatan untuk mengatasi preeklampsia ringan.

Penggunaan obat-obatan ini bertujuan untuk memantau dan menjaga tekanan darah dalam kisaran yang aman, setidaknya sampai bayi siap untuk dilahirkan.

Jika kondisi eklampsia yang diakibatkan oleh preeklampsia tergolong parah atau terlambat ditangani dengan benar, dokter biasanya memilih untuk mempercepat waktu kelahiran.

Persalinan lebih awal dapat terjadi di antara minggu ke-32 dan ke-36 pada kehamilan, jika kemunculan gejala sangat berbahaya atau pemberian obat tidak bekerja.

Selanjutnya, rencana perawatan ditentukan oleh kondisi tubuh dan tingkat keparahan penyakit yang Anda miliki.

Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan untuk membantu mengatasi kejang, yang disebut obat antikonvulsan.

Obat penurun tekanan darah juga bisa diberikan. Anda biasanya disarankan untuk dirawat di rumah sakit terlebih dahulu sampai waktu melahirkan tiba.

Dengan begitu, kondisi kesehatan Anda dan bayi di dalam kandungan bisa dipantau oleh dokter dan tim medis secara berkala.

Jika terjadi komplikasi, Anda mungkin akan mengalami kondisi darurat medis seperti solusio plasenta.

Solusio plasenta adalah kondisi yang menyebabkan plasenta atau organ yang melindungi dan menutrisi janin, terlepas dari rahim.

Oleh karena itu, mendapatkan perawatan medis yang baik untuk preeklampsia dapat mencegah eklampsia.

Pastikan untuk berbicara dengan dokter tentang semua gejala tidak normal yang Anda alami selama masa kehamilan.

Pengobatan di rumah untuk eklampsia

Apabila mengalami tanda-tanda atau gejala preeklampsia pada awal kehamilan, dokter akan meminta Anda untuk memperbanyak istirahat di rumah selama beberapa minggu.

Hal ini berarti Anda disarankan untuk berhenti bekerja, mengurangi aktivitas fisik, dan menghabiskan banyak waktu untuk istirahat.

Beberapa tindakan yang biasanya dianjurkan dokter untuk memantau kondisi eklampsia adalah sebagai berikut:

  • Memantau tekanan darah.
  • Melakukan pemeriksaan urine untuk mendeteksi adanya protein.
  • Menimbang berat badan.
  • Memonitor pergerakan janin atau jumlah tendangan di dalam kandungan. 

Setiap kali melakukan pemeriksaan sendiri atau dengan dokter, selalu catat hasilnya. Konsultasikan semua keluhan dan hasil pemeriksaan saat melakukan pemeriksaan ke dokter. 

Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah eklampsia?

Sebelumnya telah disebutkan bahwa meski tekanan darah tinggi diduga menjadi salah satu penyebab utama dari kondisi ini, eklampsia belum dapat diketahui secara pasti.

Itu sebabnya, masih belum diketahui pula bagaimana cara tepat untuk mencegah komplikasi kehamilan ini.

Sejauh ini, pemberian aspirin berpotensi memiliki efek perlindungan pada wanita dengan faktor risiko preeklampsia agar tidak berkembang menjadi eklampsia.

Konsultasikan dengan dokter jika memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya. Dokter biasanya akan mempertimbangkan pemberian obat tersebut beserta dosis minumnya.

Pemberian ini disesuaikan dengan kondisi kesehatan Anda dan bayi di dalam kandungan. Bila ada pertanyaan, konsultasikan dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Disclaimer

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 25/05/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan