Digoxin adalah salah satu obat yang paling sering diresepkan untuk mengatasi gagal jantung kongestif dan gangguan detak jantung. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet.
Golongan obat: antiaritmia
Merek dagang: Fargoxin, Digoxin, Cardoxin, Lanoxin
Apa itu obat digoxin?
Digoksin atau digoxin adalah obat golongan glikosida jantung yang digunakan untuk mengobati gagal jantung serta denyut jantung tidak teratur (aritmia).
Pengobatan ini dapat menurunkan risiko penggumpalan darah, yang mana merupakan penyebab serangan jantung dan stroke.
Selain itu, penggumpalan darah juga dapat menjadi penyebab serangan jantung dan stroke di usia muda.
Obat ini bekerja pada elektrolit tertentu (natrium dan kalium) di dalam sel jantung. Manfaat digoksin adalah menurunkan ketegangan jantung dan membantu agar denyut jantung tetap normal, teratur, dan kuat.
Digoxin merupakan obat keras yang masuk ke dalam golongan K. Obat dengan simbol K pada kemasannya hanya bisa diperoleh dengan resep dokter.
Sediaan dan dosis digoxin
Digoxin tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, cairan minum, dan suntik. Dosis penggunaannya, harus disesuaikan dengan kondisi Anda.
Untuk mendapatkan dosis yang tepat, Anda sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter sebelum menggunakan obat ini.
Berikut adalah dosis digoksin yang direkomendasikan berdasarkan jenis penyakitnya.
Gagal jantung kongestif
- Tablet: dosis awal berkisar dari 500 sampai 750 mcg biasanya menunjukkan efek dalam kurun waktu 0,5–2 jam dengan efek maksimal dalam 2–6 jam. Dosis tambahan 125–375 mcg dapat diberikan dalam interval waktu sekitar 6–8 jam.
- Kapsul: dosis awal berkisar 400–600 mcg biasanya menunjukkan efek dalam 0,5–2 jam dengan efek maksimal dalam 2–6 jam. Dosis tambahan 100–300 mcg dapat diberikan dengan hati-hati dengan interval waktu sekitar 6–8 jam.
- Suntik: dosis awal: 400–600 mcg biasanya menunjukkan efek dalam 5–30 menit dengan efek maksimal dalam 1–4 jam. Dosis tambahan 100–300 mcg dapat diberikan dengan hati-hati dengan interval 6–8 jam.
Fibrilasi atrium
- Suntik: 8–12 mcg/kg, 50% dosis diberikan di awal, kemudian diikuti pemberian 25% dosis lanjutan setiap 6–8 jam sebanyak 2 kali.
- Tablet: 10–15 mcg/kg, 50% dosis diberikan di awal, kemudian diikuti pemberian 25% dosis lanjutan setiap 6–8 jam sebanyak 2 kali.
- Cairan minum: 10–15 mcg/kg, 50% dosis diberikan di awal, kemudian diikuti pemberian 25% dosis lanjutan setiap 6–8 jam sebanyak 2 kali.
Sementara itu, pada keadaan darurat, obat akan diberikan melalui infus intravena dengan dosis 250–500 mcg dalam waktu 15–20 menit.
Selanjutnya, pemberian obat terbagi setiap 4 hingga 8 jam hingga total dosis muatan 0,5 mg–1 mg terpenuhi, tergantung respons jantung.
Untuk pasien bayi dan anak-anak di bawah 10 tahun, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter sebelum memberikan obat ini. Nantinya, dokter akan memberikan dosis berdasarkan usia dan berat badan pasien.
Aturan pakai digoxin
Obat ini bisa diminum dengan atau tanpa makanan, biasanya sekali sehari atau sesuai anjuran dokter.
Jika Anda meminum obat ini dalam bentuk cair, gunakan alat pengukur obat untuk mengukur dosis yang tepat sesuai yang diresepkan.
Tubuh dapat tidak menyerap digoksin secara optimal jika Anda juga memakan makanan tinggi serat atau menggunakan obat lain.
Jadi, gunakan obat ini minimal dua jam sebelum atau setelah makan produk makanan tinggi serat.
Jika Anda menggunakan cholestyramine, colestipol, or psyllium, tunggu minimal dua jam setelah menggunakan digoksin.
Gunakan dalam waktu yang jauh berbeda apabila Anda juga menggunakan obat seperti antasida, kaolin-pektin, susu magnesium, metoclopramide, sulfasalazine, atau aminosalicylic acid.
Gunakan obat ini secara teratur untuk mendapatkan manfaat maksimal. Untuk mempermudah Anda, gunakan obat setiap hari pada waktu yang sama.
Jangan berhenti minum obat secara mendadak tanpa sepengetahuan dokter karena ini berpotensi memperparah kondisi Anda. Ikuti aturan yang diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum memulai pengobatan.
Efek samping digoxin
Sama seperti obat lain, penggunaan digoxin juga dapat memicu kemunculan sejumlah efek samping. Namun, efek samping pada masing-masing orang mungkin akan berbeda, begitu pula tingkat keparahannya.
Efek samping digoxin adalah sebagai berikut.
- Mual dan muntah.
- Diare.
- Nafsu makan menurun.
- Lemas atau pusing.
- Sakit kepala, cemas, depresi.
- Ruam kulit ringan.
Beberapa orang mungkin akan mengalami efek samping yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Peringatan dan perhatian saat pakai digoksin
Digoxin adalah obat yang tidak boleh dikonsumsi sembarangan dan harus sesuai rekomendasi dokter. Berikut merupakan beberapa hal yang harus diketahui sebelum minum obat ini.
- Beri tahu dokter dan apoteker jika Anda alergi terhadap digoxin, digitoxin, atau obat lainnya.
- Beri tahu dokter dan apoteker Anda rutin mengonsumsi obat resep dan nonresep, khususnya antasida, antibiotik, kalsium, kortikosteroids, diuretik (pil air), vitamin, serta obat lain untuk penyakit jantung atau penyakit tiroid.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang atau pernah memiliki masalah tiroid, aritmia jantung, kanker, atau penyakit ginjal.
- Beri tahu dokter jika Anda hamil, berencana hamil, atau sedang menyusui. Jika Anda akan hamil dan sedang mengonsumsi digoxin, konsultasikan dengan dokter Anda.
- Bicarakan dengan dokter Anda mengenai risiko dan keuntungan menggunakan digoxin jika Anda berusia 65 tahun atau lebih. Lansia seharusnya menggunakan digoxin dosis rendah karena dosis lebih tinggi dapat menyebabkan efek samping yang serius.
- Jika Anda akan menjalani operasi, seperti operasi gigi, beri tahu dokter atau dokter gigi bahwa Anda menggunakan digoxin.
- Anda harus tahu bahwa obat ini dapat membuat Anda mengantuk. Jangan menyetir mobil atau menjalankan kendaraan bermesin hingga efek obat sudah habis.
Apakah digoxin aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Studi pada perempuan menunjukkan bahwa digoksin berisiko minimal pada bayi jika digunakan saat menyusui.
Sementara itu, belum ada penelitian yang memadai mengenai risiko penggunaan obat ini pada ibu hamil atau menyusui.
Digoksin termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori C menurut US Food and Drugs Administration (FDA) AS, atau setara dengan badan POM di Indonesia. Artinya, penggunaan obat mungkin dapat berdampak pada janin.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan obat ini, pastikan Anda menyampaikan kehamilan atau kondisi kesehatan lainnya yang Anda miliki kepada dokter.
Tindakan ini dapat mengurangi potensi risiko yang mungkin ditimbulkan.
Interaksi dengan obat lain
Sebelum mengonsumsi digoxin, jangan lupa mengingat apa saja obat yang sedang Anda konsumsi. Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan kinerja digoxin atau meningkatkan risiko efek sampingnya.
Menurut laman National Health Service (NHS) UK, berikut merupakan daftar obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan digoxin.
- Obat-obatan untuk aritmia, penyakit jantung, atau penurun tekanan darah tinggi seperti amiodarone, verapamil, atau diltiazem.
- Obat diuretik seperti furosemide.
- Obat antibiotik atau antijamur seperti tetracycline, clarithromycin, erythromycin, rifampicin, trimethoprim, atau itraconazole.
- Obat untuk rheumatoid arthritis seperti ibuprofen, diclofenac, indomethacin, hydroxychloroquine, atau klorokuin.
- Obat HIV seperti atazanavir, darunavir, ritonavir, dan saquinavir.
Digoxin adalah obat yang digunakan untuk membantu mengobati gagal jantung serta fibrilasi atrium kronis. Dosis penggunaannya bergantung pada kondisi Anda dan harus sesuai dengan rekomendasi dokter.
[embed-health-tool-bmi]