backup og meta

4 Gejala Keracunan Jengkol dan Cara Penanganan yang Tepat

4 Gejala Keracunan Jengkol dan Cara Penanganan yang Tepat

Untuk Anda yang suka makan jengkol, apakah Anda tahu jengkol bisa menyebabkan keracunan? Kebanyakan masyarakat menyebut kondisi ini dengan “kejengkolan”. Keracunan jengkol ternyata bisa menimbulkan dampak yang serius, terutama pada ginjal. Ketahui gejalanya agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

Tanda dan gejala keracunan jengkol

Keracunan jengkol adalah keracunan makanan yang muncul akibat makan jengkol berlebihan. Hal ini terjadi karena jengkol mengandung asam jengkolat yang tinggi.

Jika dikonsumsi berlebihan, asam jengkolat dapat mengendap dan membentuk kristal di ginjal serta saluran kemih. 

Ciri-ciri keracunan jengkol rata-rata muncul 2 – 12 jam setelah makan jengkol, tapi ada juga yang baru muncul setelah 36 jam. Berikut ini ciri-ciri kejengkolan yang umum terjadi. 

1. Nyeri perut dan pinggang

Perut kembung setiap pagi

Pada sebagian orang, makan jengkol berlebihan bisa menyebabkan sakit perut dan nyeri pinggang.

Endapan kristal bisa menekan ginjal dan kandung kemih dan mengganggu fungsinya sehingga menyebabkan rasa nyeri.

Pada kasus kejengkolan yang berat, penderitanya mungkin merasakan sakit perut hebat yang terkadang disertai dengan pusing, mual, dan muntah.  

2. Nyeri saat buang air kecil

Gejala kejengkolan lainnya yang umum terjadi adalah timbul rasa nyeri saat buang air kecil atau anyang-anyanganDalam dunia medis, kondisi ini disebut juga dengan disuria.

Hal ini mungkin terjadi karena endapan atau kristal yang terbentuk dari asam jengkolat mengiritasi saluran kemih.

3. Sulit buang air kecil

Selain timbul nyeri saat buang air kecil, orang yang mengalami keracunan jengkol terkadang mengeluhkan kesulitan buang air kecil (anuria). 

Saat buang air kecil, volume urine yang keluar juga cenderung lebih sedikit dari biasanya.

Hal ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman karena buang air kecil belum tuntas. Gejala anyang-anyangan pun bisa berlanjut. 

 4. Urine berdarah

Studi kasus dalam International Medical Case Reports Journal menunjukkan bahwa pasien dengan kejengkolan dapat mengalami kencing berdarah.

Kencing berdarah atau hematuria ini terjadi karena kristal pada batu ginjal menyebabkan luka dan iritasi pada ureter dan mengakibatkan darah ikut keluar saat buang air kecil. 

Kencing berdarah biasanya ditandai dengan urine berwarna merah, merah muda, atau kecokelatan. Kondisi ini juga bisa disertai dengan rasa panas saat buang air kecil.

Cara mengatasi keracunan jengkol

cara mengobati keracunan makanan di rumah cara mengatasi keracunan makanan

Pengobatan kejengkolan bisa berbeda-beda tergantung dengan gejala yang dialami.

Karena bisa menimbulkan endapan pada ginjal, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami gejala kejengkolan.

Di bawah ini adalah pengobatan dan perawatan rumahan untuk mengatasi keracunan jengkol.

  • Obat diuretik: dokter bisa memberikan diuretik dan pemasangan kateter urine. Ini bertujuan meningkatkan aliran urine, sehingga endapan kristal asam jengkolat dapat ikut terbuang melalui urine.
  • Dialisis: dilakukan pada kasus yang berat jika menyebabkan gagal ginjal akut.
  • Perbanyak minum air putih: asupan cairan dengan minum air putih dapat membantu mengeluarkan kristal atau endapan asam jengkolat melalui urine.
  • Hindari konsumsi makanan asam atau pedas: makanan bersifat asam dan pedas bisa memperparah nyeri perut yang dialami. 

Dengan pengobatan yang tepat, keracunan jengkol biasanya dapat membaik dalam beberapa minggu. 

Untuk mencegah kejengkolan, sebaiknya Anda menghindari terlalu banyak makan jengkol. Hindari juga mengonsumsi jengkol dalam keadaan mentah karena mengandung asam jengkolat yang tinggi.

Ringkasan


  • Keracunan jengkol terjadi karena asam jengkolat membentuk kristal di ginjal dan saluran kemih akibat konsumsi jengkol berlebihan.
  • Gejala kejengkolan umumnya berupa nyeri perut dan pinggang, susah buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, hingga urine berdarah.
  • Kondisi ini dapat sembuh dengan pengobatan yang tepat oleh dokter.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Amelia, R., & Pauta, V. N. D. (2023). Diagnosis dan Tata Laksana Intoksikasi Asam Jengkolat. Cermin Dunia Kedokteran, 50(8), 426-428.

Bunawan, N. C., Rastegar, A., White, K. P., & Wang, N. E. (2014). Djenkolism: case report and literature review. International Medical Case Reports Journal, 79-84.

Sumitro, K., Yong, C. S., Tan, L. T., Choo, S., Lim, C. Y., Shariman, H., … & Chong, V. H. (2020). An unusual cause of acute abdomen and acute renal failure: Djenkolism. Malaysian Family Physician:, 15(2), 50.

Kandarini, Y., Sridana, M. E., & Mahadita, G. W. (2021). Acute kidney injury in patient with djenkolism: a case report. Bali Medical Journal, 10(1), 199-201.

Ismail, S. H. M., Xin, T. H., & Abdullah, R. (2017). 044 Djengkol – The Risky Little Bean. Kidney International Reports, 2(4), S28.

Versi Terbaru

05/06/2024

Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Benarkah Makan Jengkol dan Petai Sekaligus Bikin Sakit Perut?

Bolehkah Ibu Hamil Makan Jengkol? Ini Penjelasan dari Sisi Medis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui 05/06/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan