
Zat kimia ini sebenarnya pernah digunakan sejak tahun 1870 sebagai pengawet makanan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, khususnya ragi (jamur).
Namun, penggunaan boraks pada zaman tersebut terbilang masih dalam batas yang aman.
Penggunaan boraks sebagai zat tambahan atau zat aditif dalam makanan sudah dilarang dalam undang-undang di banyak negara, termasuk di Indonesia.
Bahan ini menyebabkan bahaya kesehatan jika digunakan secara ilegal dengan dosis yang berlebihan.
Sayangnya, masih saja banyak oknum pedagang yang menyalahgunakan boraks pada makanan sebagai pengawet, pengenyal, dan menambah kerenyahan makanan.
Beberapa contoh makanan yang mengandung boraks, di antaranya bakso, mi, gorengan, kerupuk, ketupat, lontong, dan cimol.
Ringkasan
Boraks adalah yang bubuk kristal yang mengandung boron. Bahan ini tidak boleh digunakan sebagai zat aditif pada makanan.
Bahaya boraks dalam makanan

Ketika tertelan dalam dosis tinggi, bahan ini dapat meracuni semua sel-sel tubuh dan menyebabkan kerusakan organ.
Mengonsumsi makanan tinggi boraks bisa menyebabkan serangkaian gejala, di antaranya:
- sakit kepala,
- demam,
- tidak enak badan (malaise),
- muntah warna biru kehijauan,
- nyeri hebat pada perut bagian atas,
- diare,
- kejang,
- gelisah,
- urine berkurang atau tidak ada,
- kedutan pada otot,
- lemah, lesu, dan tak bertenaga, serta
- perdarahan di usus atau lambung disertai dengan muntah darah.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar