backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Manfaat dan Risiko Menjalani Diet Alkaline

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh dr. Ivena · Tanggal diperbarui 07/07/2021

    Manfaat dan Risiko Menjalani Diet Alkaline

    Mungkin saat ini Anda sendiri sedang berpikir untuk ikut menjalani program diet bernama alkaline yang sempat hangat dibicarakan publik. Sebelum memulai, ada baiknya Anda baca dulu informasi lengkap seputar diet alkaline dalam artikel ini.

    Apa itu diet alkaline?

    makanan ph basa

    Diet alkaline adalah diet yang dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang bersifat basa dan bertujuan untuk menyeimbangkan tingkat keasaman (pH) dalam tubuh.

    Diet ini diciptakan dengan dasar teori bahwa beberapa makanan dapat menyebabkan tubuh memproduksi asam yang berlebihan. Kadar asam yang lebih tinggi daripada basa pada tubuh bisa menimbulkan masalah pada kesehatan Anda.

    Tingkat pH diukur menggunakan skala dari angka 0 – 14. Semakin tinggi angkanya, pH akan semakin bersifat basa. Sedangkan, bila angkanya semakin rendah, pH akan semakin bersifat asam.

    Apa manfaat dari diet alkaline?

    Tubuh manusia pada umumnya bersifat basa karena memiliki pH normal antara 7,35 – 7,45. Namun, kondisi kesehatan, seperti diare dan gangguan ginjal, dapat mengubah pH tubuh menjadi asam.

    Kadar pH yang tidak seimbang dapat berdampak buruk pada kesehatan, salah satunya peningkatan risiko penyakit jantung dan berbagai penyakit tulang-sendi-otot.

    Diet alkaline bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan pH tubuh. Kadar pH yang seimbang berperan penting dalam peningkatan produksi hormon pertumbuhan.

    Pada wanita yang sudah menopause, peningkatan hormon pertumbuhan dapat membantu memelihara fungsi jantung dan meningkatkan kemampuan kognitif otak untuk berpikir dan mengingat.

    Selain bagus untuk menetralkan pH tubuh, makanan bersifat basa baik untuk mencegah hipertensi dan risiko stroke.

    Tak hanya itu, kadar pH tubuh yang bersifat basa dapat membantu penyerapan vitamin D dan mineral magnesium dengan lebih baik. Asupan vitamin D yang optimal dapat membantu mengurangi nyeri pada tulang belakang.

    Khususnya bagi orang-orang yang menjalani kemoterapi, diet alkaline dapat membantu tubuh untuk menyerap obat lebih efektif. Pasalnya, efektivitas beberapa obat kemo seperti epirubicin dan adriamycin akan lebih efektif bekerja pada lingkungan pH basa.

    Efek kemoterapi juga dapat menyebabkan kematian sel. Risiko efek samping ini dapat meningkat bila pH tubuh asam. Oleh karena itu, diet alkaline dapat membantu mencegah atau mengurangi risikonya.

    Diet bersifat basa ini juga dinilai efektif sebagai cara detoks untuk membuang segala macam zat asing yang bersifat racun bagi tubuh. Dengan begitu, tubuh akan terasa lebih sehat dan bugar.

    Apakah ada risiko dari diet ini?

    laki-laki pegal karena kekurangan vitamin C

    Meski memiliki segudang manfaat bagi kesehatan tubuh, diet alkaline sama sekali tidak memperhitungkan asupan protein yang memang banyak terkandung dalam makanan bersifat basa (daging, susu, dan produk olahan susu).

    Padahal, tubuh tetap membutuhkan asupan protein agar bisa berfungsi normal. Kekurangan protein dalam jangka panjang justru dapat merugikan kesehatan tubuh.

    Untuk menyiasatinya, Anda dapat memilih sumber protein hewani lainnya, seperti ikan atau daging ayam tanpa kulit yang digabungkan dengan berbagai sayur saat waktunya makan. Sebisa mungkin makan daging 2 – 3 kali saja dalam 1 minggu.

    Panduan menjalani diet alkaline

    Sebenarnya tidak ada panduan langkah demi langkah untuk menjalani diet ini. Yang perlu Anda lakukan hanya memperbanyak makan makanan yang bersifat basa dan mengurangi makanan yang bersifat asam.

    Berdasarkan tingkat pH-nya, makanan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu yang bersifat asam, netral, dan basa. Di bawah ini beberapa contoh makanan dari ketiganya.

    • Asam: keju, daging-dagingan, daging kalengan, susu, minuman beralkohol, dan minuman bersoda.
    • Netral: lemak alami, pati, dan gula.
    • Basa: buah-buahan (semangka, melon, mangga, pir), sayuran (bayam, brokoli, buncis), bawang putih, dan jahe.

    Perlu Anda ketahui, makanan yang bersifat netral biasanya memiliki pH sekitar 7. Nah, dari daftar makanan di atas, pola makan bersifat basa menganjurkan Anda untuk lebih banyak makan buah dan sayuran.

    Bila perlu, ganti karbohidrat dengan sayuran seperti wortel atau zucchini sebagai pengganti pasta atau kembang kol dicincang halus sebagai pengganti nasi. Bisa juga konsumsi karbohidrat yang tinggi serat seperti nasi merah atau nasi dari beras cokelat.

    Kurangi asupan minuman yang terlalu manis seperti minuman kemasan atau minuman bersoda. Lebih baik perbanyak minum air putih sekiranya sebanyak dua liter per hari.

    Sebagai alternatif, Anda bisa juga menambahkan perasan jeruk nipis segar dalam air putih. Jangan salah, meski rasanya asam, buah jeruk memberikan efek alkali (basa) pada tubuh.

    Perlu diingat bahwa Anda tetap harus mendapatkan asupan protein dari makanan hewani. Namun, batasi atau ganti dengan pilihan yang lebih sehat seperti daging dada ayam yang mengandung sedikit lemak atau telur.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh dr. Ivena · Tanggal diperbarui 07/07/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan