Rematik atau rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh justru balik menyerang persendian yang sehat. Akibatnya, persendian jadi nyeri, kaku, bengkak, dan timbul gejala rematik lainnya. Ada berbagai cara mengobati rematik yang biasanya direkomendasikan dokter untuk mengatasi penyakit ini. Apa saja obat dan pengobatan untuk rematik atau rheumatoid arthritis tersebut?
Obat dan pengobatan untuk penyakit rematik atau rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis (RA) atau rematik adalah salah satu jenis arthritis yang tidak dapat disembuhkan total. Pengobatan yang diberikan umumnya untuk mengurangi peradangan, meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit dan kerusakan sendi, serta meningkatkan fungsi gerak persendian, yang akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup.
Kemungkinan tercapainya tujuan tersebut pun akan semakin tinggi bila penyakit ini ditangani lebih awal. Oleh karena itu, sebaiknya Anda segera ke dokter bila merasakan gejala tertentu pada persendian yang terkait dengan penyakit ini.
Meski demikian, pengobatan yang diberikan pada setiap pasien rematik bisa beragam. Hal ini tergantung pada tingkat keparahan penyakit, usia, serta kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan. Namun secara umum, berikut berbagai cara mengobati penyakit rematik atau rheumatoid arthritis yang direkomendasikan dokter:
1. Obat rematik
Obat-obatan merupakan cara utama untuk mengobati rematik. Jenis obat yang direkomendasikan oleh dokter tergantung pada tingkat keparahan gejala dan berapa lama Anda menderita penyakit ini. Adapun jenis obat tersebut meliputi:
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Obat NSAID berfungsi untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri pada persendian akibat rheumatoid arthritis. Sebagai contoh obat NSAID rematik generik atau yang bisa dibeli di apotik, yaitu ibuprofen dan naproxen.
Sementara itu, obat rematik NSAID yang lebih kuat umumnya perlu mendapat resep dari dokter, seperti COX-2 inhibitor (celecoxib atau etoricoxib). Meski demikian, obat NSAID memiliki risiko efek samping, seperti iritasi pada perut, masalah jantung, serta kerusakan hati dan ginjal.
Kortikosteroid
Obat kortikosteroid, seperti prednison, mampu mengurangi peradangan, meredakan nyeri dan kekakuan, serta memperlambat kerusakan sendi. Dokter umumnya meresepkan obat ini untuk meredakan gejala rematik akut pada jangka pendek atau saat kambuh (flare).
Adapun pemakaian obat steroid jangka panjang bisa menimbulkan efek samping serius, seperti penipisan tulang (osteoporosis), penambahan berat badan, diabetes, mudah memar, otot yang melemah, serta penipisan kulit.
Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARD)
Obat DMARD dapat memperlambat perkembangan penyakit rematik dan membantu menyelamatkan sendi dan jaringan lainnya dari kerusakan permanen. Jenis obat ini bekerja dengan memblokir efek dari zat kimia yang dilepaskan ketika sistem kekebalan menyerang sendi Anda.
Sebagai contoh obat DMARD, yaitu methotrexate, leflunomide, hydroxychloroquine, dan sulfasalazine. Adapun efek samping yang mungkin ditimbulkan meliputi kerusakan hati, gangguan pada sumsum tulang, dan infeksi paru-paru.
Biologic agents
Obat rematik ini dikenal juga sebagai obat pengubah respons biologis dan merupakan jenis DMARD baru (DMARD biologis). Jenis obat ini biasanya diberikan bersamaan dengan methotrexate atau obat DMARD lain, dan umumnya hanya digunakan bila DMARD saja belum efektif untuk mengobati rheumatoid arthritis.
DMARD biologis bekerja dengan menargetkan bagian dari sistem imun yang memicu peradangan pada sendi dan jaringan lainnya. Beberapa contoh obat DMARD biologis, yaitu abatacept, adalimumab, anakinra, certolizumab, etanercept, golimumab, infliximab, rituximab, tocilizumab, dan tofacitinib.
Namun, obat jenis ini juga dapat memberikan efek samping, berupa infeksi, demam, atau sakit kepala. Pemberian obat tofacitinib dalam dosis tinggi juga dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah di paru-paru.
2. Terapi
Selain obat-obatan, dokter juga mungkin menyarankan Anda untuk menjalani terapi guna membantu mengatasi gejala rematik. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan, seperti terapi fisik dan okupasi.
Pada terapi fisik, seorang terapis akan membantu Anda meningkatkan kebugaran dan kekuatan otot serta melatih persendian agar lebih fleksibel. Sementara pada terapi okupasi, terapis akan melatih Anda menjalankan aktivitas sehari-hari.
3. Operasi
Jika obat dan terapi fisik gagal mencegah atau memperlambat kerusakan sendi, kemungkinan besar dokter akan menyarankan pembedahan sebagai cara mengobati rematik lainnya. Pembedahan dilakukan untuk mengurangi gejala serta memperbaiki sendi yang rusak.
Operasi radang sendi pada rematik biasanya melibatkan satu atau lebih prosedur. Adapun prosedur pembedahan yang biasanya dilakukan yaitu:
- Synovectomy: Pembedahan untuk menghilangkan sinovium ( lapisan sendi) yang meradang. Prosedur ini bisa dilakukan pada lutut, siku, pergelangan tangan, jari-jari, dan pinggul.
- Perbaikan tendon: Peradangan dan kerusakan sendi dapat menyebabkan tendon di sekitar sendi putus atau kendur. Melalui prosedur ini, dokter akan memperbaiki tendon yang mengalami kerusakan di sekitar sendi Anda.
- Penggantian sendi total: Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan bagian sendi yang rusak dan menggantinya dengan prostesis yang terbuat dari logam dan plastik.
- Penggabungan sendi: Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit dan menstabilkan kembali sendi yang rusak. Cara ini dilakukan jika penggantian sendi total tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Hal yang harus diperhatikan pada pengobatan rematik pada lansia
Meski dapat terjadi pada siapapun, rheumatoid arthritis sering ditemukan pada orang lanjut usia atau lansia. Namun, mengobati rematik pada lansia lebih sulit dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Pasalnya, lansia lebih sensitif terhadap efek samping obat. Selain itu, penyakit pun mulai bermunculan seiring pertambahan usia seseorang, sehingga lansia kerap membutuhkan lebih banyak obat untuk mengatasi berbagai penyakitnya. Konsumsi berbagai obat-obatan tersebut pun dapat menimbulkan interaksi kimiawi antara satu sama lain yang bisa membahayakan tubuh Anda.
Oleh karena itu, pemberian obat rematik untuk lansia biasanya lebih berhati-hati. Meski obat yang diberikan bisa sama, tetapi umumnya lansia mendapat obat dengan dosis yang lebih rendah. Lansia pun mungkin mendapat obat tambahan untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping.
Sebagai contoh, pemberian obat kortikosteroid bisa dengan obat bone-protective agents untuk mengurangi risiko terjadinya osteoporosis. Selain itu, pemberian obat pada lansia pun perlu mempertimbangkan kondisi medis yang dimilikinya.
Penanganan khusus pada pengobatan rematik ibu hamil
Mengobati rematik pada ibu hamil juga sama sulitnya dengan lansia. Pasalnya, National Rheumatoid Arthritis Society menyebut, penyakit rematik dan obat tertentu yang biasa digunakan untuk mengontrolnya bisa memengaruhi perkembangan janin dan sistem kekebalan bayi ketika sudah lahir.
Namun perlu diingat, kehamilan itu sendiri juga bisa memengaruhi penyakit rematik. Beberapa ibu hamil justru merasakan gejala rematiknya membaik selama kehamilan, meski ada pula yang tetap atau malah memburuk.
Pada kondisi ini, dokter umumnya memberikan obat-obatan rematik yang aman untuk ibu hamil. Beberapa obat yang mungkin diberikan seperti:
- NSAID dosis rendah, terutama pada trimester pertama dan kedua.
- Kortikosteroid dosis rendah hingga sedang.
- Beberapa obat DMARD, seperti hydroxychloroquine dan sulfasalazine. Adapun obat methotrexate tidak aman untuk ibu hamil karena berpotensi menimbulkan cacat lahir.
Beberapa obat yang aman lainnya mungkin masih bisa diberikan pada ibu hamil untuk pengobatan rematik. Konsultasikan dengan dokter mengenai jenis obat yang tepat.
Gaya hidup sehat yang dapat mendukung pengobatan rematik
Selain pengobatan secara medis, Anda perlu melakukan cara lainnya yang dapat membantu mengobati dan meredakan gejala rematik, termasuk sendi yang nyeri dan kaku pada pagi hari. Cara-cara tersebut, yaitu:
- Rutin olahraga untuk memperkuat otot di sekitar sendi dan melawan kelelahan yang Anda rasakan, seperti jalan kaki atau berenang selama 150 menit per minggu.
- Kompres dingin atau panas untuk membantu merilekskan otot, meredakan nyeri, serta mengurangi pembengkakan.
- Hindari makanan yang menjadi pantangan rematik dan mengonsumsi makanan yang menyehatkan dan bergizi seimbang.
- Gjaga berat badan untuk mencegah keparahan rematik, dengan olahraga rutin dan mengonsumsi makanan rendah kalori dan lemak.
- Lakukan terapi lain, seperti akupunktur, pijat,meditasi, atau memanfaatkan obat herbal untuk rematik dengan konsultasi dokter.
[embed-health-tool-bmi]