Istilah “penyakit kronis” merujuk pada masalah kesehatan yang terjadi dalam waktu yang lama. Simak pembahasan di bawah ini untuk mengetahui lebih jelas mengenai definisi dan contoh penyakit kronis yang umum terjadi di Indonesia.
Apa itu penyakit kronis?
Penyakit kronis (chronic disease) adalah penyakit yang gejalanya terjadi secara bertahap dan berlangsung dalam jangka panjang atau lebih dari satu tahun.
Kondisi ini timbul dari kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Jenis penyakit ini cenderung tidak sembuh sepenuhnya dan dapat memengaruhi kualitas hidup pengidapnya.
Pengidap penyakit kronis membutuhkan perawatan jangka panjang dan perubahan gaya hidup untuk mengelola penyakitnya.
Beragam upaya pencegahan, misalnya dengan mengatur pola makan dan olahraga, membantu menurunkan risiko dan mengurangi dampak negatif dari penyakit menahun ini.
Istilah “penyakit kronis” sendiri punya penyebutan yang bervariasi, misalnya penyakit tidak menular (PTM) oleh Kementerian Kesehatan dan noncommunicable disease (NCD) oleh WHO.
Penyakit kronis vs penyakit akut
- Durasi: penyakit kronis terjadi dalam waktu lama atau lebih dari satu tahun, sedangkan penyakit akut berlangsung dalam hitungan hari, minggu, atau bulan.
- Penyebab: penyakit kronis disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup, sedangkan penyakit akut disebabkan oleh infeksi, paparan racun, atau cedera.
- Penanganan: penyakit kronis tidak sembuh sepenuhnya tetapi dapat dikelola dengan obat dan perubahan gaya hidup, sedangkan penyakit aku bisa disembuhkan dengan obat atau pembedahan.
Ragam penyakit kronis yang sering terjadi
Penyakit kronis dapat memengaruhi kualitas hidup pengidapnya, baik secara fisik, mental, emosional, hingga finansial.
Beberapa contoh penyakit menahun yang sering terjadi di Indonesia di bawah ini juga mampu menimbulkan dampak yang berbeda pada pria dan wanita yang mengidapnya.
1. Stroke
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa sekitar 10 dari 1.000 orang penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas pernah didiagnosis mengalami stroke.
Stroke terjadi saat aliran darah menuju ke otak terganggu atau terhenti sama sekali. Umumnya, faktor risiko dari penyakit kronis ini tidak berbeda antara wanita dan pria.
Hanya saja, ada segelintir faktor yang hanya dialami oleh wanita tetapi tidak pada pria, seperti konsumsi pil KB, kehamilan, dan penumpukan pada lemak pinggang.
Alasan-alasan tersebutlah yang memperkuat alasan mengapa kebanyakan kasus stroke menimpa wanita dibandingkan dengan pria selama hidup mereka.
2. Penyakit jantung koroner
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019, penyakit jantung koroner menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Pria berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung pada usia muda. Hal ini umumnya dipengaruhi oleh gaya hidup yang buruk, seperti merokok dan minum alkohol.
Studi dalam Netherlands Heart Journal (2010) menyebutkan bahwa penyakit jantung terjadi 7–10 tahun lebih lambat pada wanita dibandingkan dengan pria.
Penyakit jantung pada wanita biasanya terjadi setelah usia 65 tahun. Hal ini terjadi akibat menurunnya kadar hormon estrogen dan perubahan bentuk tubuh wanita pascamenopause.
3. Osteoporosis
Osteoporosis adalah salah satu contoh penyakit menahun yang umumnya menyerang pria dan wanita pada kelompok usia lanjut.
Penelitian dalam Journal of Orthopaedic Surgery and Research (2021) menyebutkan bahwa risiko osteoporosis pada wanita (23,1%) cenderung lebih tinggi daripada pria (11,7%).
Hal ini disebabkan karena kadar hormon estrogen yang bertugas menjaga kepadatan tulang akan berangsur menurun saat wanita memasuki masa menopause.
Akibatnya, tulang wanita jadi lebih mudah rapuh. Selain itu, struktur tulang wanita yang lebih kecil daripada pria juga menjadi salah satu faktor penyebab osteoporosis.
4. Diabetes melitus
Diabetes melitus atau kerap disebut diabetes saja adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi.
Penyakit kronis ini bisa menimbulkan dampak yang berbeda pada pria dan wanita. Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa wanita lebih berisiko terkena diabetes daripada pria.
Wanita berisiko mengalami diabetes tipe 2 akibat gaya hidup yang buruk, seperti kegemukan, obesitas, jarang olahraga, dan kebiasaan malas bergerak (sedentari).
Selain itu, wanita juga berisiko mengalami diabetes gestational. Kondisi ini terjadi hanya pada ibu hamil dan gejalanya cenderung muncul pada trimester kedua.
5. Penyakit paru kronis
Asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan dua jenis gangguan paru menahun yang paling umum dialami pria maupun wanita.
Menurut Riskesdas 2018, kasus asma pada penduduk semua umur di Indonesia yakni 2,4 per 1.000 orang. Angka ini lebih rendah daripada tahun 2013, yakni 4,5 per 1.000 orang.
Kasus asma cenderung sama besarnya antara pria dan wanita. Akan tetapi, PPOK lebih sering dialami oleh pria seiring bertambahnya usia dibandingkan dengan wanita.
Faktor risiko PPOK yang biasanya ditemui pada pria yakni kebiasaan merokok serta paparan alergen, debu, polusi, dan zat kimia di lingkungan kerja.
6. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronis atau dalam istilah medis disebut chronic kidney disease (CKD) terjadi akibat penurunan fungsi ginjal secara bertahap.
Tidak ada perbedaan signifikan antara risiko penyakit ini pada pria dan wanita. Biasanya, makin tua usia seseorang, makin tinggi pula risikonya mengidap gagal ginjal kronis.
Riskesdas 2018 menyebutkan kasus gagal ginjal kronis meningkat pesat ketika seseorang memasuki usia 55–64 tahun (7,21 per 1.000 orang) dan 65–74 tahun (8,23 per 1.000 orang).
Tidak ada obat untuk menyembuhkan gagal ginjal kronis. Perawatan medis, seperti cuci darah (dialisis) dan transplantasi ginjal, hanya bisa memperlambat keparahan penyakit.